Disaster

967 50 2
                                    

Kini Lily membuka matanya ia tersadar begitu hari menjelang sore, rupanya ia tertidur setelah meluapkan emosinya tadi. Seingatnya terakhir ia tadi menangis berada di pelukan Aran.

Dilihatnya sekelilingnya tak ada siapapun, apa mereka berdua masih berada di kamar? Mana mungkin mereka tak jenuh berdiam diri seharian berada di kamar.

Lily melingkap selimutnya dan berdiri ingin memastikan keberadaan Aran. Tumben sekali Pria itu tak menampakkan batang hidungnya.

Dicari carinya Aran ke seluruh ruangan namun tetap saja pria itu tak terlihat sama sekali. Begitu pula ia menyimpulkan pria itu memang masih ada di atas dan kemungkinan juga Helena bersamanya.

Isi kepalanya berkecamuk menggiring langkah kakinya menuju lantai atas.

Entah dorongan dari mana Lily berkeinginan berniat menyusul mereka di sana, meskipun dia tidak punya kepentingan apapun. Hanya ia rasa perlu ke sana.

Langkah demi langkah ia telusuri anak tangga berlapis marmer putih mengkilat, seluruh permukaan lantai rumah itu memang sengaja di desain Aran menyerupai istana di Eropa.

Sesampainya di depan pintu berwarna putih dimana kamarnya berada Lily berusaha mengetuk pintu pelan dengan ragu.

Rupanya tak ada jawaban sama sekali, kemudian Lily mencoba mengetuk kembali tetapi kali ini lebih kencang. Lagi lagi tidak ada jawaban.

Semakin kesal dibuatnya, Lily memegang gagang pintu kamar nekat hendak membukanya, saat itu juga secara bersamaan pintu itu terbuka sebelum Lily mendorongnya terlebih dahulu. Dari balik pintu Helena sudah melototinya membuat Lily sedikit mundur, wanita itu tampak mengerikan dengan hanya mengenakan baju yang amat terbuka membuat Lily tersenyum miring seperti mengejek, tentu saja membuat Helena tak senang.

" Kenapa kau menatapku seperti itu?!" Sembur Helena tanpa basa-basi.

" Tidak." Lily masih menatap Helena dari ujung kepala hingga ujung kaki.

" Lalu kenapa kau tersenyum seperti itu?!" Helena masih dengan nada tinggi seperti sebelumnya. Pandangan Lily memang membuatnya tak nyaman.

" Tidak." Lily dengan cepat menggeleng main main.

" Kenapa kau kesini?!" Dengan nada sinis Helena berkali kali melemparkan pertanyaan kepada Lily yang sedari tadi masih tak ubah senyum miringnya menyinggung seolah olah memandang jijik Helena.

" Aku hanya mencari Aran, memangnya salah?" Lily menyadari sedari tadi Helena panas dengan dirinya.

" Aran tidak ada disini." Singkat Helena.

" Benarkah? Bolehkah aku masuk?" Lily melongok kedalam sedari tadi tubuh Helena menghalangi pandangannya.

" Sudah ku bilang Aran tidak ada disini!" Seru Helena jengkel.

" Aku hanya memastikan, apa salahnya." Jawab Lily dengan santai.

Kini tubuh Helena maju memperkecil jarak antara dirinya dengan Lily. Tangannya memegang dagu Lily dan mendongakkan wajahnya agar ia dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tatapannya tajam.

" Tak usah kau repot repot mencari Aran, dia sudah aman bersamaku."

" Benarkah? Lalu mengapa kau tak menjadi istrinya saja." Lily menyingkirkan tangan Helena dengan kasar. Nyatanya pernyataan Lily telak sangat menohok.

" Mengapa kau tak tutup mulut busukmu itu. Apa kau sadar siapa kau disini?!" Ucap Helena berapi api.

" Aku adalah istrinya." Ucap Lily dengan yakin meskipun selama ini berbalik dengan kenyataan, ia pun belum pernah diperlakukan sebagai seorang istri sebagai mana semestinya. Namun statusnya memanglah istri Aran benar adanya.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang