Sebuah mobil putih tepat berhenti di depan rumah Aran, terlihat korden di jendela ruang tamu menyingkap sedikit terdapat sepasang mata di baliknya begitu Sea membukakan pintu mobil untuk Lily, Sea meraih tangan Lily membantunya turun dari mobil, dan Lily membalas uluran tangan Sea.
Begitu Lily turun, Sea dan Lily saling berhadapan, Lily bersandar pada mobil Sea. Dua pasang netra mereka saling bertemu.
" oke sampai disini." Agak kecewa sebenarnya, Lily masih berat enggan memasuki rumah.
" Lily, apakah kita bisa bertemu lagi?" Ungkap Sea penuh harap.
" Mungkin." Lily tidak bisa janji, namun mungkin jika tuhan memberikan kesempatan untuk bertemu kembali.
Seketika mata Sea menjadi berbinar binar bak berlian yang berkilauan. Senyumnya mulai merekah, menandakan bahwa ia masih punya kesempatan untuk mendapatkan hati Lily kembali.
Yang harus ia lakukan adalah mendapatkan kepercayaan dari Lily.
" Lily, jika ada apa apa kau bisa datang padaku. Jangan seperti itu tadi." Sea menatap Lily lekat lekat. Tangan Sea memegang tangan Lily sebagai bentuk dukungannya bahwa dirinya masih bersamanya.
Lily mengiyakan dengan satu anggukan kecil.
Seperti biasanya yang dilakukan Sea dulu, Sea tersenyum sambil memegang puncak kepala Lily mengacah ngacak rambut disana. Setelah itu Lily akan berdecak kesal.
Benar sekali, gadis itu melakukannya seperti dulu. Lily berdecak, merutuki Sea. " Sea!! Hentikan!"
Sea terkekeh gemas dengan tingkah Lily. Gadis itu kecil tetapi suka memberontak.
" Sea, aku masuk dulu." Pamit Lily.
" Baiklah. Aku juga akan pamit." Ucap Sea dengan lesu suaranya hampir tenggelam.
Secara tak di duga mata Lily melebar begitu Sea mengecup pipinya. Sontak membuat Lily salah tingkah.
Lily takut jika Aran melihatnya, seketika Lily berteriak. " Sea!!"
Lagi lagi Sea hanya terkekeh nakal kemudian memasuki mobilnya.
Akan tetapi Lily masih berdiri disana menunggu Sea melajukan mobilnya.
Sebelum melajukan mobilnya Sea sempat melambaikan tangannya, tersenyum manis kepada Lily.
Setelah mobil Sea meninggalkan tempat Lily berada, kemudian Lily membalikkan badannya dan memasuki rumah itu, lagi lagi ia harus menyerahkan diri kembali pada Aran yang tak pernah peduli dengannya.
Lily menghela napas memegang gagang pintu sebelum membukanya. Berharap kali ini mentalnya lebih kuat dari yang sebelumnya.
Ceklekk...
Begitu pintu terbuka, Lily terkejut melihat pemandangan yang pertama ia temukan, ia melihat Aran sudah di balik pintu melipat tangannya menatapnya tajam. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan. Rupanya Aran sudah menunggu Lily dari tadi.
Aran berjalan mendekati Lily. " Darimana saja kau." Ketus Aran.
" Memangnya kenapa?" Balik Lily mulai berdebat, sejak kapan pria itu berubah jadi pengatur.
" Lily, kenapa kau tadi pergi? Helena bilang kau yang mengacak acak ruang tamu hingga beberapa barang pecah." Dari raut wajah Aran tampak menunjukkan pria itu sedang tidak senang.
Sejujurnya Aran tampak menakutkan jika ia sudah serius seperti sekarang.
Lily terdiam mematung sengaja tak menjawab pertanyaan Aran. Tentu saja hal ini membuat Aran jengkel.
" Lily, jawab aku!" Aran mengguncang guncangkan tubuh Lily memaksa Lily menjawab.
" Cukup Aran! Aku lelah!" Teriak Lily berusaha menghindari pertanyaan yang tak bisa ia Jawab. Lily tak bisa memberi tahu pria itu jika dirinya sebenarnya terbakar bila Aran bercumbu dengan Helena, ditambah pria itu mengacuhkan Lily.
Lagi pula pria itu tidak akan melakukan apa apa jika Lily mengatakannya.
" Lily, kau tidak harus melakukan hal sebodoh itu seperti tadi, jika kau ingin bertemu dengan ayah. Besok kita akan kesana." Ucap Aran tegas, tetapi Aran rupanya salah tangkap yang dimaksud Lily mengapa gadis itu melakukan hal yang nekat seperti tadi.
Lily masih terdiam tak bereaksi sedikit pun, membuat Aran semakin heran.
" Lalu apa itu tadi?!" Rupanya Aran masih belum selesai mengintrogasi.
" Apa?" Lily berbalik bertanya kebingungan yang dimaksud Aran.
" Pria di luar tadi temanmu kan? Kenapa harus cium cium begitu." Nada Aran penuh penekanan menuntut Lily benar benar menjawabnya kali ini.
Lily heran mengapa Aran menjadi seposesif ini? Ia baru pulang saja sudah di introgasi seperti tersangka yang terciduk sehabis melakukan kejahatan.
Biar Lily tebak, Aran cemburu dengan Sea? Tidak mungkin, bukankah dia melakukan hal yang sama pada Helena.
Setahu Lily Aran hanya mencintai Helena jadi mengapa dia cemburu pada Sea? Alasan yang tidak masuk akal jika Aran mencintai keduanya, Lily dan Helena.
" Lalu apa urusanmu denganku?" Lily memutar bola matanya dengan malas menanggapi celotehan Aran, pria itu terlihat tua dan juga menyebalkan.
" Lily kau ini istriku, aku berhak tau." Aran makin geram melihat tingkah Lily yang mulai menyepelekan kedudukannya.
" Apa kau bilang tadi?! Istri?! Aran apa kau sadar yang kau katakan?" Dahi Lily mengkerut, napasnya menggebu gebu, bagaimana Aran bisa berkata demikian sementara hak nya sebagai istri tidak pernah Aran berikan. Jelas jelas hal ini membuat Lily semakin mengamuk hilang kendali, apalagi gadis itu emosinya masih labil mengingat usianya yang masih remaja.
" Apa yang kau lakukan padaku apakah masih bisa aku di sebut istrimu?!" Darah Lily naik, di dahinya terdapat keringat yang mulai bercucuran. " Sedangkan Helena yang bukan siapa siapa kau perlakukan seperti ratu!"
" Kau tak sedikitpun peduli padaku,apa yang kuharap kan dari dirimu?!" Lily melanjutkan argumennya yang sempat terputus karena napasnya terasa sesak, air matanya mulai membanjiri pipinya kembali.
Lily benar benar lepas kendali, sehingga mampu mengutarakan perasaan nya yang selama ini ia pendam. Hatinya cukup babak belur dibuat Aran.
Aran termenung dibuat berpikir keras akan perkataan Lily yang cukup menohok, Aran akui memang iya selama ini ia tak pernah mempedulikan Lily akan tetapi tidak sepenuhnya benar.
Sebenarnya Aran membuka hatinya sendikit pada Lily, ia tertarik dengan keunikan gadis itu yang pemberani dan penuh kasih sayang. Tetapi Aran tak mampu mewujudkan perasaan itu tertahan oleh Helena, karena wanita itu Aran tak bisa berbuat apa apa saat Lily sedang membutuhkannya.
Lagipula Aran belum terlalu dalam mengenal Lily, sebenarnya Aran canggung untuk menunjukkan rasa simpatinya kepada Lily, atau lebih tepatnya bisa disebut perhatiannya.
Tidak sepenuhnya Aran terlalu mengincar saham dari ayah Lily, kini ia iba dengan gadis itu, merasa bersalah mengacuhkannya. Sangat disayangkan, Lily adalah gadis yang manis dan juga baik tetapi Aran tak bisa memperlakukannya dengan baik.
Di depan Aran Lily menangis terisak isak seolah olah memohon ia saat ini butuh kehangatan yang dapat menenangkan dirinya.
Tidak ada ayah, tidak ada Sea, siapa lagi yang dapat ia peluk di saat seperti ini.
Lily merasa sangat hancur, mentalnya sangat tertekan, gadis itu sangat emosional.
" Lily." Aran melangkah maju meraih tubuh mungil Lily, mendekapnya erat, mengusap punggung Lily dengan lembut berusaha membuat Lily lebih tenang. Air matanya membasahi kemeja Aran, Lily tak mempedulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomansaLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...