Aran mengendarai mobilnya dengan tatapan kosong, isi pikirannya terus berkecamuk hanya seputar Lily. Aran benar benar nyaris gila karenanya.
Dimana gadis itu selama ini?
Otaknya bagai kaset lama terus menerus mengulangi kalimat tersebut. Akhir akhir ini jiwanya tak tergerak oleh obsesi apapun, meskipun kini bisnisnya kian melejit. Sayangnya tak ada gairah apapun yang dapat membuatnya semangat seperti dahulu.
Aran menyetir mobil seenak jidatnya sendiri seolah olah sepanjang jalanan adalah miliknya, apapun itu dia sudah tak peduli. Pria itu bahkan tak peduli dengan nyawanya sendiri.
Tiinnnnn....
Tiiiinnnn...
Tinnnn...
Berkali kali bunyi klakson bersahutan mengingatkan yang menghiraukan rambu rambu lalu lintas, pria itu menjelma menjadi Koboy jalanan.
Sudah beberapa bulan berlalu, sampai kaki Aran kini sudah sembuh. Tetap saja pria itu belum menemukan gadis itu juga, keluarga Ahmad sengaja menyembunyikan kabar desas-desus yang kian beredar dari pak Hery. Jangan sampai ayah Lily tahu yang terjadi sebenarnya, tentu saja akan berpengaruh buruk bagi reputasi nama baik keluarga Ahmad.
Tidak hanya Aran yang masih terus mencari keberadaan Lily, Ahmad pun ikut membantu, begitu juga para kaki tangannya.
Kepalanya tak mau berhenti menampilkan gambaran gambaran wajah Lily yang manis. Pria itu tak bisa lepas dari bayangan Lily. Entahlah sudah berapa kali Aran. Mengerang keras di dalam mobilnya sendiri merasa hampir gila.
Kegilaan semua ini sepadan dengan yang Aran lakukan pada Lily dahulu. Ya, tentu saja penyesalan akan datang pada akhirnya, dan Aran telah merasakan semua itu.
Setelah lelah kebut kebutan di jalanan, Aran terhenti di lampu merah yang menahannya untuk sementara memberi jeda ia mengemudi, Aran mencoba mengendorkan uratnya, cukup melelahkan bergelut dengan isi kepala sendiri.
Aran mengambil sebotol air mineral yang tersimpan di dalam dasbornya dan di tenggaknya buru buru, jakunnya naik turun ketika meloloskan air yang masuk ke kerongkongan.
Setelah itu, ia terdiam sejenak merehatkan pikirannya. Ia melongok keluar jendela guna mendapatkan pemandangan sekitar meskipun mobilnya hanya di kelilingi oleh kendaraan kendaraan yang sama sepertinya menunggu lampu lalulintas kembali hijau.
Aran mengedarkan pandangan, dan tiba tiba saja netranya menangkap bayangan seorang gadis menggunakan kursi roda di pinggir jalan, di belakangnya ada seorang laki-laki yang mendorong kursi roda itu, ayunya seperti gadis yang selama ini ia cari cari namun terlihat samar.
Aran berkedip-kedip, mengucek matanya berharap yang ia lihat dihadapannya adalah benar gadis itu. Sayangnya pandangannya terganggu oleh dua orang pengamen cilik yang menghampirinya menengadahkan kedua tangannya meminta beberapa keping koin uang. Dengan segera Aran memberinya dan kembali fokus pada bayangan tadi. Namun sayangnya gadis itu sudah tidak ada di tempatnya semula. Ia kehilangan bayangan gadis itu.
Ketika Aran hendak membuka pintu mobilnya untuk memastikan. Klakson sudah meraung Raung menyuruhnya untuk berjalan lantaran lampu lalulintas kini kembali hijau namun Aran pandangannya masih terpaku pada tempat dimana ia melihat gadis itu.
" Sabar! Sabar!" Aran mengumpati klakson klakson yang berderu menusuk gendang telinganya.
Aran menepikan mobilnya, keluar dengan segera berlari lari kecil mencari bayangan gadis berkursi roda tersebut.
Kemana gadis itu?
Mengapa cepat sekali menghilang?
Siapa sebenarnya gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...