Broadcast Partner

2.8K 409 38
                                    

Jeffrey Aimar

Hari yang gue tunggu-tunggu tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang gue tunggu-tunggu tiba. Sore ini gue udah di ruangan siaran setelah beberapa hari kemarin briefing dengan anggota baru dan anggota lama radio kampus. Jujur aja gue deg-degan banget untuk siaran pertama ini. Padahal gue udah latihan sama beberapa anggota lama biar lebih luwes kalo dapet pasangan anggota lama.

"Kak Jeff, nanti di pair sama Kak Johnny ya." Kata Jova anak angkatan 16 yang juga jadi anggota baru.

"Loh, gak jadi lo, Jov?"

"Gak tau nih, tiba-tiba di switch." Ujar Jova sambil memberikan script ke gue yang sudah siap duduk di balik mic.

"Johnny yang mana ya, Jov?" gue emang udah hafal sama anak-anak radio karena jumlah mereka yang tidak banyak, tapi yang namanya Johnny gue belum lihat sama sekali.

"Oiya, lupa, Kak Johnny gak ikut briefing kemarin, karena ada urusan dadakan, jadi dia minta sekarang aja siarannya, di switch gitu sama jadwal dia biasanya." Gue hanya mengangguk.

Lima belas menit lagi siaran dimulai, dan orang yang bernama Johnny itu belum dateng. Duh, kenapa nambah nervous gue aja sih? Gue mencoba menghilangkan rasa grogi gue dengan membaca ulang script yang dikasih Jova. Cukup simple sih, membahas tentang beberapa film yang lagi hits belakangan ini.

Kefokusan membaca script gue terganggu saat seseorang memasuki ruang siaran. Gue dan Jova sedikit terkejut dengan kehadirannya. Dia diam beberapa saat di ambang pintu, wajahnya datar tanpa ekspresi. Kemudian dia mengangguk pelan dan berjalan menuju kursi kosong yang ada di antara gue dan Jova. Ini ya yang namanya Johnny itu? Judes amat ya mukanya?

"Sori ya gue telat. Ada masalah tadi."

"Oh, santai aja kak," ujar Jova "ini gue tinggal ke ruang controling ya, sama mau nyiapin next script." Laki-laki dengan wajah datar dan bertubuh tinggi itu mengangguk ke arah Jova yang berjalan meninggalkan gue hanya berdua dengan dia.

"Lo pasti Jeffrey kan?" gue mengangguk. Kok dia tau nama gue? "tadi si Jova nge-LINE gue ngasih tau kalo gue siaran sama lo." Oh... pantesan. "nama gue Johnny." Ia mengulurkan tangannya dan gue menjabat kembali tangannya.

"Gue Jeffrey, kak."

"Johnny aja. Lo anak 15 kan?" gue mengangguk "gue juga anak 15 kok." Oh, gue kira anak 14.

"Oke, John." Ujar gue.

"Rileks aja, gausah tegang. Anggap aja temen ngobrol biasa."

Gue mengangguk namun masih tak bisa menyembunyikan rasa cemas di dalam diri gue. Gue kembali meremas tangan gue yang agak basah karena keringat. Perlahan menarik napas dan mengeluarkannya. Mengaturnya agar gue gak kelihatan banget groginya, tapi ternyata kegiatan gue mengatur napas membuat Johnny mungkin agak keganggu sampe dia ngomong.

"Jeff, lo gak apa-apa kan ya?" tanya Johnny ikutan panik. Gue menggeleng pelan. Ayo, Jeff, lo gak boleh gini terus. Siaran 5 menit lagi. "Jeff, lo yakin gak apa-apa?" sura Johnny mulai gak tenang, "lo tarik napas lagi coba, keluarin pelan-pelan. Jangan panik. Ini cuma siaran, Jeff." Johnny ngomong seakan-akan gue bakal melahirkan.

"Gue gak apa-apa. Cuma cemas gue kambuh."

"Santai aja, Jeff, lo nanti ngomong sesuai script juga gak apa-apa." Gue kembali mengangguk.

"Kak! Gue mulai ya!" Jova berujar dair ambang pintu dan Johnny mengangguk.

"Rileks, Jeff!" ujarnya sekali lagi sebelum tanda di depan pintu siaran menyala tulisan ON AIR.

**

"Nih buat lo." Ucap Johnny sembari memberikan sekaleng cola ke gue, "lo ada anxiety?" tanyanya, sedangkan gue hanya mengangguk "parah banget?"

"Gak sih, udah mendingan." Ucap gue "tadi gue cuma grogi gara-gara liat muka lo judes banget sama gue grogi takut gagap. Sori ya gue jujur." Johnny melihat ke arah gue sebentar dan kemudian tertawa.

"Jadi lo takut gara-gara muka gue galak? Ya ampun, Jeff. Maaf ya jadi buat lo mikir aneh-aneh."

"It's okay, lagian udah kelar juga kok." Ujar gue lega.

"Tadi gue lagi ada masalah, dan gak nyangka aja bakal agak kebawa sampe ruang siaran." Gue mengangguk paham.

"Sama cewek lo?" ia menggeleng.

"Ca-lon?" ujarnya sambil tersenyum. Gue membulatkan mulut gue membentuk huruf O, sebagai tanda mengerti. "oiya, lo dari fakultas mana?"

"Komunikasi."

"Oh, kenal Tendi?"

"Temen gue kok." Ujar gue santai, kayaknya Johnny anaknya asik, cuma gue aja yang over thinking.

"Gila, gila, dunia sempit banget ternyata. Tendi temen gue dari SMA." Ia berujar antusias, bahkan kursi yang ia gunakan untuk duduk agak ia majukan setelah mengetahui gue juga kenal Tendi, "kapan-kapan bolehlah hangout bertiga!" ucapnya.

"Boleh deh boleh, atur aja, John, haha."

"Kak John, minggu depan lo mau siaran sama siapa? Mau switch lagi apa gimana?" ujar Jova yang menghampiri kami di kantin dekat ruang siaran "biar gue sekalian bilangin Mbak Lala." Gue kadang iri sama Jova. Walaupun gue baru beberapa hari kenal Jova, tapi gue merasa kalo Jova lebih into didalam UKM ini daripada gue. Dia bisa akrab banget sama semua orang yang ada di dalem UKM radio. Sedangkan gue cuma tau nama doang, bahkan sekali siaran aja udah kayak mau melahirkan. Haduh.

"Kok gue yang atur jadwal?" tanya Johnny.

"Kan lo yang paling susah jadwalnya." Johnny tersenyum lebar "ini gue maklumin sih karena lo anak kedokteran kak." Jadi si Johnny ini anak kedokteran?

"Apaan sih Jov." Ucapnya sambil meninju pelan lengan Jova yang kecil.

"Jadi mau siaran sama siapa nih?"

"Gue siaran sama Jeff aja deh." Ujarnya membuat gue sedikit terkejut.

"Sama gue?" gue menunjuk diri sendiri, memastikan agar tak salah dengar.

"Kak Jeff kan sama gue, Kak, gimana sih?" protes Jova.

"Katanya gue suruh milih sama siapa siarannya?"

"Ya iya sih," Jova berujar pelan "terus gue siaran sama siapa dong?"

"Kan ada yang lain. Dito juga fleksibel kan?" Jova mengangguk "yaudah lo sama Dito, gue sama Jeff aja."

"Yaudah, gue bilang Mbak Lala dulu nih ya, kalo lo mau rubah bilang sendiri sama doi." Johnny mengangguk sambil mengacungkan ibu jari.

"Gak apa-apa kan ya gue siaran sama lo, Jeff?" tanya Johnny.

" Ya gue sih gak apa-apa, John, lo kenapa-kenapa gak?"

"Gak lah, santai aja." Ujarnya "gue malah takut orang lain jadi panik pas siaran sama lo karena gak biasa. Karena gue udah tau, makanya gue sama lo aja, jadi gak kaget. Lagipula gue mau nyoba pair baru, Jeff." Ia menenggak habis minumannya dan meremas kalengnya kemudian memasukkan kedalam tong sampah terdekat.

"Thanks, John."

"Nevermind." 

**

Wanna playing guessing game??
The question is: Who is visualization of Dito and Jova?😛

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang