Surprise

1K 26 3
                                    

Aktivitas rumah sakit terpantau seperti biasa, banyak orang berlalu lalang dengan berbagai macam mimik baik itu keadaan darurat maupun diselingi senyum bahagia dari orang orang sekitar.

Lily yang lemah menatap ke sekeliling, terlihat berbagai pemandangan mulai dari tangis mengharu biru, hingga tangis kepedihan seseorang ditinggalkan orang yang dicintainya selama lamanya. Dari pemandangan itu membuat Lily berpikir, jika ia memang mencintai Aran lantas mengapa ia hendak meninggalkannya. Dari sikap Aran sangat jelas pria itu tak mau meninggalkannya, Lily sadar betul Aran memang mencintai dirinya. Tapi entah mengapa terasa sakit sekali mengingatnya.

Sehabis ayah Lily melakukan admistrasi di tempat resepsionis, selanjutnya ayah Lily mendorong kursi roda Lily untuk medical check up terlebih dahulu sebelum pengecekan perkembangan kakinya.

Setelah itu, dilanjutkan pemeriksaan kakinya, kabar baiknya proses penyembuhan membuahkan hasil. Kini Lily dapat berdiri di hadapan dokter meskipun kakinya belum cukup kuat, sang dokter memberikan multivitamin penguat tulang kepada Lily agar mempercepat proses penyembuhan.

Lily tersenyum kecil meskipun getir, terbesit rasa sedikit bahagia, ia sangat menginginkan bisa berjalan kembali seperti sedia kala. Dengan begitu ia tak perlu merasa merepotkan seseorang lagi.

Ayah Lily pun ikut gembira melihat putrinya ada harapan untuk sembuh. Setelah murung beberapa hari, kini pak Hery bisa melihat Lily tersenyum meskipun sangat minim, itu pun sudah membuat hati pak Hery lega.

Giliran menunggu hasil medical check up, Lily dan pak Hery duduk di ruang tunggu. Mereka terlihat santai tak ada rasa kekhawatiran, bahkan raut wajah Lily tak semurung sebelumnya, hatinya sedikit lebih tenang.

Setelah itu giliran nama Lily dipanggil oleh dokter, ayah Lily terbangun dari tempat duduknya dan mulai mendorong kursi roda Lily ke ruangan dokter.

Saat memasuki ruangan Lily disambut senyuman hangat dari sang dokter berkacamata namun tampan. Pak Hery mensejajarkan kursi roda Lily berada di sebelah kursinya yang berhadapan dengan dokter. Mereka menyimak dengan seksama hasil medical check up Lily, akan tetapi mereka dibuat terkejut dengan hasil yang keluar.

" Baik, semua hasilnya baik, tekanan darah normal, suhu tubuh normal, denyut nadi normal, tidak ada penyakit dalam yang serius. Kabar gembira untuk kak Lily, selamat sebentar lagi mempunyai momongan, anda dinyatakan positif dan sekarang sudah berjalan 6 Minggu."

Lily dan ayahnya saling berpandangan, keringat dingin mulai membasahi dahi tanpa disadari. Mereka terkejut justru yang keluar hasil medical check up malah Lily dinyatakan positif hamil.

Lily menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, bibirnya bergetar begitu mendengar apa yang dokter sampaikan.

Kebingungan, itulah yang dirasakan antara Lily dan ayahnya, entah ini kabar gembira atau awal dari bencana baru. Mereka khawatir akan hal itu.

Itu artinya juga ia tak bisa berpisah dari Aran dalam waktu dekat. Setelah dokter menyodorkan surat hasil check up, ayah Lily segera keluar dari ruangan dan menelepon Aran saat itu juga, Lily hanya mengekor di belakang.

Berkali kali ayah Lily mencoba menelepon Aran namun tak kunjung diangkat. "Kemana bocah tengil itu?!" Gumamnya.

Ayah Lily juga menelepon Ahmad guna mencari adiknya bungsunya. " Kemana adikmu itu?!"

" kenapa tiba tiba mencari Aran, pak?" Sahut Ahmad kebingungan, tidak seperti biasanya Pak Hery mencari Aran. Ahmad juga khawatir jika Pak Hery akan bertindak macam macam mengenai adik bungsunya.

" Kasih tau dia, aku ingin bertemu dengannya." Suara ayah Lily penuh penekanan.

" Tapi saya juga tak tahu keberadaannya sekarang pak, Aran sudah tidak pulang sejak dari rumah bapak, dia pun membawa mobil saya."

" Apa dia mau kabur dari tanggung jawabnya? Meninggalkan Lily yang sedang mengandung?" Sinis pak Hery.

Ahmad terdiam sejenak menangkap apa yang sedang dibicarakan pak Hery, kemudian melanjutkannya terkejut mendengar kabar gembira ini. " Lily hamil?"

" Begitulah, bawa adikmu kemari jika tak mau dia ku kuliti hidup hidup." Setelah itu pak Hery menutup telepon begitu saja membiarkan Ahmad yang masih tercengang di tempat.

Tentu saja setelah itu Aran menjadi buronan kakak kakaknya, di sisi lain Ahmad bisa sedikit bernafas lega mendengar kabar baik ini, oleh karena itu Aran tidak bisa bercerai dengan Lily.

Tak ada satupun orang yang mengetahui kemana Aran pergi, bahkan Ahmad juga sampai menghampiri apartemen Helena, pria itu tidak ada disana. Lalu kemanakah si bungsu itu?

Lain lagi dengan Lily, yang tadinya terlihat tak mempunyai daya hidup berubah menjadi sangat bersemangat, di dalam hatinya terasa meledak ledak dipenuhi bunga bermekaran.

Ia masih tak percaya, di dalam perutnya ada kehidupan malaikat kecil menetap disana. Pelan pelan tangan Lily meraba mengusap ngusap perutnya sendiri, tersenyum tipis tanda ia bahagia saat ini.


***

Suara pintu digedor amat nyaring memekakkan telinga membuat Helena menggerutu, Terlebih lagi bayinya yang sebelumnya tertidur pulas terganggu hingga menangis mendengar suara keras.

"Kera primitif mana yang tidak tahu fungsi bel sekarang!" Umpat Helena menggendong bayinya tergopoh-gopoh menuju pintu. Jika tak segera dibuka maka bayinya akan menangis semakin nyaring seiring suara gedoran pintu makin kencang.

Setelah pintu dibuka, Helena tidak menyangka siapa kera yang ia sebut tadi. Yaitu Ahmad dan Andrea berdiri di hadapannya. Mereka berdua melirik Abimanyu yang sedang menangis, tatapan mereka terlihat tidak peduli.

"Apa kalian tidak lihat disini ada bayi?" Kesal Helena.

"Kami kemari hanya untuk mencari Aran, dimana dia? Katakan padanya jangan harap dapat kabur." Sahut Ahmad datar malas dengan Helena.

" Dia tak ada disini, maka jangan ganggu aku!" Terburu buru Helena menutup pintunya kembali, namun dapat dicegah Ahmad menggunakan sepatunya untuk mengganjal.

"Tak usah terburu-buru, apa kau belum mendengar kabar hari ini?"

Helena terdiam tak mengerti maksud yang dikatakan Ahmad.

"Oke, akan kuberi tahu. Lily saat ini sedang mengandung, jangan harap kau bisa menggantikan posisinya sebagai istri." Ahmad tersenyum miring sangat puas melihat reaksi Helena tampak ketar ketir. Ahmad menarik kakinya kembali seketika pintu tertutup.

Sudah dapat dipastikan Helena akan frustasi mendengar kabar ini. Memang tujuan Aran memupuskan harapan wanita itu untuk masuk dalam keluarganya, Ahmad tidak Sudi mempunyai adik ipar yang tak terhormat.

Benar saja setelah menutup pintunya, air mata Helena menggenang di pelupuk mata menahan tangis agar air matanya tak terjatuh, ia berusaha menguatkan dirinya memeluk Abimanyu yang masih menangis karena tidur siangnya terganggu tadi. Helena meyakinkan dirinya dapat menyingkirkan Lily dan memiliki Aran seutuhnya. Ia berpikir masih bisa mencelakakan Lily sebelum bayi itu lahir membuat bencana baru baginya.

Maka dari itu ia harus berusaha lebih untuk menyingkirkan Lily tak peduli bagaimana pun caranya, yang ia inginkan hanya memiliki Aran seutuhnya.

Dalam hatinya terasa terbakar, meskipun menyiksa, ia akan memperjuangkan Aran seorang diri. Meskipun yang didapatnya cara kotor.

"Mama akan merebut ayahmu kembali, nak." Seraya Helena menangis memeluk Abimanyu.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang