Lily hanya tersenyum sendiri mengingat beberapa waktu lalu ketika Aran mengucapkan terima kasih kepadanya. Pria itu bisa romantis rupanya, apakah kejadian seperti itu bisa disebut suatu hal yang romantis? Lily beranggapan seperti itu. Hanya saja hatinya tergoyah ketika pria itu mengatakan terimakasih dengan senyuman kecil yang tulus, wajah Aran tampak manis membuat jantung Lily tak karuan berdetak memacu semakin kencang.
Diingatnya kalimat itu berkali kali. Tangan Lily sibuk membilas peralatan yang digunakan Aran tadi, dirinya masih tersenyum sendiri, lama lama jadi gila gadis itu.
Berharap pria itu berubah pikiran mengenai hubungan gelapnya, terbesit jauh dalam dasar hati Lily ingin Aran kembali kedalam jalurnya. Maksudnya ia ingin Aran sadar hubungannya yang pria itu lakukan adalah salah, Lily lah istri sahnya. Lily ingin memiliki Aran.
Memang saat ini ia sudah memiliki Aran namun hanya dalam status menikah saja bukan memiliki hatinya. Sangat berbanding terbalik saat gadis itu bertemu pertama kalinya dengan pria itu pada waktu lalu.
Hari ini Lily sangat bersemangat untuk melakukan pekerjaan rumahnya berharap Aran melihat usahanya dan suka dengan yang ia lakukan. Rumah Aran termasuk cukup besar namun dirinya tak mempunyai asisten rumah tangga dengan bertujuan agar dirinya tidak bermalas malasan, Aran suka jika dirinya terus berproduktif setiap detiknya tidak menyia nyiakan waktu baginya waktu adalah uang, begitulah dia di didik di keluarga Ahmad.
Semua pekerjaan rumah Lily kerjakan mulai dari membersihkan dapur, mengepel seluruh lantai, menyikat kamar mandi, membuang sampah, memastikan semuanya tidak ada debu sama sekali. Memerlukan waktu hampir satu jam lebih untuk melakukan semua itu.
Untung saja Lily sudah terbiasa dengan hal ini di rumahnya sebelumnya sehingga tubuhnya tidak merasakan lelah yang luar biasa. Kini hanya kurang membersihkan meja kerja Aran.
Ding Dong...
Lily menoleh kearah pintu menghentikan pekerjaannya, tangannya masih memegang lap kotor.
Ding Dong...
Bel itu berbunyi untuk kedua kalinya, lantas Lily segera bergegas menuju pintu untuk membukanya. Sayangnya langkah kakinya kurang cepat, dirinya sudah didahului Aran yang telah memegang gagang pintu di depan sana.
Saat begitu pintu terbuka Lily terbelalak melihat bayangan seorang wanita yang jakung berambut pirang wanita itu hanya menggunakan dress merah pendek selutut.
Tak menunggu lama wanita itu langsung menyambar Aran memeluknya dengan erat tak memperdulikan Lily yang sedang mematung dihadapannya.
Yup, Helena memang sengaja melakukan hal itu di depan Lily. Bagaimana Lily tidak terbakar? melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain di depan matanya meskipun ia tak menginginkan pernikahan ini sebelumnya.
Namun Helena menghancurkan segalanya, lebih dari yang ayahnya lakukan terhadapnya.
Dunia terlihat sangat tidak adil. Bagaimana aran tidak lebih memilih wanita itu, lihatlah! Wanita itu dari segi fisik hampir sempurna dibandingkan Lily yang hanya bertubuh mungil.
"Brengsek!" Umpat Lily pelan.
Tak butuh waktu lama Lily melempar buku ke lantai, yang ia dapatkan tadi di meja kerja Aran. Gadis itu sering melempar barang, bahkan sampai merusak jika dirinya sedang mengamuk.
Spontan kedua sejoli itu menoleh ke arah Lily yang berdiri mematung menatap mereka berdua.
" Apa yang kau lakukan disini Helena!" Suara Lily jelas jelas terdengar tak menunjukkan keramahan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...