Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue bener-bener harus menemukan ruang sepi untuk belajar pagi ini. Mau gak mau. Karena siang nanti gue bakal ada skill lab dadakan. Kalo boleh ngeluh, sebenernya gue gak ngerti lagi sama jalan pikiran asdos skill lab gue karena doi selalu ngadain praktikum dadakan. Gue pribadi sih sebenernya gak begitu keberatan, toh gue tipe yang selalu belajar tiap malem mau pulang selarut apapun, cuma gue kadang kasian sama temen-temen gue yang lain. Terutama yang cewek, banyak banget dari mereka yang ngeluh ini itu ke gue—gak secara langsung ngomong sih, tapi pas mereka ribut, gue selalu ada disekitar mereka, dan menurut gue, itu annoying banget.
Gue berjalan menuju perpustakaan setelah keluar dari mobil. Gue butuh tempat tenang dan cuma perpustakaan jalan keluarnya. Kampus gue terkenal banget dengan perpustakaannya yang emang selalu sepi. Karena di kampus gue ruang baca dan ruang administrasi untuk meminjam buku terpisah, jadi kalo lo mau menyendiri, lo bisa di ruang baca.
Sebelum masuk ruang baca, gue berjalan ke tempat rak buku, untuk mencari tambahan referensi anatomi. Saat memasuki ruangan, gue langsung bisa mencium aroma buku lama yang udah akrab sama hidung gue.
Gue dan buku udah gak bisa terpisahkan sejak kecil. Dari kecil nyokap gue selalu membacakan gue cerita menjelang tidur. Kebanyakan sih cerita dongeng atau cerita fantasi yang setelah gue baca ulang waktu gede gue selalu berucap "kok bisa sih? Gak masuk nalar." Tapi itulah hebatnya cerita anak. Selalu membuat anak-anak yang mendengarnya memiliki pikiran dan imajinasi yang hebat. Gue cukup beruntung karena sedari kecil nyokap selalu ngebacain buku cerita agar imajinasi gue jadi berkembang. Sehingga saat gue besar, gue selalu menganggap dunia disekitar gue seolah-olah dongeng dan gak pernah membawa masalah hidup gue secara berlebihan. I enjoy every single moment in my life.
Banyak temen gue yang heran kenapa semua kegiatan gue bisa berjalan secara bersamaan. Mulai dari jadi radio announcer, DJ, sampe kuliah kedokteran yang notabenenya lo cuma kuliah gak ada kegiatan apapun aja masih harus begadang buat belajar dan ngerjain laporan.
Sebenernya jawabannya simple sih. Jalani aja dan jangan nunda-nunda. Udah gitu doang. Ya emang gak segampang itu sih, kadang gue juga ngalamin banyak kendala kayak bener-bener mata udah berkantung banget sampe dikira ngobat.
Gue gak pernah menyesal ambil kelas pagi, sore jadi announcer, terus malem ngisi acara DJ dan langsung balik buat belajar walaupun cuma dapet dua halaman dari tiga puluh halaman yang harus gue baca. Karena gue berpikiran, semua yang gue dapet pasti harus merelakan sesuatu, dan yang gue relakan yaitu waktu tidur gue yang berantakan demi semua kegiatan yang udah jadi tanggung jawab gue. Menurut gue, dalam satu hari bisa tidur tiga jam aja udah berkah banget rasanya.
Jangan dikira nyokap bokap gak pernah marah sama kegiatan gue yang gak ada batasnya bahkan disaat weekend. Pernah sekali pas mata gue beler banget dan berat badan gue turun hampir lima kilo, gue dikira ngobat. sampe gue disidang di ruang keluarga. Itu kejadian yang bakal gue inget seumur hidup. Ya menurut lo aja deh, lo cuma begadang sampe beler, tapi dikira ngobat. Padahal kenyataannya lo begadang ditemenin tumpukan buku dan kertas laporan. Orang tua gue juga suka khawatir sama kegiatan DJ gue. Mereka takut gue bakal terjerumus hal macem-macem kayak drugs. Tapi beberapa kali juga gue ngasih tau kalo gue gak bakal terjebak sama hal kayak gitu. Minum aja gue tau batasan, dan kalo lagi mau mabuk banget, gue gak pernah pergi sendirian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue berjalan ke arah rak buku kedokteran. Namun ada hal yang menarik perhatian gue. Seorang perempuan yang berdiri di depan rak buku bahasa. Dia diam, berdiri sambil menunjuk sebuah buku di rak bagian atas dan berucap "Sumpah demi Tuhan! Gue udah cari lo kemana-mana! Akhirnya ketemu!" dengan wajah galak "tau gak sih gue udah sampe ke tempat buku loak buat nyari lo! Tau gitu kan gue dari awal kesini!" gue tertawa kecil melihat perempuan itu. Ia seperti mengajak berinteraksi buku yang ia cari, seakan buku itu adalah temannya. Entah apa yang ada dipikiran gue, sampai kaki gue reflek berjalan menghampiri dia yang sedang berusaha mengambil buku di rak atas.
"Perlu bantuan?" gue berdiri di sebelahnya. Ia berhenti meraih buku dan menengok ke arah gue.
"Gak, makasih, gue bisa sendiri." Ia melihat sekeliling dan berjalan ke tangga yang tersedia di perpustakaan dan meninggalkan gue. Gue masih berdiri. Tak bergeser seinchi pun dari tempat gue berdiri. Melihat semua pergerakan yang ia lakukan. Mulai dari berjalan ke arah tangga geser, hingga menggeser tangga agar pas dengan buku yang dia inginkan.
"Mau gue pegangin tangganya?"
"Enggak." Ucapnya singkat. Kakinya mulai naik ke anak tangga, setelah ia berada di atas, gue memegangi tangganya agar ia bisa meraih tanpa khawatir jika tangganya akan terpeleset. Setelah mendapat apa yang ia mau, ia turun. "kan gue bilang gak usah dipegangin." Ucapnya membuat gue tertawa kecil.
"I do what I want, not what you want." Ujar gue "gue megangin tangga karena gue mau, bukan karena lo minta. Lagi pula gue melakukan hal yang baik, gak ada niat buat mencelakakan lo." Dia terdiam. Gue melirik ke arah buku yang ia pegang "Haruki Murakami. Lo suka?" dia mengangguk.
"Lo juga?"
"Suka. Tapi gak begitu. Pernah baca doang. Gue baca semua genre buku, gak spesifik."
"Oh..."
"Gue cabut dulu." Gue berbalik badan, namun langkah gue tiba-tiba berhenti dan gue kembali berbalik ke arahnya, membuat ia sedikit terkejut "lo harus inget, gak semua orang yang ada disekitar lo melakukan sesuatu karena imbalan, terkadang mereka bener-bener niat bantuin lo karena mau. Menerima bantuan dari seseorang gak bikin lo kelihatan lemah, selama lo tau batasan." Gue tersenyum ke arahnya. "senang bisa ketemu lo—"
"Talitha."
"Senang bisa ketemu lo, Talitha." Gue mengulangi ucapan gue "gue cabut dulu" kemudian gue benar-benar beranjak pergi dari hadapannya. Untuk pertama kali dalam hidup gue, gue bertemu dengan cewek yang kayak gitu. She is unpredictable.
