Suara ketukan pintu berulang kali terdengar, Lily pun tergopoh-gopoh segera menuju pintu depan. Siapa gerangan yang datang malam malam begini? Apakah Aran sudah pulang?
Segera mungkin Lily meraih gagang pintu seiring suara ketukan pintu semakin nyaring memekakkan telinga, Lily merasa tak tahan lagi. Tidak sabaran sekali.
Begitu Lily memutar gagang pintu dilihatnya benar memang Aran di balik pintu tersebut, tetapi apa ini? Helena bersamanya. Wanita itu bergelayutan pada lengan besar Aran. Tatapan mereka tak terlalu bersahabat untuk Lily.
Lily hanya terdiam mematung melihat mereka berdua. Untuk kesekian kalinya Lily melihat pemandangan menjijikkan seperti ini, ingin muntah rasanya.
Murahan sekali wanita ini. Lily tersenyum miring melemparkan pandangan setengah jijik kepada Helena.
" Aran, kenapa wanita ini ikut bersamamu?" Lily berganti menatap Aran.
" Helena akan tinggal disini sementara sampai dia benar benar sembuh, akan ku pastikan kau merawatnya dan melayaninya dengan baik." Jelas Aran sembari menarik Helena masuk tanpa menunggu ijin dari Lily.
" Apa?! Hei aku bukan pelayan!" Lily bersungut sungut tak terima ia disetarakan dengan pelayan.
" Ini hukuman mu karena membuat Helena menderita karena tuna busukmu itu." Aran mulai terpancing emosi, mengacung acungkan tangannya menunjuk ke arah Lily.
Lily mundur beberapa langkah takut tiba tiba Aran menamparnya kembali. Hanya untuk berjaga jaga.
Pria itu tak punya rasa belas kasihan sama sekali, tatapannya berhasil membuat Lily tak berani melawan lebih lagi. Sorot matanya tajam seolah olah mengintimidasi dirinya.
" Aku tidak mau merawatnya!" Tegas Lily menyatakan penolakannya.
" Dengar Lily, jangan membantah ku. Nasib perusahaan ayahmu ada di tanganku sekarang. Jangan macam macam, aku bisa membuat keluargamu bangkrut jatuh miskin dan membuat kalian tidur di jalanan menjadi gelandangan." Ancam Aran.
" Aran kau gila!" Lily tak menyangka suaminya itu titisan iblis rupanya, sampai ia tega mengatakan hal seperti itu. Lily tak habis pikir bagaimana bisa ayahnya menyerahkan kepercayaannya pada laki laki brengsek seperti Aran.
" Lebih baik kau diam dan turuti saja perkataan ku, jika kau tak mau menjadi gelandangan." Ancaman Aran berhasil membuat Lily tunduk ketakutan.
Sebenarnya Lily tak terlalu memikirkan dirinya jika menjadi gelandangan, namun ia teringat ayahnya yang sudah paruh baya, ayahnya lah yang merawat dia seorang diri sejak kecil dengan penuh kasih sayang dan kelembutan semenjak mamanya meninggal di usia 5 tahun karena sakit keras.
Mana mungkin Lily tega membiarkan ayahnya tidur di jalanan hanya karena egonya sendiri. Tak sepadan yang ayahnya lakukan selama ini. Lily sangat menyayanginya, beliau lah cinta pertamanya dan segalanya bagi Lily.
Lily terdiam membiarkan Helena masuk melewati dirinya begitu saja digandeng dengan Aran. Tangan mereka saling bertaut. Membuat Lily hanya bisa mendengus kesal melihat mereka berdua seperti remaja yang sedang dimabuk cinta. Cih.
Lily masih memandangi mereka menaiki tangga menuju atas. Tunggu mereka mau kemana? Atas bukankah ruangan kamar tidur.
" Hei berhenti!" Dengan sigap Lily berhasil membuat mereka menghentikan langkahnya berbalik memandang Lily.
" Sekarang apalagi?!" Geram Aran mengurungkan niatnya menaiki tangga. Sebenarnya cukup penat dia Hari ini untuk berdebat dengan Lily, juga ia harus mengurus Helena yang sedang tidak baik baik saja.
" Kalian mau kemana?" Sebenarnya Lily sudah mendapatkan jawabannya tanpa bertanya pun, hanya saja ia memastikan. Kalau pun iya benar, ia ingin memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...