Jongin gelisah. Pikirannya penuh akan dua pilihan. Haruskah ia memberitahu Talitha sekarang atau nanti. Ia terus menggigit sedotan yang ada di gelasnya, sementara itu perempuan yang ada didepannya justru sedang asik menggulung spageti dengan garpunya sembari membaca webtoon dari ponselnya.
"Ay," panggil Jongin.
"Hm? Apaan? Bentar ini abis ini kelar," balasnya yang justru membuat Jongin semakin gelisah. Ia tidak sedang akan berbicara dengan orang tua Talitha namun rasanya sungguh aneh.
Tak lama kemudian Talitha meletakkan ponselnya disamping piring makannya. Pandangannya langsung tertuju pada Jongin.
"Kenapa?"
"Aku mau minta pendapat kamu nih."
"Iya apaan?"
"Aku dapet tawaran dari Mas Dimas. Diajak ke Perancis. Menurut kamu aku harus ambil gak?"
"Ambil." Jawab Talitha sedetik kemudian.
"Kan kamu belum aku ceritain apa tugasnya,"
"Ya paling kamu jadi asisten Mas Dimas, kan? Mana mungkin Mas Dimas ngasih tugas aneh-aneh. Kamu gak bakal disuruh nyopet di Perancis."
"Ya... Iya sih," Jongin menggaruk tengkuknya. "Tapi kan bakal LDR!"
"Terus kenapa?"
"Kamu gak kangen aku apa?" Tanya Jongin sembari menopang dagu di kedua tangannya.
"Ya kangen lah. Tapi kan kamu kesana buat kerja."
"Kamu gak ada niatan buat nyegah aku pergi gitu?"
"Penting banget?"
"Yaelah," Jongin berujar lesu. "Biasanya tuh pasangan lain kalo mau LDR pada dicegah, kamu malah nyuruh pergi," Jongin menggembungkan pipinya.
Talitha tertawa. Ia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Dengerin, kamu kan kesana buat kerja, cari pengalaman, ngapain aku nyegah kamu buat berkembang jadi lebih baik? Kalo cuma LDR doang sih, bukan masalah buat aku. Paling kamu disana sebulan dua bulan. Paling lama tiga bulan. Lebih dari itu bunda nyariin,"
"Tapi kan aku bisa aja nyari cewek perancis disana,"
Lagi, Talitha tertawa. "Mana ada? Orang Perancis individualitasnya tinggi, yang ada kamu yang gak betah. Liat, kamu aku suruh makan sendiri aja gak mau. Di kampus juga kemana-mana sama Sehun, kayak gitu kok mau nyari cewek perancis."
"Kok gitu sih kamu?"
"Fakta." Ucap Talitha pendek. "Emang disana bakal ngapain aja?"
"Diajak ke pameran buat cari inspirasi acara expo tahun depan. Sama nemuin klien disana juga sebenernya," jelas Jongin.
"Ooh, yaudah, berangkat sana. Minta ijin bunda."
"Kamu beneran ngijinin?"
"Iya lah,"
"Aku tanya sekali lagi nih! Beneran kamu ngijinin?" Jongin kembali bertanya untuk memastikan jawaban terakhir yang keluar dari mulut Talitha sama dengan yang pertama.
Talitha menghela napas berat melihat laki-laki didepannya ini.
"Sekarang misal, aku gak ngijinin kamu, kamu mau apa? Gak berangkat? Terus menyia-nyiakan tawaran Mas Dimas?" Jongin terdiam. Ia tidak bisa menjawb pertanyaan Talitha. "Kalo kamu sampe gak berangkat cuma gara-gara aku gak ngijinin kamu, berarti aku jahat sama kamu. Gak bolehin karir kamu berkembang. Aku egois. Padahal kalo kangen masih bisa video call,"
"Tapi kan time gap-nya jauh,"
"Lah kan kita kan bukan pertama kali kayak gini. Dulu pas aku di Italy juga udah, kan?" Ucap Talitha. "Kamu bangun tengah malem atau aku yang pagi-pagi telepon kamu pas berangkat ke kampus. Time gap is not a problem, baby. Your insecurity is the problem."
Jongin kembali terdiam.
"Kamu takut kan kalo gak betah disana? Padahal kamu aja belum jalanin. Takut disana dapet masalah, takut semuanya gak berjalan lancar, iya?" Jongin mengangguk.
"Itu cuma sugesti di kepalamu. Kamu gak boleh mikir gitu. Semua bakal baik-baik aja kalo kamu mikir baik. Kamu bakal berangkat dan pulang ke Indonesia baik-baik aja dan membawa hasil baik juga buat kerjaan kamu. Aku gak ngusir kamu buat pergi, tapi aku mau karir kamu berkembang."
Jongin tersenyum.
"Yaudah, aku pergi. Besok aku ijin bunda. Titip bunda."
"Gak titip ayah kamu sekalian?"
"Enggak deh. Ayah udah gede." Jongin tertawa.
"Yes, she is right. My insecurity is my biggest problem, and I have to fight it." Batin Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.