Rumah dengan dominasi warna coklat tersebut kini sunyi. Tak ada suara tawa seperti satu bulan yang lalu. Kini yang tersisa hanyalah Attaya yang lebih sering mengurung diri di kamarnya sembari meringkuk diatas kasur. Tubuh kecilnya memeluk lutut. Sesekali ia memandang sudut kamarnya, dimana sebuah payung hitam tersandar disana.
Pikiran akan kejadian satu bulan yang lalu kembali berputar di otaknya. Kejadian dimana ia menemukan kedua orang tuanya tewas terbunuh di ruang tengah rumahnya sendiri. Ia hanya bisa terdiam, tubuhnya kaku, matanya memanas hingga air mata akhirnya mengalir di pipinya.
Dengan gemetar, ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi polisi. Ia masih menangis, namun ia mencoba untuk berpikir jernih dan mencari sesuatu yang bisa ia jadikan petunjuk, hingga ia menemukan sebuah payung hitam di bawah kursi ruang tengah. Tentu saja payung itu bukan milik dia ataupun anggota keluarga lain. Dengan segera ia mencari kain untuk mengambil payung tersebut, ia tidak ingin merusak sidik jari di payung tersebut.
Dua puluh menit kemudian, polisi yang didampingi tim forensik tiba di rumah Attaya, mereka langsung memeriksa rumah Attaya dan memindahkan jenazah kedua orang tuanya ke rumah sakit terdekat untuk diautopsi.
"S-saya... Menemukan... Payung hitam..." Ucap Attaya terbata.
**
"Heru kenapa sih suka banget sama genre kayak gini?" Tanya Sherianne saat ia membaca sekilas draft buku milik Heru. Keduanya kini sedang berada di sebuah cafe di kawasan Jakarta Pusat.
"Bagus, kan? Biar bikin penasaran!"
"Sheri gak penasaran. Malah ngeri." Sheri kemudian mengembalikan laptop Heru dan memilih untuk menikmati red velvet cake yang ia pesan tadi.
"Ya soalnya Sheri teh gak suka sama genre misteri."
"Emang." Ucapnya ringan. "Terus kenapa Heru masih minta tolong Sheri jadi proofreader?"
"Ya... Soalnya cuma Sheri yang jago..."
"Kenapa gak minta tolong dosen Heru? Kan Heru deket sama Pak Darwan? Skripsi Heru juga sama Pak Darwan."
"Heru teh belom minta tolong Pak Darwan... Rencananya teh nanti, pas udah diajuin ke penerbit." Jawab Heru.
"Loh? Kenapa harus nunggu pas di penerbit? Kenapa gak sekarang aja? Biar kalo ada yang kurang bisa sekalian. Sheri gak jago banget,"
"Heru teh gak mau ngerepotin... Soalnya skripsi Heru juga jarang bimbingan." Heru kembali menyandarkan tubuhnya di kursi.
Heru memutuskan untuk memulai menggarap serius bukunya setelah menumpuk puluhan draft ide ceritanya di dalam laptop. Tentu saja hal ini juga didorong oleh Sheri yang sedikit banyak merasa kesal dengan Heru yang selalu memiliki ide baru namun tak pernah merampungkan ceritanya.
"Gausah cerita ke Sheri kalo cuma mandeg tengah jalan." Potongnya saat Heru akan mulai menceritakan idenya. Bukan maksud tidak mendukung Heru, Sheri sudah kepalang capek mendengar ide-ide bagus Heru yang selalu berhenti di sinopsis.
"Mana ada ngerepotin? Bukannya Pak Darwan sendirinyang nyuruh kamu buat nulis?"
"Iya sih,"
"Nah itu... Terus?"
Heru terdiam. Pikirannya penuh antara ingin segera merampungkan skripsinya dan meneruskan bukunya.
"Heru teh takut keteteran, nanti malah gak kepegang dua-duanya."
"Udah nyoba?" Heru menggeleng. "Coba aja dulu, Heru... Gak ada yang tau kalo kamu belum coba. Lagi pula buku kamu cuma sampingan. Prioritas kamu ya tetep skripsi." Sheri memberi saran.
"Jadi..."
"Jadi apa? Ya kamu hubungin Pak Darwan dong? Bisa janjian kapan."
Heru mengangguk dan mengikuti kata-kata Sheri. Ia segera mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan kepada dosen pembimbingnya itu.
Entah bagaimana jadinya Heru jika ia tidak meminta pendapat Sheri. Mungkin ia masih ragu apakah akan terus menulis atau tidak.
Heru tersenyum simpul ke arah Sheri, membut perempuan itu menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran.
"Makasih ya." Ucap Heru.
"Buat?"
"Semuanya dong. Gatau deh kalo gak ada Sheri. Pasti Heru masih ragu. Heru juga pasti gak akan yakin buat nerusin nulis. Heru teh beruntung punya Sheri."
Perempuan itu tersenyum.
"Sheri juga beruntung punya pacar kayak Heru. Aneh, tapi lucu. Makasih juga ya udah tahan sama Sheri yang kayak anak-anak."
**
**
KENAPA SIH PADA KAGA TERIMA GANDA-GANDI MANGGIL BADAR DADDY? 😩😩😩😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.