Malam ini Lily tampak sangat kesal karena perkataan ayahnya dan Aran tadi siang, ia tak habis pikir karenanya.
Saat ini Lily berada di kamar lamanya yang bernuansa serba berwarna pink kesukaannya, lama sekali ia tak tinggal. Beberapa bagian sudut kamar sudah tampak berdebu sedikit meskipun di bersihkan bi Erni setiap harinya.
Lily duduk berada di kursi meja belajarnya, tata ruang kamarnya belum berubah sama sekali seperti dulu sebelum ia tinggalkan.
Lily membuka laci mejanya, ia menemukan buku catatan lamanya semasa sekolah dan beberapa foto polaroidnya bersama Sea.
Lily meraih foto itu dan menatapnya lekat mengingat ingat momen pada saat itu, di dalam foto Lily tampak tertawa lepas tanpa beban bercanda dengan Sea, Sea yang berada di sampingnya tampak ikut tertawa dan merangkul Lily memberinya kehangatan. Sungguh sangat bahagia Lily pada saat itu.
Kemudian Lily meraih beberapa foto lainnya, ia lihat secara seksama, semua fotonya itu ketika Lily masih duduk di bangku SMA. Lily tak punya teman dekat selain Sea karena pada saat itu teman teman kelasnya semua mengejeknya hanya karena ukuran tubuh Lily yang pendek, Sea lah teman satu satunya yang ia miliki pada saat itu dan melindunginya.
Saat itu juga ia tahu perasaan Sea terhadapnya, namun Lily lebih memilih hanya menjadi sahabatnya saja. Ia tak punya alasan untuk menerima Sea pada waktu itu.
Melihat foto foto itu berjejer membuat Lily tersenyum sendiri, tak habis pikir Sea yang masih seusia itu bisa jatuh cinta padanya.
Seketika Lily dikejutkan oleh suara decitan daun pintu terbuka, decitanya cukup nyaring tampak engsel pintu tersebut seperti sudah aus perlu di ganti. Spontan Lily menoleh kearah pintu.
Tampak Aran berdiri disana, netra mereka saling bertemu, kemudian Aran melihat beberapa foto yang berada di tangan Lily.
Tanpa perintah Aran melangkah mendekati Lily dan melihat siapa yang ada di foto tersebut.
Lily hanya terdiam kaku tak mengatakan sepatah kata pun. Tiba tiba Aran mengangkat sebelah alisnya, Lily heran mengapa mendadak raut wajah Aran berubah seperti itu?
Sepersekian detik foto foto yang di tangan Lily raib begitu saja direbut oleh Aran, seketika Lily berdiri dan berteriak. " Aran apa yang kau lakukan?!"
" Siapa yang mengijinkan kau menyimpan foto laki laki lain." Aran langsung menggenggam meremas polaroid tersebut sehingga membuatnya kusut tak berbentuk.
" Kau keterlaluan Aran, itu fotoku dengan Sea saat sekolah!" Cukup nyaring suara Lily untuk di dengar sampai luar kamar. " Apa masalahmu Aran?!"
" Aku tidak mengijinkan kau menyimpan foto laki laki itu, laki laki yang berani nyosor nyosor seenaknya saja ke istri orang." Tentu saja Aran masih mengingat kejadian kemarin, dengan beraninya Sea mengecup Lily seenaknya saja di depan rumahnya.
Hanya saja Aran sedikit kesal dengan Sea, pria itu tak tahu batasan rupanya, ia sudah lupa posisi Lily sebagai istri orang.
" Tapi dia cuma sahabatku, bagaimana kau bisa cemburu?!" Tangan Lily masih berusaha merebut fotonya kembali namun kalah sigap dengan tangan Aran.
" Apa kau pikir dia pantas mencium mu di depan rumah suamimu begitu?!" Aran yang tak kalah ngotot sama halnya dengan Lily.
" Apa kau bilang tadi? Suami? Bukankah kau melakukan hal yang sama memperlakukan Helena seperti itu?!" Sejurus keberaniannya mulai muncul ke permukaan setelah sekian lama tertindas.
" Sebegitukah kau membenci Helena? Pantas saja mengapa dia bisa terjatuh dari tangga setinggi itu." Aran mengira Lily lah yang mendorong Helena ketika saat pertengkaran itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...