Sandi Mahardika

2.1K 405 47
                                    


Sebuah helaan napas berat terdengar saat Suho mematikan mesin mobilnya dan bersiap untuk turun. Sekali lagi ia merapikan jasnya dan tersenyum. "Harus banget ya bang, Joy ikut masuk? Ini kan urusan abang,"

"Sekali-sekali kamu ikut kan gak apa-apa, Joy? Apa salahnya? Toh dia temen kamu pas SMA,"

"Tapi Joy gak pernah punya temen namanya Sandi, Bang,"

"Kamu lupa aja mungkin. Udah turun," Suho segera turun dari mobil sembari membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk membuat perjanjian dengan kliennya kali ini.

Suara langkah sepatu dari keduanya terdengar begitu memasuki lobby Red Hotel, keduanya terlihat serasi dengan setelah berwarna hitam dan serba rapi. Joy memasang senyum di wajahnya yang cantik itu, bukan karena ia senang akan bertemu dengan temannya pada masa SMA, namun ia tidak ingin usaha kakaknya menjadi sia-sia karena sikapnya yang tidak profesional.

Keduanya menghampiri meja resepsionis dan mengatakan telah memiliki janji dengan pemilik hotel tersebut, tak perlu waktu lama bagi keduanya, karena setelahnya resepsionis yang berjaga di meja depan langsung mengantar keduanya ke lantai teratas di hotel tersebut.

Jujur saja, ada perasaan tak karuan di dalam diri Joy, jantungnya tak berhenti berdegub secara tak wajar, ia terus memikirkan siapa Sandi dan apakah ia benar-benar lupa jika memiliki teman bernama Sandi? Mengingat Joy dulu lumayan terkenal disekolahnya.

"Bang, gue takut," ucapnya saat di lift.

"Takut kenapa?"

"Berapa kali juga gue mikir, berapa kali juga gue sadar gue gak punya temen namanya Sandi," jawabnya berbisik, tidak menginginkan percakapannya didengar oleh resepsionis didepannya tersebut.

"Nanti lo juga inget dia siapa," Suho menepuk lengan adiknya pelan, berharap dapat memberikan sedikit perasaan tenang pada Joy.

Lift terbuka dan keduanya keluar untuk menuju sebuah ruangan yang ditujukan khusus untuk pertemuan. Didalam ruangan tersebut sudah ada dua orang laki-laki, satu berusia sekitar 50-an, sedangkan satunya berusia mungkin sekitar 23 tahun.

**

    "Gue gak nyangka kalo Sandi yang Bang Suho maksud itu lo," ucap Joy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gak nyangka kalo Sandi yang Bang Suho maksud itu lo," ucap Joy. "Harusnya Bang Suho bilangnya Dika, karena gue panggil lo Mahardika, bukan Sandi," ia tertawa kecil saat melihat siapa Sandi yang dimaksud kakaknya.

    Keduanya memutuskan untuk mengobrol di cafetaria yang ada di Red Hotel sebentar sembari menunggu Bang Suho berkeliling hotel dengan ayah Sandi, karena bagaimanapun, Suho harus mengetahui betul bagaimana tempat teman mitranya tersebut.

"Udah lama kan? Kayaknya kamu bener-bener lupa sama aku karena Suho bilang kamu bener-bener gak inget kalo nama depan aku Sandi," ia tertawa kecil sembari meminum kopi yang ada didepannya.

"Yah... banyak sih yang harus gue urusin, sampai setelah kuliah gue bener-bener gak ada waktu buat main sama temen lama," jelas Joy yang hanya ditanggapi dengan anggukan oleh Sandi. "Jadi kamu yang pegang hotel ini sekarang?"

"Not yet, mungkin beberapa bulan lagi, aku masih harus nyiapin banyak hal,"

Sandi Mahardika adalah teman akrab Suho semenjak SMA, keduanya pernah berada dalam satu kelas saat berada di tingkat pertama Sekolah Menengah Atas. Sandi kemudian pindah dari Indonesia ke Amerika saat lulus dari SMA untuk melanjutkan studinya dan mempersiapkan menjadi seorang pebisnis yang akan mewarisi hotel milik keluarganya.

Joy sendiri sebenarnya tidak terlalu akrab dengan Sandi, ia hanya pernah beberapa kali bertemu Sandi di luar sekolah, sedangkan didalam sekolah, ia tidak terlalu tertarik untuk berkenalan dengan kakak tingkat atau mencoba akrab dengan kakak tingkat. Sehingga saat Suho mengatakan ia memiliki teman bernama Sandi, ia tidak mengira jika Sandi yang dimaksud adalah kakak tingkat di SMAnya dulu yang sekaligus teman dari Suho.

"Aku denger kamu punya brand kosmetik?" tanya Sandi memecah lamunan Joy.

"Oh? Iya, hehe,"

"Jadi kamu bisnis juga?"

"Ya gue cuma bisanya itu, jadi kenapa gak ditekuni aja? Hasilnya juga lumayan dan gue seneng kok ngelakuinnya hehe," Joy tersenyum memamerkan gigi-giginya.

"Aku kira kamu bakal coba sesuatu yang lain dari bisnis? Kayak perfilman mungkin?"

"Ah, perfilman, pernah sih tertarik, tapi dulu,"

"Kenapa gak dilanjutin?"

Joy mengangkat kedua bahunya, melihat keadaan sekitar dan tertawa kecil. "Gak boleh,"

"Gak boleh?"

"Iya, kata papa perfileman itu gak menjanjikan. He allowed me to taking lots of pictures and videos, edit this and that, but never allowed me being sutradara," ucap Joy, "Padahal dulu aku pengen banget jadi sutradara, bisa ngarahin orang, bikin film, bikin sebuah karya yang nanti pas tua bisa aku nikmati sama anak aku, sesuatu yang bisa diulang-ulang terus,"

Sandi terus melihat ke arah Joy tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali, ia benar-benar fokus dengan segala ucapan Joy.

"Tapi Suho dukung kamu?"

"He always supports me everything what I did, He is such a hero for me, tapi buat kasus ini, dia gak bisa bantu apa-apa, hehe," Joy tersenyum ke arah Sandi, "Lagipula udah lewat juga sih, gue udah mau lulus kok tahun ini loh!" Nada suara Joy mendadak antusias saat membahas rencana kelulusannya.

"What do you want for graduation gift?" tawar Sandi.

"Eh? Gift?" Sandi mengangguk, "Gak perlu lah, gue lulus aja udah seneng kok,"

"Serius? Yaudah, gue kasih terserah gue aja ya berarti?"

"Loh? Lo gausah ngasih juga gak apa-apa kali, dateng aja ke lulusan gue nanti,"

"Boleh?"

"Kenapa enggak?" Joy tersenyum dengan lebar kepada laki-laki didepannya.

//

Lagi hepi jadi apdet aja y eheheheh wkwkwkwkwkwkwkkw
Met dateng Mas Mahardika!

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang