Malam semakin larut, beberapa ruang UKM sudah sepenuhnya terkunci sedari tadi. Namun tidak bagi ruang UKM radio Power FM, karena radio yang mengudara setiap hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jum'at tersebut baru saja menyelesaikan siarannya.
Jeffrey mengambil tasnya yang tergeletak di sofa ruang siaran dan mematikan layar komputer yang ia gunakan saat siaran tadi. Begitu pula dengan Johnny yang sudah berada di ambang pintu ruang siaran dan ruang bersantai bagi para anggota UKM Power FM. Sedangkan Jova, kreatif yang merangkap sebagai penyiar Power FM sudah menata script yang tadi digunakan Johnny dan Jeffrey untuk siaran dengan secepat kilat, kemudian memasukkan lembaran kertas tersebut kedalam sebuah map untuk arsip siaran dan keluar dari ruangan.
"Nunggu siapa, Jov?" tanya Jeffrey yang kini sudah berada di luar ruangan UKM.
"Kakak gue, nih," Jova menanggapi pertanyaan Jeffrey tanpa meninggalkan layar ponselnya. Mengetikkan beberapa pesan kepada kakaknya.
"Lo punya kakak?" kini giliran Johnny yang ikut sumbang pertanyaan yang hanya dibalas Jova dengan anggukan. "kok lo gak pernah bilang?"
Jova memalingkan pandangannya dari layar ponsel ke arah Johnny. "Emang penting?" Johnny membelalak tak percaya dengan jawaban Jova. "lagipula lo kan udah ada gebetan, kak?"
"Ya bukan gitu, Jov, lagian, kan gue juga gak bakal ngegebet kakak lo kali!" Jova tertawa kecil mendengar reaksi Johnny.
"Udah dong, udah," lerai Jeffrey yang diiringi oleh tawa darinya dan Jova. Mudah sekali ternyata memancing amarah Johnny.
"Rese banget sih nih bocah!"
"Udah, John,"
"Yaudah, Jeff, gue balik duluan aja, deh. Daripada nyokap ngomel lagi gue balik tengah malem. Lo mau bareng?" Jeffrey menggeleng. "oke deh, gue cabut dulu!"
"Gue gak dipamitin?"
"Pamit sana sama tembok!" gelak tawa meluncur begitu saja dari mulut Jova dan Jeffrey yang diiringi dengan langkah kaki Johnny yang semakin menjauh dari ruang UKM.
"Lo gak balik, Kak?"
"Bentar dulu, gue lagi males balik, nih," Jeffrey meregangkan tubuhnya yang lelah karena beberapa jam duduk untuk siaran.
"Yaudah lo disini aja nunggu kakak gue jemput," Jova mengangguk setuju. "Lo gak penasaran sama kakak gue?" tanya Jova membuat Jeffrey mengernyit heran dengan pertanyaannya. Untuk apa Jeffrey penasaran dengan kakak Jova?
"Emang kenapa?"
"Ya gak apa-apa sih," Jova menggaruk alisnya yang tidak gatal. "Kakak gue anak Hukum '15."
"Oh, anak Hukum," jawab Jeffrey sekenanya, karena ia tidak tahu harus menanggapi apa dengan ucapan Jova.
"Jov!" dari kejauhan, keduanya mendengar suara napas yang terbata-bata dan langkah kaki yang tergesa. "Sori gue telat," ujarnya ketika sudah berdiri didepan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.