Dekan terbangun dari tidurnya dengan nafas tergopoh-gopoh serta keringat bercucuran. Ia melihat kearah sekitar. Ia semalam terus melamun dan memikirkan sang Papa, namun tanpa Ia sadari, Ia malah tertidur disofa ruang tengah itu.
Nafas Dekan masih saja tersengal-sengal karena mimpi butuknya itu yang terasa nyata dan menyayat hatinya. Dekan bahkan merasakan nyeri di dadanya saat teringat mimpi buruk itu. Dekan melihat jam dinding menunjukkan pukul 08.00 WIB.
Dekan meraih ponselnya. Dekan bersigap mengecek ponselnya karena Ia berfikir siapa tahu ada yang mencoba menghubunginya karena keadaan Papa nya. Benar saja, dilayar ponselnya terlihat ada 5x panggilan tak terjawab oleh Vla, 12x panggilan dari Jason dan 7x panggilan dari Evans. Pikiran Dekan langsung kalut dan melayang entah kemana. Dekan langsung mencoba menghubungi Jason bergantian Vla dan juga Evans. Namun sayangnya tidak ada yang menjawab atau mengangkatnya. Pikiran Dekan makin tak karuan. Benci memang ada dibenaknya soal sang Papa, tetapi ikatan batin antara anak dengan Ayah, tidak bisa dirubah dan dimusnahkan. Dekan tetap ada rasa simpati bahkan menyayangi sang Papa, meski rasa gengsi ada menyelimutinya karena ucapan yang dulu pernah Ia lontarkan sebelum Ia memilih meninggalkan keluarganya itu dan memilih hidup tenang bersama orang tua angkatnta yang tak lain adalah adik dari sang Papa nya itu sendiri.
Dekan langsung bergegas mencuci muka nya, mengganti baju piyama nya dengan fashion casual. Kemudian Ia menyambar kunci kontak mobilnya dan segera bergegas menuju kerumah sakit tempat sang Papa nya dirawat.
Sesampainya disana, Dekan terkejut saat bertanya dengan salah satu perawat yang sedang berjaga di Icu, karena pasien yang bernama Leo sudah tidak ada di Icu lagi. Seakan hati Dekan runtuh dan kakinya pun kelu. Ia kebingungan karena mimpi buruj itu sepertinya nyata dan menguasai kenyataan didepan mata. Dekan celingukan tanpa fokus memandang kearah manapun." Maaf Mas". sapa perawat itu dan membuyarkan sikap kebingungan Dekan.
" Mas cari Tuan Leo yang semalam ada dirawar disini kan Mas??".
" Iy, iya sus, apa beliau sudah dipulangkan??".
" Maaf mas, Beliau semalam sudah dipindahkan diruang Vip nah itu beliau ada didepan pintu ruangan kamarnya". Ucap perawat itu sambil menunjuk kearah yang lumayan berjarak kesalah satu koridor dan disana ada Leo yang duduj dikursi roda didampingi oleh Vla dan Beliau sedang mengusap wajah anak seorang laki-laki berumur 13th. Dekan langsung terpaku melihat pemandangan itu. Dekan merasa tersentuh dengan apa yang Ia lihat. Karena pada umur yang sama seperti anak itulah, Dekan memilih pergi meninggalkan keluarganya dan bersikeras dengan keputusan dan juga kemauannya.
" Makasih Sus". Ucap Dekan pada suster itu lalu melangkah menuju kearah sang Papa dan sang Kakak. Disana terlihat ada Jason juga Evans yang setia mendampingi Vla dan juga Papa mertuanya mereka itu.
Dekan semakin mendekat, namun belum ada yang menyadari keberadaan Dekan itu karena posisi Vla, Jason, Evans dan Beliau semua membelakangi Dekan.
" Nak?? namanya siapa??". Tanya Leo pada anak itu.
" Daffa, Om, Om maaf ya, tadi Daffa gak sengaja ??".
" Iya Daffa, lagi pula Om gak apa-apa kok".
Anak bernama Daffa itu memang ada sempat menubruk kursi roda Leo karena asik berlari-larian.
" Dek?? ayo kesana, dicariin Papa sama Mama, disuruh pulang!!??". Teriak seorang wanita dari seberang, yang umurnya tak terpaut jauh dari Daffa dan itu adalah kakak perempuan Daffa.
" Iya kak Exa". sahut Daffa sedikit berteriak kearah kakaknya.
" Exa??? itu tadi kakak kamu??
" Iya Tante, itu adexa kakak aku satu-satunya". ucap Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA LOVE STORY JeeBE Group
General FictionKisah seorang gadis yang saat remaja biasa disapa dengan nama Vla. Tak pernah menyangka akan hidupnya bisa serumit dan sempat merasa ngeri. Vla adalah gadis manis, cantik, baik meski Ia sering bersama dengan teman akrabnya menggeluti dunia hiburan...