Aran berjuang mati matian menerobos gejolak api membara membuatnya penuh peluh, seisi ruangan terasa amat panas tidak ada kesejukan udara segar sama sekali. Bahkan gudang itu kekurangan ventilasi yang cukup, selebihnya Aran berusaha bertahan di sisa oksigen yang masih ada. Berkali kali Aran menghindari puing puing yang jatuh karena rapuh dilahap api.
Benar seperti yang ia duga, pasti semua ini karena ulah tangan Helena, Aran sangat yakin dengan hal itu. Tak disangka sangka wanita itu menjadi sangat antagonis tak punya hati sama sekali. Sangat gegabah mengambil keputusan ingin membunuh Lily secepat itu, sementara itu rencana yang Helena buat termasuk kurang matang, terlalu terburu buru mengambil langkah, Sehingga akan mudah sekali menangkap wanita itu, juga dengan bukti bukti yang mudah sekali didapatkan.
Aran berusaha memperjelas pandangannya, ia harus segera menemukan Lily sebelum terpanggang. Aran mengedarkan pandangan, seluruh ruangan, hanya dipenuhi asap dan terangnya cahaya merah dari api.
Netranya berhasil menangkap sebuah kursi jatuh di lantai yang kotor penuh pecahan botol kaca dan bercak bercak darah berceceran. Terlihat kaki seorang gadis tanpa menggunakan alas kaki apapun ikut limbung disana.
Aran pun melotot, ada orang Setega itu meninggalkan seseorang di tengah tengah kepungan api. Begitu Aran mendekat, tak kalah terkejut dari sebelumnya. Ditemukannya Lily dalam keadaan mengenaskan. Tubuhnya terikat pada badan kursi, sekujur tubuhnya tampak bekas biru seperti serangan benda tumpul, wajahnya penuh luka akibat goresan pecahan beling, kakinya pun demikian. Tubuh mungil Lily lemas tak berdaya terkungkung dalam kepulan asap dan juga panasnya api membuat kesadarannya menurun. Bisa Aran rasakan betapa sesaknya berada disini. Jika Aran tak segera mungkin mengeluarkan Lily dari sana, maka hal buruk yang lain akan terjadi.
Dengan susah payah Aran membuka ikatan seutas tali melilit tubuh Lily, meskipun sedikit kesulitan lantaran ikatan tali yang mengunci Lily cukup kencang, butuh sedikit mengulur waktu melakukannya.
Aran mengguncang tubuh Lily, akan tetapi tidak ada respon apapun. Tetesan keringat mengucur deras dari dahi lelaki itu yang tengah dilanda rasa cemas.
Aran kesusahan membuka tali tersebut, dan juga karena cahaya kurang mendukung, Aran mencari cara lain. Didapatinya pecahan kaca secara sembarang menggesekkan kaca tersebut pada tali. Tak butuh waktu lama, akhirnya tali tersebut dapat putus. Dengan sigap, Aran langsung menggendong Lily membawanya menuju keluar.
Tidak semudah yang dibayangkan ia bisa keluar begitu saja. Aran mencari jalan aman yang belum dijamah api. 80% hampir semuanya tertutup gejolak gejolak api. Aran berlari menghiraukan sekitarnya, alhasil berujung terjatuh akibat tersandung bongkahan bongkahan kayu yang berceceran. Keduanya terjatuh tersungkur.
Aran meraih tubuh Lily kembali, merengkuh dalam dekapannya melindungi Lily dari panasnya api, kembali menggendongnya menuju keluar.
Tidak sesuai dugaan, rupanya akses jalan masuk semua telah tertutup rapat kobaran api yang semakin membesar, mustahil jika nekat menerobos, sangat beresiko terbakar hidup hidup. Alhasil Aran memutar memilih jalan lain, yang ia lihat hanya jendela kaca masih belum tersentuh api. Aran menuju jendela itu, lalu memecahkan kacanya sekuat tenaga, membawa Lily dengan sangat hati hati.
Aran memanjat jendela tersebut dengan susah payah, tangannya sudah gemetaran penuh darah sebab usahanya memecahkan kaca jendela. Akan tetapi ia tidak boleh lemah demi Lily, sebisa mungkin menguatkan dirinya sendiri.
Akhirnya mereka bisa selamat, pandangan Aran mulai mengabur, dadanya terasa penuh, nafasnya kian berat begitu menghirup udara segar, kepalanya terasa seperti berputar putar di angkasa, tidak sanggup lagi tubuh Aran limbung bersama Lily, keduanya tak sadarkan diri.
Sea dari kejauhan melihat keduanya langsung berlari kearah mereka memastikan keadaan mereka baik baik saja. Sepertinya tidak begitu melihat bercak darah dimana mana. Segera mungkin Sea menelepon ambulans, polisi, dan pemadam kebakaran.
***Aran tersadar dirinya sudah berada di sebuah ruang segalanya serba putih, yup, bisa ditebak dimana dia berada saat ini. Ia melihat telapak tangannya kini diperban, selang oksigen melilitnya. Tak peduli dengan semua itu, ia mencari cari Lily, bagaimana dengan gadis itu? Apa dia baik baik saja? Ia rasa tidak. Mengingat sekujur tubuhnya penuh lebam akibat benda tumpul.
Aran melepas selang oksigen yang melilitnya secara paksa, berjalan mengelilingi rumah sakit. Begitu ada perawat yang mengetahuinya adalah pasien yang masih membutuhkan perawatan, seorang perawat mencegahnya berkeliling lagi dan memberi tahu kamar Lily dirawat.
Begitu Aran bertemu Lily yang sedang terbaring dirawat menggunakan selang oksigen, pria itu langsung menghampiri Lily dan menggenggam tangannya. Luka luka Lily telah dibersihkan. Rasanya tidak tega melihat Lily yang seperti ini, hampir saja Aran menitikkan air mata.
Aran duduk menunggu hingga Lily sadar, entahlah ia sangat ketakutan akan kehilangan Lily. Baru saja ia ingin memulai hidup baru dengan gadis itu selalu ada saja peristiwa tak terduga berakibat Lily lah yang menjadi korban.
Tak lama kemudian Sea datang, sorot mata Aran menunjukkan tak terlalu senang dengan laki laki itu, baginya Sea hanya seorang bocah yang ingin merebut Lily darinya, meskipun Aran tak tau dibalik itu, Aran memiliki feeling yang sangat kuat.
" Bagaimana keadaanmu." Sapa Sea.
" Aku baik baik saja." Sambar Aran ketus.
Kemudian Sea hanya mengangguk tak melanjutkan pembicaraannya, ia tahu Aran sedang tak ingin diajak bicara.
Terbesit pertanyaan di pikiran Aran, siapa yang membawa mereka kemari? Lalu Aran menatap Sea sejenak memastikan. Sea membalas menatapnya kebingungan.
Mungkin saja Sea, bocah itu juga berada di tempat kejadian bukan. Pikir Aran.
Ya, tidak diragukan lagi.
Aran kembali menatapnya melontarkan ucapan terima kasih dengan cepat.
Sea hanya tersenyum mengerti.
Keduanya berharap cemas menunggu Lily siuman. Mereka tak saling mengobrol, hanya suara monitor memenuhi ruangan. Saling kikuk tidak ada topik pembahasan, lagipula hubungan keduanya memang tidak baik, jadi tidak perlu basa basi.
Lily membuka matanya, Aran dan Sea sangat antusias. Senyum terukir di wajah mereka, Sea segera memanggil dokter untuk mengecek kondisi Lily kembali. Setelah itu, Aran langsung memeluk Lily penuh haru, bersyukur Tuhan memberikan kesempatan kembali.
Sementara itu Sea tidak bisa melakukan apa apa, hanya bisa memandang gadis yang dicintainya dipeluk dan dicium suaminya. Sea mengalihkan pandangannya kearah lain, rasanya seperti tersayat ribuan pisau di dadanya. Harus benar benar rela dengan keadaan, sadar diri ia bukan seseorang yang spesial untuk Lily, tidak lebih dari kata sahabat. Tentu saja Lily menyayanginya, ya namun sebatas sahabat tidak lebih.
Kini gadis itu telah bersuami, Sea harus mampu menurunkan egonya, merelakan Lily dimiliki Aran seutuhnya. Aran berhak mendapatkan itu.
Setelah itu, Lily tersadar Sea mematung di pinggir ranjangnya, dan berkata lirih.
" Sea..."
Sea hanya melemparkan senyum dan mengangguk.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...