Shilla Chilla

2.6K 465 16
                                    

Windi Adriana

Ada yang gak biasa dengan hari ini. Dari semalem Chanyeol udah telepon gue, mastiin kalau besok gue bakal di rumah dan gak ada acara lain baik janjian sama keluarga atau sama teman. Semenjak balik ke Indonesia, gue masih aja jarang ketemu dia karena emang kerjaan dia yang setumpuk dan gue gak pernah tega buat nuntut dia selalu nemuin gue. Apa ini karena efek LDR dan gue udah biasa gak ketemu? Jadi biarpun udah balik ke Indonesia tetep aja rasanya kayak LDR.

Ponsel gue berdering tanda panggilan masuk. Ternyata Chanyeol, dengan segera gue langsung menggeser tombol hijau di layar.

"Gimana yang?"

"Kamu beneran gak ada janji sama siapa gitu kan nanti agak siangan?" dia menanyakan hal yang sama sejak semalam.

"Astagaa, enggak. Kan aku udah bilang enggak." Ujar gue agak sedikit kesal, karena beneran dia tanya itu udah berkali-kali sejak semalam. "aku udah ngomong sama Mama gak mau kemana-mana karena diajak kamu. Kenapa sih?"

"Hehe maaf deh, jangan marah dong." Kata dia, gue udah tau pasti dia ngomongnya sambil senyum-senyum gak jelas. "soalnya nanti sore sepupu aku Chilla bakal dateng ke rumah. Jadi aku disuruh jaga gitu, ay."

"Terus?"

"Ya aku mau minta tolong kamu gitu, kamu mah gak peka banget sih astaga. Aku mana bisa jaga bocah 4 tahun sendirian?"

"Iya maksud aku kamu mau bawa Chilla kesini apa gimana?"

"Iya aku ke rumah kamu terus nanti kita bawa jalan-jalan aja ke mall apa tempat bermain gitu."

"Yaudah oke, aku tunggu ya." Gue bisa mendengar dia bersorak 'yes' walaupun dalam suara yang pelan.

*

Matahari Jakarta di siang bolong emang gak pernah gagal buat kulit gue kepanasan, bahkan hampir sunburn. Gue emang gak pernah kuat sama dianr matahari karena kulit gue emang sensitif banget. Di Singapura pun gue kemana-mana selalu pake sunblock dan baju lengan panjang.

Begitu gue denger klakson mobil Chanyeol, gue langsung pamit sama Mama Papa dan masuk mobil Chanyeol. Begitu masuk gue bisa melihat Chilla duduk di kursi penumpang dan makan cookies coklat di tangan kanannya. Dia agak terkejut begitu pintu penumpang kebuka tapi dia langsung senyum. Ya ampun, kangen juga sama nih anak. Ini emang bukan pertama kalinya sih gue ketemu Chilla yang punya nama asli Shilla. Udah ketiga kalinya gue ketemu dia dan emang anaknya gampang deket sama siapa aja. Sama kayak Kakaknya.

"Chilla!" seru gue begitu lihat dia lagi ketawa karena Chanyeol memainkan klakson mobilnya. Kayaknya gue lebih seneng ketemu Chilla daripada ketemu Chanyeol deh.

"Chilla duduk sini dulu yuk!" ajak Chanyeol sambil mengangkat tubuh Chilla agar duduk dipangkuannya dulu supaya gue bisa duduk di kursi penumpang terlebih dahulu.

"Chilla makin berat ya?" tanya gue kepada Chanyeol saat Chilla udah duduk dipangkuannya.

"Chilla makin berat ya?" tanya gue kepada Chanyeol saat Chilla udah duduk dipangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya nih. Heran. Masih kecil udah dimakanin aneh-aneh." Gue hanya tertawa mendengar keluhan dari Chanyeol. Dari dulu Chanyeol emang paling anti sama anak kecil, sampai dia diminta buat sesekali ngurus Chilla karena mamanya Chilla sering kerja di luar kota. Awalnya gue bisa mendengar celotehan dia tentang betapa bandelnya Chilla dari dia hampir 24 jam kayaknya, sampe pengang rasanya telinga gue. Tapi lama kelamaan Chanyeol udah jarang lagi mengeluh karena harus ngurus Chilla tiap weekend kalo dia gak ada kerjaan.

Setelah perjalanan yang memakan waktu lumayan lama, kita bertiga akhirnya sampai di sebuah mall. Namanya weekend, pasti pengunjung mall lebih banyak daripada weekdays, ini juga yang ngebuat gue sama Chanyeol makin susah buat ngatur Chilla. Apalagi Chilla gak bisa anteng dan pengen jalan kesana-sini. Beberapa kali Chanyeol ngasih tau Chilla buat gak ribut, berulang kali juga Chilla ngambek bahkan hampir nangis.

Gue bisa liat raut muka Chanyeol udah kesel banget karena gue tau hari weekend dia emang harusnya buat istirahat di rumah, bukan ngurus anak-anak. Tiba-tiba dia jongkok sambil megang pundaknya Chilla, kedua matanya yang bulat ngeliat persis di mata Chilla. "Chilla, dengerin om!" ucapnya membuat Chilla memusatkan perhatiannya ke dia. "Ini tempatnya rame, Chilla gak boleh ribut. Nanti kalo jatuh sakit loh. Lihat, kasian Kak Windi, sampe kecapekan." Chilla kemudian melihat ke arah gue yang langsung gue balas dengan senyuman.

"Udah, Chan." Ujar gue menepuk pundak Chanyeol.

"Nggak, Win, Chilla harus dikasih tau kalo dia salah." Kata dia bersikeras, "aku cuma gamau aja dia jadi kebiasaan ngerengek kalo kondisinya emang gak memungkinkan kayak gini."

"Iya, tapi udah ya," gue menenagkan Chanyeol. "Chilla mau makan aja?" dia mengangguk sambil megangin baju gue. Kayaknya dia emang ketakutan sama Chanyeol. Kemudian gue menggendong Chilla, "mau makan apa? Ayam?" dia kemudian mengangguk dan Chanyeol kemudian berdiri mensejajari langkah gue.

"Kamu tuh kebiasaan selalu kayak gitu." Dia masih aja kesel.

"Gitu gimana?"

"Ngebelain Chilla, padahal tau dia salah."

"Ya ampun, namanya aja anak-anak, Chan. Wajar kali kalo lari-larian." Ujar gue memandang ke arah dia, "kamu cuma kecapean aja sama kerjaan kantor. Makanya marah-marah gak jelas gini." Dia diem. Bener kan apa kata gue, dia cuma kecapekan.

"Kerjaan kantor lagi banyak banget akhir-akhir ini. Sampe gak bisa tidur." Gue tersenyum.

"Lain kali kalo misal capek ya bilang aja gak bisa jaga Chilla, jangan dipaksain. Kamu juga butuh istirahat kali Chan, kalo sakit repot juga."

"Iya-iya." Sekarang malah gantian dia yang diem aja kayak Chilla. "makasih ya, Win."

"Iya gak apa-apa. Lagian aku kangen juga sama Chilla. Iya gak , Chill?" Chilla cuma diem aja sambil liat-liat keadaan sekitar yang semakin rame.

"Kayaknya anak aku bakal terjamin deh kalo punya ibu kayak kamu."

"Mulai deh."

"Aku tuh beneran mau ngelamar kamu. Tapi kamu selalu bilang kalo aku belum siap." Kata dia.

"Kamu kira nikah sesederhana itu? Banyak kali yang mesti dipikirin. Aku juga baru lulus ini, belum kerja juga, masih ngurus ini-itu."

"Ya paling gak kan aku udah ada niat."

"Iya niat aja sih gak apa-apa, tapi tetep aja, masih banyak yang perlu di siapin." Kata gue saat kita udah duduk di meja setelah memesan makanan. "dewasain dulu diri kita masing-masing. Benahi diri kita dulu, baru lanjut."

Dia tersenyum ke arah gue. Senyum yang gak pernah dia tunjukin walaupun udah setahun kita pacaran. Bahkan gue merasa deg-degan saat ini. "Gak apa-apa. Aku tunggu kamu sampe kamu ngerasa aku udah cukup dewasa buat kamu."

*

Mohon maap karena mas pcy ft anak2 kadang melemahkan jiwa aq. Padahal gue gatau itu editan apa bukan seterah aja.

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang