Johnny Altara
Emang ya kayaknya gue tuh selalu di takdirin buat sendiri sama Tuhan. Paling mentok sama Jeffrey sama Tendi. Itu juga kalo gue udah mentok gak ada pilihan lain. Hari ini gue balik Indonesia, sendirian. Sama kayak waktu berangkat, sendirian. Koper gue udah penuh sama oleh-oleh buat Tendi, Jeffrey, sama Tian. Iya Tian, gausah heran deh lo pada. Padahal bulan depan dia juga balik Korea, tapi pas gue balik masih minta nitip barang karena kemarin lupa mau beli.
Gue mulai memasuki pesawat setelah mengurus koper dan pemeriksaan di imigrasi. Rasanya ngantuk banget, pengen tidur aja di pesawat terus tau-tau udah sampe Jakarta.
Pesawat gue udah mulai lepas landas dan gue udah mulai akan memejamkan mata ketika seorang pramugari bertanya kepada gue "Good morning, sir, do you—"
"Sonya?" ucap gue refleks.
"Hei." Dia tersenyum ke arah gue "Kak John ke Korea ngapain?" tanyanya.
"Oh, liburan aja, kok." Gue menjawab dengan kikuk. Sedangkan dia mengangguk.
"Oiya, mau minum apa, kak? Sembari nunggu makannya." Dia mulai mengucapkan berbagai minuman yang dia bawa di troli.
"Air putih aja." Dia tersenyum dan mulai menuangkan air putih ke gelas yang ada di depan gue.
"Thankyou." Dia tersenyum kemudian berjalan untuk menawarkan minum kepada penumpang lainnya.
Sonya adalah adik kelas gue sewaktu SMA. Kita beda dua tahun, jadi dia masih kelas sepuluh waktu gue udah kelas dua belas. Gue bisa kenal Sonya karena dulu gue yang ngospek dia dan jadi pembimbing kelas dia. Gue sama sekali gak nyangka dia bisa jadi pramugari karena dulu dia bener-bener kecil banget, ya pokoknya gak mungkin aja gitu jadi pramugari? Wah, so, this is how universe works.
**
Pesawat gue landing setelah 8 jam. Lumayan juga kerasa capeknya, mana Tendi sama Jeffrey belum jemput lagi. Gak lagi-lagi deh gue minta jemput dua manusia itu. Gue memutuskan untuk ke Starbucks setelah mengambil koper dan mengurus imigrasi. Ngantrinya panjang juga karena emang banyak pesawat yang baru landing juga.
"Kak!" seseorang menepuk pundak gue saat gue baru saja duduk.
"Hey!" ternyata Sonya, dia tersenyum lebar, bahkan hingga giginya terlihat "duduk sini?" gue menawarkan tempat duduk yang ada di depan gue karena emang kosong.
"Bentar, aku beli minum dulu," kata dia "titip lugage." Gue mengangguk pelan dan dia mulai meninggalkan gue.
Gak lama setelahnya, dia kembali dengan Americano Iced ditangannya. Mendadak gue merasa cupu karena gue cuma pesen green tea latte Starbucks yang rasanya cuma manis doang gak ada pait-paitnya.
"Jadi gimana kabarnya kak?" tanya dia mulai menyeruput Americanonya.
"Kebalik gak sih? Harusnya gue yang tanya kenapa lo bisa jadi pramugari?" dia tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.