Take A Risk

2.3K 450 30
                                    

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening. Itulah satu kata yang mungkin cocok menggambarkan keadaan di rumah Windi saat ini. ia duduk bersebelahan dengan Chanyeol dimana kedua orang tuanya menatap keduanya dengan serius.

Kaget dan tidak habis pikir, mungkin itulah yang ada di pikiran kedua orang tua Windi. Sementara itu, Chanyeol menunduk namun sesekali melihat ke arah kedua orang tua Windi. Ia menunggu jawaban dari kedua orang tua Windi setelah beberapa menit yang lalu ia mengatakan jika akan menikahi Windi karena hamil.

"Sejak kapan?" tanya ayah Windi dengan nada suara tenang, namun tegas. Laki-laki paruh baya tersebut tidak ingin kehilangan wibawanya dengan memukul Chanyeol hanya karena emosi dengannya.

"Satu bulan yang lalu, om," jawab Chanyeol sembari menatap kedua mata ayah Windi. Ia tau ia salah, tetapi ia juga tak ingin kehilangan rasa percaya dirinya. Ia tidak mau dianggap tidak serius dengan ucapannya.

"Kalian berdua mabuk?" kini mama Windi yang ikut andil.

"Enggak, tante, kita cuma kebawa suasana," ujar Chanyeol jujur. Ia benar-benar mengatakan apa yang terjadi malam itu, semuanya benar-benar karena suasana yang menyelimuti apartemen Windi, bukan karena mabuk, keduanya sadar.

"Kapan kamu mau nikahin Windi?"

"Secepatnya tante,"

"Secepatnya tuh kapan?!" Suara ayah Windi meninggi. "Saya benar-benar tidak habis pikir dengan kamu, saya percayakan Windi kepada kamu, tapi kamu malah mengecewakan saya," amarah beliau mulai meledak.

"Pah," ucap Windi pelan. ia benar-benar kehabisan kata saat ini.

"Kamu lagi! Kamu papa kasih ijin tinggal pisah biar kamu mandiri! Bukan buat kaya gini!" Ayah Windi mulai memegangi kepalanya yang sedikit pening. "Kamu gak mikirin apa kata orang? Kamu gak malu?"

Keduanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Saya gak mau tau, pokoknya dalam waktu tiga minggu, kalian harus nikah." Ayah Windi berujar sebagai keputusan akhir. "Setelahnya, kalian tidak perlu datang kemari," Nada suara Ayah Windi melunak setelah mengucapkan kalimat keduanya. Beliau menghela napas dengan berat sembari menatap Windi dan Chanyeol.

"Pah," ucap Mama Windi terkejut mendengar ucapan suaminya. "Pah, Windi kan anak kita satu-satunya, masak kamu kayak gitu?"

"Kenapa? Toh dia udah bisa tinggal sendiri? Lagi pula dia udah punya suami,"

"Iya, tapi kan—"

"Pah, maafin Windi, Pah. Jangan kayak gini sama Windi," ucap Windi yang kini mulai menangis, bahkan ia sudah berlutut dan turun dari sofa dimana ia duduk. Melihat Windi berlutut seperti itu membuat Chanyeol ikut melakukan hal yang sama.

"Om, Om boleh benci sama saya, tapi tolong jangan benci Windi, bagaimanapun juga Windi anak om," ucap Chanyeol dengan nada penuh harap agar ayah Windi dapat berubah pikiran.

"Seharusnya kalian tau resiko apa yang akan kalian terima dari perbuatan kalian! Bukannya bertindak tanpa tah resiko!"

"Pah, coba dipikirin sekali lagi, Windi anak kamu, bagaimanapun keadaan Windi, dia tetep anak kamu," Mama Windi tak berhenti untuk membujuk suaminya agar merubah pikirannya. Raut wajahnya sudah terlihat panik bercampur sedih. Ia tidak ingin dipisahkan dari anak satu-satunya.

"Sudah, saya gak mau lagi denger apa-apa tentang kalian, terserah kalian mau gimana!" beliau kemudian meninggalkan ruang tamu dengan perasaan emosi yang masih tertahan. Beliau merasa tidak tega dengan Windi, namun bagaimanapun juga ia harus mendapatkan pelajaran, begitulah prinsip beliau dari dulu. Segala sesuatu pasti memiliki resiko, dan ini adalah resiko yang harus diambil anak semata wayangnya tersebut.

"Mah, sekarang Windi gimana, mah?" Windi masih terisak saat Chanyeol merangkulnya untuk menenangkannya. Perempuan itu benar-benar hancur saat ini. Ia tidak mungkin kehilangan salah satu dari keduanya, baik bayinya maupun orang tuanya.

"Kamu sabar ya, nak, mama bakal bujuk papa buat merubah pikirannya, kamu tenang ya,"

Chanyeol memeluk Windi dengan erat. Ia tidak ingin melihat orang yang dikasihinya menangis seperti ini. "Maaf ya, Win," gumamnya pelan. Windi hanya bisa memeluk Chanyeol dengan erat, satu-satunya orang yang ia harapkan tidak akan meninggalkannya.

//

Hadeuh, saya ini sejak bikin Windi hamil tiap liat Red Velvet terus ada Wendy jadi ngerasa bersalah wkwmskaksk. Maap ya mba!!!😥

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang