Attack

889 50 3
                                    

" apa kau gila!" Bentak Sea dari telepon.

" Aku tidak gila. Aku hanya ingin membuat mereka bercerai, itu saja." Jawab Helena dengan enteng.

Setelah mendengar rencana Helena, bukannya mendukung tapi malah bertolak belakang dari rencana yang direncanakan Helena. Sea menolak mentah mentah ide yang Helena berikan. Karena jelas jelas sangat membahayakan keselamatan Lily, Sea tak rela jika terjadi sesuatu pada Lily.

" Tapi bukan begini caranya, kau ada di mana sekarang?!"

" Aku ada di kebun anggur tepi kota." Tak lama kemudian Helena mematikan teleponnya secara sepihak, ia tak mau mendengar protes dari Sea jika ingin rencananya berhasil.

Helena berbalik badan, tersenyum miring menertawai gadis yang ada dihadapannya yang sudah ia ikat tubuhnya pada kursi kayu yang telah usang. Sebenarnya jikapun tidak diikat Lily tidak bisa kemana mana, namun Helena ingin memberinya pelajaran membalaskan dendamnya.

Helena melangkah mendekati Lily, mensejajarkan wajahnya dengannya. Wanita itu tertawa tepat didepan wajah Lily. " Akan ku beri pelajaran untuk seseorang perebut lelaki orang."

Lily menatapnya nanar, ingin rasanya mencekik leher Helena saat itu juga. " Perebut lelaki orang katamu?! Apa kau tidak sadar?! Dia adalah suamiku dan kau yang berusaha merebutnya. Bahkan kau tak tahu malu memiliki anak dari suami orang!!"

PLAKK!!!

Tamparan begitu keras mendarat membuat pipi Lily berdenyut panas, Lily terpana tak menyangka wanita itu akan melakukan hal sekejam itu. Seharusnya yang berhak menamparnya adalah dia, Helena lah yang berusaha merebut suaminya. Bahkan wanita itu lebih menjijikkan dari wanita bayaran manapun.

" Jika kau banyak bicara, akan ku potong lidahmu!!" Geram Helena.

" Potong saja jika kau mau! Aku tidak takut dengan mu!" Meskipun posisinya sangat terancam, Lily tak menunjukkan rasa lemah sedikit pun.

PLAKK!!

Suara memenuhi seisi ruangan sempit nan gelap itu, hanya satu lampu berada di tengah sebagai sumber cahaya, terdengar pilu, amat nyaring suara tamparan Helena.

" Aku bisa melakukan lebih dari ini jika kau bicara lagi!" Ancam Helena tegas, rupanya wanita itu tidak main main. Di ruangan itu terdapat beberapa balok kayu, botol botol anggur berserakan, Lily khawatir Helena benar benar akan menyiksanya. Namun demi mempertahankan harga dirinya Lily tidak mau menyerah. " Apa kau mulai takut gadis kecil?!"

" Aku sama sekali tidak takut padamu!"

PLAKK!!

Ketiga kalinya Helena menampar Lily amat keras sehingga timbul bercak darah pada sudut bibir gadis itu. Nyeri? Tentu saja.

" Sudah ku katakan! Jangan banyak bicara!!"

Lily kini hanya bisa menatap wanita itu penuh amarah, jika saja tangannya tidak terikat pasti dengan leluasa ia membalas perbuatan wanita iblis itu. Gadis itu hanya bisa menahan agar Helena tak bertindak lebih jauh lagi, tangannya mengepal kuat di belakang.

" Aku punya permintaan untukmu, jika kau memenuhinya, aku akan melepaskanmu." Di tangan Helena sudah memegang batang besi memukul mukul kecil pada telapak tangannya seperti siap dilecutkan pada siapa saja. " Kau hanya perlu bercerai dengan Aran, dengan begitu aku akan membebaskan mu."

" Apa?!!!"

" Apa kau gila?!! Dasar wanita jalang!"

Memanglah hal itu yang diinginkan Lily sejak dulu, ia ingin terbebas dari belenggu pernikahannya dengan Aran, namun berat hati jika Helena yang meminta. Jika ia mengiyakan permintaan Helena, berarti ia harus menerima kekalahannya. Tentu saja Lily tak mau hal itu terjadi, memberikan Aran secara cuma cuma begitu saja tanpa ada perlawanan tak sebanding dengan perjuangan dan rasa pahit yang telah dilalui Lily selama ini.

Tidak suka dengan kata kata yang dilemparkan Lily padanya, Helena memukul tubuh Lily menggunakan batang besi tadi hanya dalam satu lecutan. Lily berteriak, ditahannya rasa sakit menyerang tubuhnya seakan mati rasa. Tampak keringat dingin mengucur deras, ruangan terasa sangat sesak, bernafas pun sulit, pergerakannya amat terbatas. Ia hanya bisa merintih menguatkan diri sendiri untuk bertahan.

Helena tak sendiri melancarkan aksinya, perempuan itu ditemani oleh 2 orang bodyguard untuk berjaga jaga bila ada situasi yang tak terduga.

" Apa kau yakin tak mau berpisah dengan Aran?! Atau aku bisa melakukan lebih dari ini." Helena masih memain mainkan batang besi yang ia pegang.

" Tak akan aku biarkan suamiku jatuh pada wanita iblis seperti mu!!." Geram Lily, menatap Helena nanar. Sama sekali ia tidak takut meskipun situasinya tampak terjepit.

Benar saja, Lily semakin membuatnya marah, tak segan segan Helena memukuli Lily secara bertubi-tubi sehingga menimbulkan bekas bekas biru, dan luka. Sekujur badannya terlihat memar.

" Dengar!! Ini belum seberapa !! Apa kau mulai menyerah?!!" Nyalang Helena dibutakan oleh amarah.

Tubuh Lily limbung bersama kursi yang diikatkan padanya, sehingga wajahnya menyentuh lantai penuh pecahan botol anggur. Aroma amis dan anggur menyatu membuat Lily hampir muntah karenanya. " Apa kau tidak dengar! Aku tidak akan bercerai dengan Aran!!" Lily kokoh pada pendiriannya, bagaimanapun juga ia harus melawan Helena.

" Situasi mu sangat tidak menguntungkan, kau masih bisa melawanku?" Dengan kurang ajar kaki Helena menginjak kepala Lily yang sudah tersungkur. Wanita itu tertawa penuh kemenangan melihat Lily mengenaskan. Kemudian menjambak rambut Lily, mengangkat wajahnya agar Helena dapat melihat wajah kesengsaraan gadis itu dengan jelas. " Lihatlah dirimu, betapa malang sekali." Helena tersenyum meledek.

Kini Lily tidak bisa melakukan apa apa, tak bisa membalas perbuatan iblis itu, ia menahan rasa sakit menjalar sekujur tubuhnya, wajahnya demikian dipenuhi luka luka goresan pecahan botol kaca, begitu perih. Lily memejamkan mata sejenak berharap ada yang menolongnya, mengeluarkannya dari neraka ini, ia berharap Aran datang mencarinya.

***


Aran nyaris gila mencari cari Lily kemana mana, di dalam mobil ia mengumpat menyumpahi Helena jika terjadi sesuatu pada Lily.

Tak lama kemudian ponsel Aran bergetar tertera nama Helena disana. Buru buru ia mengangkat telepon.

" Helena! Dimana Lily!!" Bentak Aran tanpa basa basi.

" Wow... Pelankan suaramu! Lily ada bersamaku."

" Dimana kau!" Kesabaran Aran telah di ujung tanduk. Pria itu tak main main perihal Lily, kehilangan Lily cukup banyak mengubah hidupnya.

" Mengapa terburu buru sekali? Lily aman bersama ku jika kau mau mengabulkan permintaanku." Jawab Helena dengan santai.

" Helena! Aku tidak ada waktu untuk bermain main." Rahang Aran kini mengeras menahan kesabaran.

" Aku hanya meminta kau bercerai darinya, honey."

" Apa?!! Itu tidak akan pernah terjadi!" Terkejut dibuat permintaan Helena jelas jelas hal itu tak mungkin ia lakukan meskipun Lily sendiri yang memintanya.

" Dengar, gadis kecil itu bersamaku. Jika kau menginginkannya hidup, ikuti saja apa kataku." Seringai Helena licik. Dengan begitu ia pikir Aran kan tunduk padanya.

Sial!

Aran memukul setir cukup kencang, pendiriannya kokoh tak dapat dirubuhkan hanya dengan ancaman kekanak Kanakan.

" Sudah ku bilang tidak akan terjadi!" Aran mematikan teleponnya, lanjut menginjak pedal gas begitu ia berhasil melacak letak ponsel Helena berada. Sayangnya Helena lupa mengenai email yang ia gunakan saling terhubung dengan milik Aran. Ponsel mereka saling terhubung satu sama lain semenjak mereka berpacaran, jadi dengan mudah Aran mengetahui lokasi dimana Helena berada. Titik tersebut menunjukkan arah kebun anggur di tepi kota, kebetulan Aran sering membeli anggur langsung dari tempat itu.

Mobil Aran melaju kencang menuju kebun anggur tersebut.

Bersambung...

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang