Do You Regret It?

3.5K 518 289
                                    

Febiano Sehun

Langit mulai gelap sepeninggal Yeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit mulai gelap sepeninggal Yeri. Gue masih duduk di tempat yang sama sejak tiga puluh menit yang lalu. Menyeruput latte yang kini menjadi minuman kesukaan gue karena seseorang yang mengenalkannya pada gue. Sebelum mengenal dia, gue memang lebih menyukai sesuatu yang pahit, tapi kayaknya selera gue udah berubah, menjadi lebih manis.

We just broke up. Gue tau dan gue sadar kok apa yang gue lakuin ke dia salah. Gue juga gak mau denial dengan mencari pembenaran lagi, karena ya emang gue salah. Salah karena gak bisa mengerti dia. Tapi gue juga gak mau menyalahkan perasaan gue sendiri. Gue gak mau munafik mengelak kalo gue lama-lama terbiasa dengan kehadiran Selly disekitar gue yang jujur aja semakin membuat gue nyaman dan melupakan Yeri. Perasaan gue udah hambar ke dia.

Gue jadi keinget ucapan Jongin waktu dia putus sama Talitha, yang baru sekarang gue paham betul maksud ucapan dia "Cuma ada dua hal yang gak bisa lo cegah di dunia ini. Takdir Tuhan dan perasaan suka sama seseorang." Dia berucap dengan wajah yang menurut gue wajah termelas dia selama gue mengenal Jongin dari jaman ospek dan bau keringet gara-gara kebanyakan dijemur.

Lama-lama gue sadar kalo ternyata "oh, gini ya rasanya gak bisa mencegah perasaan ke orang lain, walaupun lo sadar kalo udah punya cewek?". Ponsel gue bergetar tanda panggilan masuk. Dari Selly. Gue langsung mengangkat teleponnya.

"Lo dimana? Jadi gak keluar?" tanyanya.

"Jadi, tunggu bentar gue kesana." Gue langsung memutus sambungan telepon dan keluar menuju parkiran untuk menuju rumah Selly.

"Hey!" sapanya begitu memasuki mobil. Gue langsung memasangkan seatbelt dan mulai menginjak pedal gas. "gimana? Udah putus sama cewek lo?"

"Udah dong. Kan gue udah janji buat mutusin dia demi lo." Selly mengangguk sambil tersenyum. "jadi, kita mau kemana?"

"I'm craving a cheesecake right now. Gimana kalo ke toko kue langganan gue?" gue mengangguk

"And doing some celebrations?"

"Celebration for what?"

"Karena akhirnya gue putus?" Selly tertawa sembari menggelengkan kepala.

"Baru denger gue orang putus harus diselebrasiin." Ia masih tertawa hingga matanya hanya tinggal garis "but sounds interesting tho'!"

"Yaudah kita ke toko kue dulu."gue langsung mengarahkan mobil gue untuk ke toko kue langganan Selly yang memang sudah beberapa kali gue datangi saat bersama dia. Tempatnya gak terlalu besar, tapi menjual berbagai macam kue basah dan kering. Gue paling suka Tiramissu disini. Rasanya gak terlalu manis, tapi tetap cocok dengan selera gue yang emang udah berubah. Ternyata rasa manis gak seburuk itu.

"Which one do you need?" dia tanya ke gue begitu kita sudah berada di depan etalase yang berisi deretan kue.

"Hm..." gue melihat dari ujung ke ujung dan selalu terpatri di barisan kedua dari ujung kiri. Tiramissu.

"No! You need another one! Lo udah terlalu banyak Tiramissu. Gak mau coba yang lain?" gue kembali melihat kue-kue yang berjejer dan menggeleng pelan ke arahnya. Ia menepuk jidatnya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "I'll recommending you this one." Ia menujuk cake berwarna merah dengan krim putih bertuliskan 'Red Velvet cake'

"Enak?" Dia mengangguk yakin. "beneran?"

"You never know if you never try, right?" gue masih melihat ke arahnya "lo tuh harus mencoba sesuatu yang baru. Try to out of your box!" gue tertawa kecil dengan ucapan dia "kenapa? Lucu ya ucapan gue?"

"Enggak, gue gak pernah aja ngelihat lo sesemangat ini. Padahal cuma milik cake."

"Hm, ya abis gue kadang kesel sama lo. Kayak gak bisa mencoba sesuatu baru."

"I do!" protes gue "buat gue putus sama dia udah jadi sesuatu baru."

"Lo udah biasa putus sama mantan lo. Gue gak heran." Ucapnya kembali melihat ke arah etalase.

"Tapi gue gak pernah putus demi orang lain. This is my first time." Dia kembali melihat ke arah gue dan tersenyum.

"Do you regret it?" gue menggeleng "nice. Gak ada gunanya juga menyesali yang udah lewat. Lo harus bisa hidup ngelihat ke depan, bukan melihat ke yang udah lewat. Such a wasting time." Lalu ia memesan satu cheese cake dan satu red velvet cake serta dua cangkir teh kepada pegawai kue dan mengajak gue duduk disalah satu meja yang ada.

Gue memandang ke arah Selly yang sibuk melihat sekeliling toko kue "lo cakep juga ya ternyata." Ucap gue yang secara otomatis membuat dia melihat ke arah gue.

"Baru sadar? Syukur deh akhirnya sadar." Dia tertawa kecil "paling gak lo gak menyesal udah mutusin mantan lo karena gue juga cakep." Sekarang gantian gue yang ketawa. Gue selalu suka rasa percaya diri yang ada di dirinya. Dia gak pernah takut menjadi bahan cibiran sekalipun, she live in her own world. She has her own rules and no one can break it. No one can bring her down. And I want to protect her with all costs.

Pesanan kita datang dan dia kelihatan seneng banget karena akhirnya bisa makan cheese cake kesukaannya. Dia mulai menyendok cheese cake dia dan mulai memakannya, begitu juga gue.

"How's the taste?" tanya dia.

"Hm, lumayan lah, tapi gue belum merasa cocok sama rasanya."

"It's okay. Atleast lo udah nyoba, jadi lo gak bakal ngulangin lagi kalo emang gak suka." Ujarnya santai "semua butuh yang namanya men-co-ba. Kalo gak emang gak bakal tau. Kalo gagal ya gak apa-apa. Wajar." Gue mengangguk lagi setuju dengan kalimatnya.

Ponsel gue berdering tanda panggilan masuk, di layar gue tertera nama 'Bby❤️', dari Yeri, gue belum mengganti namanya.

"Biar gue yang angkat." Ucapnya kemudian mengambil ponsel gue dan menggeser tombol hijau.

"Kamu bisa ambil barang-barang kamu di rumah aku besok. Aku gak mau lagi nyimpen barang-barang kamu." Ucapnya dari telepon yang memang gue bisa mendengarnya.

"Lo bakar atau buang aja barangnya." Ujarnya  "Kalo cuma jaket atau kaos Sehun bisa beli lagi." Ia kemudian mematikan sambungan teleponnya. "Is it okay?" tanya dia ke arah gue sembari menaruh kembali ponsel gue ke tempat semula, disamping piring cake gue.

"Gak apa-apa. Gue emang gak mau ambil barang gue lagi." Dia mengangguk dan kembali meneruskan makannya.

I might changed.

A lot.

And I know it.

I don't want to deny something that I did.

This is what I choose, and I don't want to regret what I choose.

**

It's funny to read your comment in previous part lmao. kalian ekspresif sekali ya jika menghujat. And also I got several replies Instagram Stories yang minta Sehun dibalikin lagi wkwkkwwkkwkw. 

Buat yang tanya 'bakal dibalikin lagi gak si Sehun, kak?' 

Uhmmm.... I dunno... belum kepikiran aja buat balikin. karena... aku cinta konflik dan angst so aku ingin lebih banyak angst dan konflik dulu dalam works aku. wkwkwkwkkw sawrreeh, guys!

This part would be my last part for this week karena gak janji bisa update cerita apapun minggu depan because my final exam is coming! hhuuhu:( See ya, guys!

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang