As Good As Gold

2.1K 389 25
                                    


Dengan langkah hati-hati Windi berjalan menuju pintu apartemennya yang sedari tadi berbunyi akibat pintu yang terus diketuk. Jam digital di ruang tengah menunjukkan pukul 22.00. “Who’s there?” ucap Windi dari dalam. Ia masih berdiri dibalik pintu. Enggan untuk membuka pintu.

    “It’s me,” ucap suara berat dari luar. Seketika Windi langsung meraih gagang pintu dan membuka pintu. Chanyeol berdiri di depan apartemen Windi dengan keadaan lusuh. Kedua lengan kemejanya digulung hingga siku, kancing kemejanya sudah terbuka dua dan tanpa dasi disana. Wajahnya terlihat sayu. Begitu Chanyeol melihat Windi, ia langsung memeluk perempuan dengan piama merah jambu didepannya.

    “Kamu ngapain disini?” Chanyeol masih terdiam. Mulutnya tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya ada napas yang terdengar dari keduanya. Windi melepas pelukan Chanyeol. “Masuk,”

    Keduanya masuk dan duduk di sofa yang berada di ruang tengah. “I need you and I miss you,” Ucap Chanyeol pada akhirnya setelah lebih dari lima belas menit keduanya diam. Didepan keduanya kini sudah ada dua gelas teh hangat.

    “What’s going on?”

    Bukan jawaban yang diperoleh Windi dari Chanyeol, ia justru mendapatkan sebuah senyuman seringai dari bibir Chanyeol. “Cantik,” ucap Chanyeol pelan.

    “Hah?”

    “Aku gak tau kamu potong rambut,”

    “I just did yesterday,”

    “Aku terlalu gak peduli ya sama kamu?”

    “Maksud kamu apa?”

    “Aku ngerasa aku sibuk kerja sampai-sampai aku aja gak tau kalo kamu potong rambut,”

    Windi tertawa pelan. “You just overreacted,

    “Selama ini aku selalu nyoba sebisa mungkin, tapi aku tetep aja dimarahin sama bos,” Chanyeol mulai berucap. Windi tau jika saat ini Chanyeol hanya butuh teman untuk mendengarkan. “Aku selalu lembur, ikut sampai ke luar kota. I did my best, tapi tetep aja ada yang salah,”

    “Hey, hey, semua orang pernah buat salah, kamu gak harus mikir kaya gitu,” Windi memeluk Chanyeol dan mengusap pelan punggungnya.

    “Kadang aku mikir buat keluar dari sana, tapi aku gak bisa, aku masih anak baru di sana.”

    “You did well, Chan, You always did your best, I believe in you,” entah mengapa ada perasaan bergetar di dalam diri Chanyeol. Jantungnya berdegub cepat. Sebuah perasaan yang sudah lama tidak Chanyeol rasakan. Ia merasa... tenang, tekanan yang ia dapatkan dari atasannya seperti seketika hilang saat ini juga. Chanyeol melepaskan pelukannya.

    Tangannya yang besar bergerak mengusap wajah Windi. Kedua tangannya menangkup wajah Windi yang menurutnya sangat menggemaskan, then he gives her a light peck on her lips.

    “Makasih ya, kamu selalu yang bisa bikin aku lega,”

    Kini giliran kedua tangan Windi yang bergerak menangkup wajah Chanyeol, ia mencubit pelan kedua pipi Chanyeol, membuatnya tertawa. “Aku tau kamu itu anaknya ambis banget, tapi aku tau kalo kamu juga punya limit. Tugas aku cuma bisa ngingetin kamu aja dan jadi pendengar yang baik buat kamu,” Chanyeol tersenyum.

    “Hehe, sayang,” ucap Chanyeol membuat keduanya tertawa.

    “Oiya! Aku tadi lagi main gitar, kamu mau denger?” tanpa menunggu jawaban dari Chanyeol, Windi berjalan menuju kamar untuk mengambil gitarnya, tak lama berselang, ditangannya sudah menggenggam gitar. Ia kembali duduk di depan Chanyeol.

    “Kamu mau nyanyi apa?”

    “Greyson Chance, As Good As Gold,” ia tersenyum dan jarinya mulai memetikkan gitar. Terdengar alunan yang begitu menenangkan begitupula dengan suara indah Windi yang tak pernah bosan untuk Chanyeol dengarkan.

    I know you’re hurting and you’re feeling sold
    I know it hurts when you don’t know where to go
    And when you’re tied up by the past you hold
    You’ve got to know
    That you are good as gold

    I see crack in your ribs when you fell
    Over your heels
    I see your hurt by the words when he said
    Love it ain’t real
    But let me hold you and tell you what I see
    You are the light of the day
    You mean so much to me,

    Petikan gitar terakhir terdengar, diakhir nyanyian Windi terdengar sebuah tepukan dari kedua tangan Chanyeol dibarengi dengan senyuman yang lebar. “Aku mau kamu sering nyanyiin aku,” ucapnya.

    “Gak ah,”

    “Loh?”

    “Habis kamu lembur terus, aku males nyanyiin,” Chanyeol tertawa pelan. Tangannya mengusak rambut Windi dengan pelan dan turun untuk mencubit pipinya.

    Mata Windi melirik sekilas ke arah jam digital yang ada di belakang Chanyeol.

    “Udah jam setengah dua belas, kamu gak mau pulang?” Chanyeol menggeleng.

    “Aku mau tidur disini aja,” Windi mengangkat kedua alisnya. “Please?”

    “Di sofa?”

    “Kamar lah,”

    “Kan kamarnya cuma satu!”

    “Ya bareng sama kamu, dong!” Windi menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

    “What? Unbelievable!” Chanyeol tertawa pelan.

    “I want cuddle!” Ucap Chanyeol membuat Windi hanya geleng-geleng kepala kemudian ia berdiri dari sofa sembari membawa gitarnya. “Wiiin! Windii,”

    “Apasih? Mandi dulu sana, bau!” ucapnya kemudian masuk kamar dan menutup pintu, membuat Chanyeol tertawa kecil.

    “Yes!” ucapnya pelan kemudian berdiri dari duduknya menuju kamar mandi.

**

Ada-ada saja kelakuan bapak satu ini😔 Namanya saja anak ibu kota😔

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang