Setelah sehabis tragedi yang menimpanya beberapa waktu lalu, kini Lily sering tersipu dengan sikap Aran.
Ia tak peduli jika ia terlihat berlebihan menanggapi semua ini. Pria itu mempunyai sisi baik juga rupanya. Aran telah menyelamatkan nyawanya, kenyataannya Aran sangat peduli dengan Lily.
Akhir akhir ini pria itu menaruh perhatian kecil seperti membawakan makanan dan menyuruhnya memakannya, mengajak ngobrol meskipun singkat perbincangan antara mereka berdua.
Semenjak kejadian kemarin Lily lebih memilih hanya berdiam diri di dalam kamar villanya, ia tak mau kemana mana. Ia juga memanfaatkan situasi ini agar Aran dapat selalu berada di dekatnya.
Situasi ini sangat menguntungkan bagi Lily untuk merebut hati Aran, ia ingin Helena hancur karena ini.
Bukan untuk balas dendam karena yang ia rasakan selama ini, namun Lily ingin suaminya ke jalan yang seharusnya, ia ingin menjalani rumah tangga seperti orang orang pada umumnya.
Pagi ini Lily hanya terduduk di ayunan yang terletak di balkon kamarnya, Lily menghirup udara segar pagi yang khas guna merilekskan kepalanya agar Lily bisa berpikir lebih jernih setelah lama kepalanya dipenuhi oleh permasalahan permasalahan seputar Helena dan Aran.
Sepasang matanya memandang jauh burung di atas sana yang sedang beterbangan bebas dengan riang memamerkan kicauannya. Lily termenung cukup lama di balkon, Lily masih terpikirkan peristiwa kemarin yang hampir merenggut nyawanya.
Lily tersipu sipu dengan aksi penyelamatan Aran kemarin, baginya saat itulah momen Aran terlihat romantis. Ia suka dengan Aran yang panik menghampirinya, mengkhawatirkannya. Pria itu dimatanya kini adalah pahlawan.
Bisa dibilang Lily sedang kasmaran seperti anak remaja pada umumnya. Cintanya terasa menggebu-gebu , tetapi ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
Meskipun pada insiden di jembatan waktu lalu ia pernah mengatakan isi hatinya, baginya itu belum cukup, ia harus mengungkapkannya dengan tindakan. Dengan seperti itu, Lily bisa berharap Aran dapat berpaling dari Helena.
Tanpa ia sadari, pria itu sudah berdiri di sampingnya memegang mangkuk berisi sup yang masih mengepul panas, Aran memandangi Lily yang asyik melamun.
" Lihat apasih? Serius amat." Tanya Aran dengan datar namun mampu membuat Lily terkejut setengah mati tak menyadari Aran sudah berada di sampingnya.
Pria itu sangat lihai dalam berjalan tanpa menimbulkan suara sama sekali.
" Kau ini membuatku kaget saja!" Saking kesalnya Lily memarahi Aran dengan berteriak.
" Aku membawakan mu sup, makan lah! Jangan suka melamun di pagi hari." Aran menyodorkan mangkuknya pelan pelan supaya kuah panasnya tidak tumpah.
Lily sebenarnya enggan menerimanya karena masih kesal dengan Aran, namun apa boleh buat ketika perutnya tak bisa berbohong berbunyi tepat di depan Aran ketika pria itu menyodorkan supnya.
" Makanlah! Kenapa raut muka mu seperti itu? Kau kesal padaku?" Aran menaikkan satu alisnya karena heran.
Lily yang masih kesal menggelengkan kepalanya. Jawabannya tak terlalu dimengerti oleh Aran, entah gadis itu menggeleng menolak supnya ataukah berkata tidak kesal padanya. Aran tak pandai jika berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
" Sini aku suapin, buka mulutmu." Aran menyendokkan kuah sup dan menyodorkannya kepada Lily. Sendok itu berhenti di depan mulut Lily yang masih belum membuka mulutnya.
Lily mempunyai banyak alasan mengapa ia ragu untuk membuka mulutnya.
Ia ragu pria itu memang peduli dengannya ataukah hanya berpura pura peduli. Tak seperti biasanya pria itu melakukan hal seperti ini padanya.
" Buka mulutmu." Perintah Aran kali ini ia benar benar berusaha tegas sehingga Lily mau membuka mulutnya.
Aran terlihat sangat telaten dengan Lily, pria itu sangat lembut. Lily menyukai Aran yang saat ini.
Lily terus mengamati setiap gerak gerik Aran. Pria itu benar benar berbeda 180° dari biasanya.
Di tengah tengah Lily mengunyah makanannya, ia segera mengungkapkan yang sedari tadi mengganjal hatinya. " Apa kau bisa seperti ini karena tidak ada Helena?"
Dugaan Lily sangat masuk akal jika dipikir pikir. Namun Aran menanggapinya dengan santai.
" Apakah aku salah jika berubah." Aran menatap Lily lekat lekat matanya menunjukkan penuh makna tersirat yang tak dimengerti oleh Lily.
Bagaikan petir di siang bolong tak ada angin tak ada hujan. Jawaban Aran terasa mustahil untuk di percaya.
Mana mungkin Lily percaya dengan perkataan Aran barusan begitu saja, gadis itu tak menelan mentah mentah kalimat itu begitu saja.
Mana mungkin Aran bisa berubah secepat itu, lantas apa yang bisa membuatnya berubah?
" Aku lebih percaya jika kucing itu bisa terbang daripada perkataanmu barusan." Ketus Lily, menganggap Aran berbohong.
" Lalu apa yang membuatmu bisa percaya padaku?" Entah bisikan dari mana, pria itu mengusap puncak kepala Lily dengan lembut.
Lily terdiam, ia tak menemukan Jawaban untuk dilontarkan pada Aran. Semua alasannya mengarah pada keraguan.
Benar benar tidak masuk akal pria itu berubah secepat itu, ataukah Aran mengatakan seperti itu hanyalah siasat liciknya saja.
" Lily sayang, aku ini suamimu. Mengapa kau tidak percaya padaku?" Aran berkata lembut membuat hati Lily berdesir. Ingin rasanya Lily mempercainya dengan penuh, namun hatinya memberontak keras, selama ini yang dilakukannya amat menyakitkan, menyisakan goresan goresan di relung jiwa.
Lily berada pada puncak kebimbangan membuat kepalanya terasa berat.
" Bagaimana aku bisa mempercayaimu, sementara kau masih berhubungan dengan Helena." Irama deru napas Lily tak beraturan seiring kekesalannya meluap.
Bagaimana pun juga, Aran lebih mencintai Helena daripada Lily. Argumen itu yang membuat Lily kokoh tidak mempercayai Aran.
" Baiklah apa maumu? Kau ingin aku tinggalkan Helena? Baiklah." Aran meletakkan mangkuk yang dipegangnya sedari tadi dengan sedikit kasar menimbulkan bunyi " brakk" pada meja kecil yang ada di sampingnya.
Apa yang ada dipikiran pria itu sebenarnya?
Apakah pria itu sedang di bawah pengaruh alkohol atau obat obatan?
Lily mengorek ngorek telinganya memastikan telinganya sedang tidak bermasalah, pria itu sepertinya sedang bermasalah.
" Aran, apa kau memakan makanan basi hari ini? Mengapa kau terus meracau tak jelas." Lily memijit mijit keningnya sendiri yang tak apa apa sebenarnya, berakting seolah olah ia pening karena racauan Aran.
" Apa kau tidak percaya padaku?" Tanya Aran dengan mantap, tangannya menggenggam kedua tangan Lily. Aran menatapnya lekat lekat membuat Lily semakin gugup.
Melihat Lily yang diam saja tampak ragu dengannya, lantas Aran mendekatinya mengusap pipi halus Lily dengan tangan kirinya, kemudian Aran mengecup bibirnya, sedikit membuat Lily terkejut dengan perbuatannya. Akan tetapi Lily malah menikmatinya membiarkan Aran melakukan sesuka hatinya melumat bibir merahnya.
" Lihat ada saja nanti, aku akan mendapatkan kepercayaan kembali dari mu." Bisik Aran pada telinga Lily. " Aku akan melakukan yang kau mau."
Cukup tertegun dengan ucapan Aran, pria itu meruntuhkan tembok keraguannya, Lily ingin Aran benar benar akan menepatinya.
Ingin segera ia terbangun dari mimpi buruk ini. Sudah cukup lelah Lily hidup dalam kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...