Angry

1.4K 63 1
                                    

" Baiklah, jika begitu aku akan menemukan Lily secepatnya. Sebelum Aran menemukannya." Tekad Helena menyeringai seperti iblis. Tentu saja bukan untuk tujuan baik. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat kuat sangat yakin dia pasti akan menemukan Lily.

Wujud dari kekecewaan atas jawaban Aran, Helena berniat balas dendam. Tidak dengan Aran melainkan Lily.

Helena berjalan cepat menyusuri gelapnya malam mencari taxi kosong, menyebalkan, bahkan pria itu tak memikirkan bagaimana Helena pulang seorang diri saat tengah malam begini.

Saking kesalnya, Helena menendang nendang setiap kerikil yang ia lewati.

" Arghhh! Akan ku balas kau Lily." Helena mengerang sendiri di pinggir jalan, hampir gila rasanya tak bisa mengusir pikiran pikiran buruk di kepalanya. Untung saja hari sudah larut sehingga tak ada yang melihatnya saat sedang konyol sendiri.

Dadanya bergemuruh, sesak rasanya jika semakin dirasakan mengingat pembelaan Aran. Saat ini Helena merasa tidak berdaya, perjuangannya selama ini sia sia.

Tak menyangka dirinya akan didepak begitu saja, rasanya seperti ditendang jauh jauh tak dibutuhkan lagi. Selepas manis sepah dibuang. Sekarang ia tak dibutuhkan lagi, ia tak mengira selama ini Helena hanya sekedar pelampiasan nafsu duniawi laki laki brengsek itu.

Begitu terlihat mobil berwarna biru terang mendekat, Helena segera melambaikan tangan butuh tumpangan, untung saja masih ada taxi lewat pada jam segini. Helena terselamatkan. Bukannya ia takut pada kegelapan, namun yang ia takutkan jika banyak penjahat berkeliaran di malam hari.

Dengan hati dongkol terpaksa ia pulang ke apartemennya. Ia sedang ingin sendiri disana.

***


Pyarrr...

" Kerja kalian tidak becus! Sudah saya beri waktu satu bulan masa tidak menemukan apapun!" Gelas yang berisi penuh air putih tadi terlempar kearah kaki tangannya yang ia rasa tak berkompeten dalam bekerja. Kaki tangan atau suruhan Aran belum menemukan jejak Lily sedikit pun meskipun sudah diberi waktu cukup lama untuk menemukan jejak gadis itu.

Aran tak bisa meluapkan amarahnya secara lebih lagi, lantaran ia belum bisa bergerak bebas, berdiri pun masih menggunakan bantuan krek, pergerakannya masih sangat terbatas. Kalaupun tidak, semua seisi ruangan bisa kacau hancur karena amukan amarahnya.

" Perluas pencarian!!" Aran menggebrak meja kantor miliknya. Kepalanya seakan akan mendidih. Aran berdecak memijit pelipisnya, matanya terpejam sebentar memikirkan cara lain.

Selama sebulan terakhir ia hanya dipusingkan soal Lily, ia belum bisa tenang jika Lily belum di temukan.

Beberapa kaki kanan hanya bisa tertunduk tak berani membantah apapun, mereka takut jika salah bicara sedikit saja bisa dimakan hidup hidup oleh majikannya. Aran tak main main soal ini.

Pintu ruangan Aran tiba tiba berderit, membuat Aran dan kaki tangannya tercengang begitu melihat Ahmad dibalik pintu tersebut.

Seluruh seisi ruangan mematung tanpa ada yang bergerak sedikit pun, bahkan Aran sendiri ternganga tiba tiba Ahmad sang kakak mendatanginya tanpa berkabar terlebih dahulu.

Aran takut Ahmad akan curiga dengan mengumpulkan kaki tangannya di kantornya secara privat tanpa sepengetahuan Ahmad.

Beberapa kaki tangan Aran saling memberi isyarat dengan gestur muka dan saling bertatapan satu sama lain. Semuanya hanya bisa terdiam tak dapat menjelaskan apa apa kepada Ahmad yang sudah menunggu, menyilang kan tangannya seolah olah mengatakan. " Apa yang terjadi?"

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang