Salah satu Rumah di sebuah perumahan di bilangan Jakarta Pusat masih ramai walaupun jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Rumah tersebut ramai oleh beberapa mahasiswa dari UKM drama dan dance yang memang akan mengadakan kolaborasi bersama.
Yeri dan Arka, menjadi salah satu dari beberapa anak yang ikut didalamnya. Menikmati malam di rumah salah satu anak drama.
“Sayang banget Sehun gak ikut!” seru Christie, salah satu anak drama yang biasa mengurusi bagian instrumental.
“Sibuk banget emang, Yer? Dia kan juga anak drama dulunya,” ujar seseorang lainnya. Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum kecil, kemudian menjawab,
“Iya, dia, kan sekarang ngurusin kepanitiaan basket juga sama Kak Dito,” ujar Yeri sembari mengambil keripik yang ada di meja. “Kepanitiaan terakhir kata dia sebelum sibuk magang sama skripsi,”
“Ooh, pantesan,” beberapa anak drama lainnya hanya ikut mengangguk-angguk paham. “Enak gak sih punya cowok ganteng gitu? Ya, maksud gue, siapa sih yang gak bakal naksir Kak Sehun? Sorry to say, ya, tapi dia emang cakep banget, lo beruntung!”
Yeri kembali tertawa kecil mendengar celotehan temannya. “Ya ada enaknya ada enggaknya, sih. Enak karena dia baik, gak enaknya karena banyak yang ngelirik, kayak lo gini,” jawaban Yeri seketika membuat teman-teman drama lainnya tertawa.
“Gantengan juga gue,” celetuk Arka saat kembali dari dapur mengambil cola dari dalam kulkas.
“Tapi gue gak pernah melihat sisi kegantengan lo, Ka, maaf,” ujar Christie membuat Arka mendengus dan duduk di sebelah Yeri.
“Belum aja kalian sadar kalo gue lebih ganteng daripada Sehun,” Arka menyenggol pelan pundak Yeri. “Ya, gak?” tanyanya, membuat Yeri mengerjap ke arahnya dengan tatapan bingung,
“Kan! Yeri aja bingung mau jawab apaan,”
“Ah! Gak asik kalian!” sontak seluruh ruangan kembali dipenuhi dengan gelak tawa.
“Lagian nih, Ka, kalo misal Yeri putus sama Sehun juga dia gak mau sama lo, Ka,”
“How do you know?” tantang Arka, saat ini ia tidak boleh kalah.
“Ya menurut lo aja? Masak dari Sehun anjlok ke lo?” Christie menjawab sekenanya. “Yer, misal, nih, ya, misal, lo putus sama Sehun, lo mau gak sama Arka?” kini seluruh ruangan yang terdiri dari tujuh orang tersebut mengarahkan pandangannya ke Yeri, begitu pula Arka.
“Hah? Kenapa nih?”
“Udah, jawab aja, lo mau gak sama gue?” Arka berujar tak sabar. Kini kedua matanya sudah memandang ke arah Yeri, membuat Yeri sedikit canggung.
“Ng... gue, gue gatau, Kak! Hehe.” Jawabnya diakhiri dengan cengiran yang lebar.
“Kan! Berarti dia gak mau sama lo, Ka!” seru anak seorang anak dance dibarengi tengan tawa.
“Enak aja! Kan dia bilang gatau, bukan gak mau!” Arka membela diri. “Belum naksir aja sama gue,”
“Alah, lagian mana ada yang mau sama lo, Ka? Gebetan lo kebanyakan, tuh. Mau deketin juga udah ilfeel duluan kali!”
*
Suasana di dalam mobil sangat senyap. Arka menyetir dengan fokus namun sesekali melirik ke arah perempuan yang kini tengah tidur di bagian kursi penumpang tersebut. napasnya teratur, namun, sesekali ia bergerak untuk memperbaiki posisi tidurnya.
Jika Arka mau, ia bisa saja memutar mobilnya dan berkeliling Jakarta agar bisa menghabiskan waktu lebih lama dengannya. Namun ia tak mau selicik itu. Tidak untuk saat ini, saat perasaan perempuan itu masih milik orang lain. Ia tidak mau kalah sebelum berperang. Ia harus merancang strategi sebelum berperang.
Mobilnya berhenti tepat di depan pagar rumah Yeri, namun ia tidak ingin membangunkannya. Arka ingin membiarkan Yeri bangun dengan sendirinya, sekalipun ia harus menunggu hingga matahari terbit. Ponsel Yeri berdering dari dalam tas yang ia letakkan di sampingnya. Arka sedikit ragu apakah ia harus mengambil ponsel Yeri dan mengangkatnya? Atau membiarkan hingga panggilan tersebut berakhir.
Pada akhirnya, ia hanya diam ditemani dengan suara ponsel Yeri yang masih berbunyi. Ia memilih untuk tidak melihat siapa yang menelepon ponsel Yeri walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Lima belas menit berlalu, dengan susah payah akhirnya Yeri membuka matanya dan sedikit terkejut karena ia masih di mobil Arka. “Kita udah sampe, Kak?” tanyanya seperti setengah sadar, membuat Arka tertawa kecil.
Arka melihat ke arlojinya dan tersenyum. “udah dari lima belas menit yang lalu,”
“Kok gak dibangunin?”
“Mana tega?”
“Ye, harusnya bangunin aja kali, Kak, daripada lo nunggu bangun,”
“Gak apa-apa, kan jadi gue bisa lebih lama sama lo,” ucap Arka membuat Yeri sedikit salah tingkah. “Cie, salting, ya?!”
“Apaan sih!” seru Yeri sembari memukul lengan Arka, membuat laki-laki didepannya itu semakin menjadi.
“Yaudah, sana masuk, terus langsung tidur, gausah mainan hp, jangan lupa cuci kaki cuci tangan,”
“Aduh, bawel banget deh, ngelebihin Mama!”
“Ya gak apa-apa, dong! Anggep aja latihan,"
“Latihan? Buat?”
“Siapa tau aja nanti gue terus yang tiap malem ngingetin lo buat selalu cuci kaki dan tangan sebelum tidur,”
“Ngaco,” ucap Yeri ringan sebelum membuka pintu mobilnya. “Makasih, ya, tebengannya! Hati-hati baliknya, Kak,” ia berbicara sebelum akhirnya keluar dari mobil dan memasuki rumahnya.
Sementara itu Arka hanya tersenyum dan memandang Yeri yang sudah menghilang masuk kedalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.