Here You Are

1K 41 6
                                    

Hari yang cerah untuk membuat alasan keluar rumah ataupun sekedar bersantai, kebetulan hari ini Aran sedang off day. Helena tak tinggal diam begitu saja, ia akan berusaha membuat beribu alasan agar dapat pergi bersama Aran keluar rumah.

Helena meminta Aran mengantarnya USG ke rumah sakit, mengingat genap usia kandungannya 8 bulan, Helena sudah tak sabar lagi menunggu bulan berikutnya dimana puncak perjuangannya membobot jabang bayi akan usai, pasti Aran akan bahagia begitu melihat anaknya lahir, pikir Helena. Aran tak punya alasan untuk menolak karena yang dikandung Helena adalah anaknya, lagipula hari ini ia tidak ada jadwal pertemuan sama sekali. Terpaksa Aran mengiyakan ajakan Helena.

Aran terus menyetir dalam diam, ia malas berbasa basi dengan Helena yang terus berkicau tanpa henti, ingin rasanya Aran menyumbat telinganya rapat rapat. Semua yang dibicarakan Helena tidaklah terlalu penting baginya, wanita itu hanya bercerita bagaimana gemerlapnya dunia modis yang ia ikuti, Helena juga bercerita rekomendasi brand brand yang ia sukai. Aran hanya menanggapinya dengan gelengan kepala, dan terus fokus menyetir.

Sesampainya di rumah sakit para perawat menyambut Aran dan Helena seperti sepasang suami istri yang sedang menunggu kelahiran bayinya, para perawat menawarkan kursi roda untuk Helena agar tak terlalu kelelahan mengingat begitu luas rumah sakit ini. Helena mengangguk dan duduk dengan antusias, Aran pun mendorong pelan kursi roda Helena, mengikuti arahan perawat ke ruangan USG yang telah disediakan.

Begitu waktunya pemeriksaan, seorang perawat menggiring sang calon ibu untuk memasuki ruangan USG, namun seketika Helena tertahan melihat Aran tak ikut masuk.

" Mengapa kau diam disini?" Tangan Helena meraih tangan hampa Aran.

Aran tak menunjukkan ekspresi antusias apapun, hanya tersenyum hambar kearah Helena. " Aku tunggu di luar saja."

" Mengapa? Apa kau tak ingin melihat calon anakmu? Temani aku sebentar saja." Tangan Helena menarik narik Aran memaksanya untuk ikut masuk.

Namun tetap saja Aran membentak menolaknya mentah mentah. " Ku bilang tidak Helena!"

Helena tersentak akan hal itu, ia melepaskan tangan Aran, raut wajahnya tampak kecewa dengan jawaban Aran. Netranya terus menatap Aran saat seorang perawat mendorong kursi rodanya memasuki ruangan.

Aran menghiraukan pandangan Helena yang seperti memohon agar dirinya ikut masuk. Pandangannya beralih ke setiap sisi ruangan rumah sakit, pikiran pria itu tak pernah kosong. Selalu terpikirkan istrinya yang entah ada dimana, ia juga berharap yang memasuki ruang USG bukanlah Helena melainkan Lily.

Sembari menunggu Helena melakukan USG, Aran berjalan jalan sekitar rumah sakit guna mengalihkan rasa bosannya. Hiruk pikuk rumah sakit cukup menantang adrenalin, berbagai teriakan kesakitan, suara tangis dimana mana, jarang sekali ada orang berwajah gembira kecuali orang yang baru saja merayakan kelahiran.

Sampai mata gelapnya terkunci pada gadis berambut panjang berwarna coklat yang menggunakan kursi roda yang mirip dengan Lily, Aran terus mengucek matanya berharap yang dilihatnya memang benar. Masih tak percaya, berkali kali Aran mengerjap ngerjap, bayangan itu terasa nyata. Dari bentuk wajahnya, hingga bentuk tubuhnya memanglah Lily.

" Lily!" Aran langsung memburu gadis itu. Berlari menyusulnya.

Sama seperti halnya dengan Aran, Lily tampak terkejut dengan kehadiran Aran di hadapannya.

Suasana terasa mencekam, tak ada yang memulai berbicara terlebih dahulu. Aran dan Lily saling menatap penuh arti. Di belakang Lily ada Sea yang ikut was was menyaksikan pertemuan Aran dan Lily.

Di balik mata Lily terdapat ribuan perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, sehingga bibirnya terkunci rapat, sudah lelah dengan rumah tangganya yang sulit.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang