Joyce Karissa
Gue agak bingung pas mau ngambil minum di dapur dan melihat Bang Suho duduk di meja makan dengan wajah yang asem banget menurut gue. Jerus sunkist juga kalah asem kayaknya. Mukanya lesu banget. Gue pernah sih lihat ekspresi dia kayak gitu, tapi kapan ya? Oiya! Pas sahamnya turun 0,43% dari harga normal.
Wajah Bang Suho masih sama aja bahkan setelah gue mengambil orange juice di kulkas. Bahkan kayaknya dia gak menyadari kehadiran gue deh? "Bang!" panggil gue sambil menyenggol badannya menggunakan pinggul gue. Karena tangan gue udah penuh. Kanan memegang cookies, kiri memegang jus.
"Gausah rese deh, Joy." Ucapnya malas. Gue langsung menarik kursi dan duduk di sebelahnya.
"Kenapa sih? Tumben banget muka lo suntuk gitu?" gue mengunyah cookies coklat. "Saham lo turun lagi? Tapi setau gue enggak kan ya?" gini-gini gue paham masalah saham, kan gue juga main saham walaupun skalanya belum sebesar Bang Suho.
"Ya emang enggak turun." Ia masih berucap dengan nada malas.
"Terus kenapa dong?" gue mencoba menebak-nebak lagi kira-kira hal apa yang membuat Bang Suho bete.
Tiba-tiba dia mengarahkan posisi duduknya ke arah gue, membuat gue agak kaget "Joy, liat abang." Ujarnya tiba-tiba, membuat gue langsung melihat ke mukanya dan menaruh gelas jus gue di meja.
"Udah bang, Jelek."
"Joy!" gue langsung diem, kayaknya masalahnya emang serius deh "jangan bercanda."
"Iya-iya, kenapa sih bang?"
"Joy, emang abang se-ngeselin itu ya?"
"Hah? Ya, gimana sih..."
"Jawab dong."
"Iya bang. Kadang, dikit." Jawab gue ragu karena takut gue gak dibawain oleh-oleh lagi waktu dia ke Jerman. "Uhm, emang kenapa ya, bang?"
"Abang lagi suka sama cewek." Gue kaget. Hm, gak yang lebay juga tapi beneran kaget, because its been long time ago since the last time he says he loves someone.
"Serius?" ia mengangguk. "terus, masalahnya apa?"
"Cewek yang abang taksir sepupunya Sehun, terus Sehun agak gak suka abang."
"Wait, Sehun who? Is he one of your friends who really often come to here? Or? OH!!! IS HE THE ANNOYING ONE?!! UGH!"
"Bukan, yang suka berisik si Badar." Kata Bang Suho, oh, beda ya? Soalnya semuanya berisik sih. "yang tinggi, mukanya kayak bule." Gue mencoba mengingat-ingat teman-teman Bang Suho, seinget gue cuma ada dua yang tinggi. Yang satu badannya gede yang satu enggak begitu. Kayaknya gue tau deh yang mana.
"Oh, yang suka pake kaos polosan putih itu doang bukan?" dia mengangguk "kenapa dia gak suka lo? Kayaknya kalo main kesini biasa aja deh? Malah sering ngeribetin gara-gara bolak balik pesen gofood."
"Dia gak suka katanya abang sombong."
"Hm, lo tuh gak sombong bang, cuma ya gitu, ngomong lo ketinggian." Balas gue yang langsung mendapat lirikan dari dia. Kayaknya gue salah ngomong.
"Terus dia juga ngomong kalo abang kaku, gak lucu terus old minded."
"Ya emang! Say it louder!" lagi. Gue menutup mulut gue. Emang gak bisa direm kayaknya.
"Abang harus gimana dong, Joy?"
"Gimana ya, Bang? Kalo PDKT sih biasanya nunjukin sisi terbaik. Ya gak sih?" gue berucap tak yakin. Ya maaf-maaf nih, gue kayak udah lupa rasanya di-PDKT-in gara-gara selama kuliah cuma ngurus bisnis.
"Duh, tau ah, Joy, abang pusing." Dia mengacak rambutnya dan berdiri dari kursi "percuma kayaknnya curhat sama lo, gak ngasih solusi malah nambah pusing." Bang Suho ngomel sambil meninggalkan gue yang bingung.
Lah? Jadi gue diomelin nih? Pantesan si Sehun-Sehun itu gak suka, Bang Suho aja kerjaannya ngomel melulu. Gue menepuk jidat karena heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.