Lily jenuh mondar mandir di depan pintu menunggu Aran tak kunjung pulang. Sudah dua jam lebih ia lakukan seperti itu. Ponsel nya pun tidak ada pesan masuk dari Aran, entah apa yang terjadi sebenarnya kepada Helena mengingat terakhir ia terlihat tampak begitu mengerikan keadaannya.
Semua ini memang salah Lily, tapi hey! Helena hanya alergi biasa bukan sekarat, mengapa harus cemas? Lily memang tidak suka dengan Helena, tapi bukan berarti ia berniat mencelakainya sungguh.
Terlintas di benak Lily jangan jangan Aran suaminya itu tidak pulang untuk malam ini entah karena keadaan Helena memburuk atau pria itu marah besar padanya.
Tidak ada tanda tanda Aran akan pulang, lantas Lily kembali masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya meringkuk karena hawa dingin menusuk kulit di luar hujan lebat beserta angin.
Matanya mulai meredup , rasa kantuk menguasainya. Tak lama kemudian ia pun terlelap dengan sendirinya.
***
Waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari.
Terdengar suara gebrakan pintu sangat kencang membuat Lily yang tadinya memejamkan mata kini terlonjak kaget di. Mata yang belum sepenuhnya terbuka menerka nerka bayangan seorang yang ada di depannya, apakah dia Aran? Apakah dia sudah kembali?
" Lily!" Terdengar suara bariton menggema menyadarkan Lily dari rasa kantuknya, semakin yakin bahwa bayangan itu memanglah Aran suaminya.
Belum sempat Lily berdiri, Aran sudah menamparnya terlebih dahulu. Lily terbelalak tak menyangka Aran melakukan hal sekasar itu kepadanya, Pipinya berdenyut panas.
Lily masih memegang pipinya yang terasa sakit.
" Apa yang kau lakukan pada Helena?!" Tak begitu jelas ekspresi Aran saat ini lantaran cahaya kamar tak terlalu begitu mendukung. " Kau ingin mencelakainya?!"
Lily masih belum mengerti semua ini, memangnya apa salah dia.
Yang Lily ingat Helena hanya mengalami alergi biasa seperti pada umumnya. Apa keadaannya lebih buruk dari yang ia sangka? Kenapa Aran sampai semarah itu?.
" Lily, jawab aku!" Suara Aran kembali bergema. Urat urat di dahinya sangat terlihat jelas, pria itu sedang tidak main main rupanya.
Lily tak bisa menjawab pertanyaan Aran, dirinya masih mengumpulkan tenaga untuk menjawab semuanya.
Matanya mulai menitikkan air mata, dirasanya pipinya sangat perih. Begitupun Aran sangat kasar meneriaki Lily di depan matanya, sebelumnya pria itu tak pernah kasar kepada dirinya, baru pertama namanya di sebut dengan teriakan kasar seperti itu.
Apa dirinya memang tak berarti baginya? Sehingga ia berbicara sekasar itu. Bahkan pria itu lebih memilih kekasih gelapnya ketimbang istrinya sendiri, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata rasa kecewa Lily yang teramat dalam.
Diam. Hanya diam yang bisa Lily lakukan tak lebih, bahkan dia menangis pun dalam diam. Suaranya tertahan di kerongkongan tak mampu bicara lagi, tercekat oleh ketakutan dan kekecewaan.
Tak ada jawaban, Aran terpaksa kembali melangkah mendekati Lily, pria itu benar benar murka tak peduli Lily meneteskan air mata seperti apapun itu.
Dengan secepat kilat Aran menarik lengan Lily dengan kasar membuatnya berdiri di hadapannya.
" Lihatlah Helena sekarang terbaring di rumah sakit, apa kau puas?!" Teriak Aran menggebu gebu.
Baiklah sekarang baru ada rasa penyesalan terselip di hati kecil Lily, dia tidak tahu penderita alergi bisa separah itu kondisinya.
Bersusah payah menahan tangisnya, akhirnya Lily memberanikan diri membuka suaranya.
" aku tidak berniat mencelakainya, sungguh!" Suara Lily terdengar bergetar tak mampu menyembunyikan tangisnya.
" Lalu kenapa kau sengaja menaruh tuna dalam makanannya?!" Aran merasa geram melihat gadis yang ada dihadapannya, karena Lily Helena dilarikan ke rumah sakit dan kini terbaring lemah dengan selang selang yang ada di tubuh wanita itu, bahkan bernafas pun harus menggunakan bantuan oksigen tambahan." Demi Tuhan, aku tidak tahu Helena alergi ikan laut!" Lily berusaha meyakinkan Aran bahwa dirinya memang tak berniat mencelakai Helena.
" Aku tahu Lily, kau tidak suka dengan Helena tapi bukan begini caranya!"
" Lagi pula ia hanya alergi biasa bukan?" Sangkal Lily.
" Hanya alergi katamu?! Apa kau gila! Lihatlah Helena di rumah sakit seluruh tubuhnya merah merah, dia kesulitan bernapas butuh oksigen tambahan. Keterlaluan!" Tangan Aran kini meremas lengan Lily.
" Sudah ku bilang aku tidak ada niat..." Belum selesai berbicara kalimat Lily terpotong terlebih dahulu.
" Cukup Lily! Aku tak mau mendengar apapun, jika terjadi sesuatu pada Helena kau akan ku laporkan ke polisi. Ingat itu!!" Pangkas Aran mengakhiri perdebatan, pria itu keluar kamar membanting pintu meninggalkan Lily sendirian.
Saat itu juga baru lah Lily menangis sejadi jadinya, semua ia tumpahkan bahkan sesak di dalam dada yang ia tahan sedari tadi, semua ia lepaskan. Beberapa detik kemudian ia berteriak sekuat tenaga untuk melepaskan bebannya.
Tidak adil! Semua ini karena Helena, hanya karena wanita tengik itu Aran membela mati matian. Pria itu benar benar dibutakan oleh cinta. Kini Lily mulai mengerti bahwa kekasih hati Aran adalah Helena bukan dia, sadar diri ia hanya jembatan bisnis ayahnya bukan istri sungguhan.
Aran kembali pergi menaiki mobil putihnya. Entah kemana pria itu menyetir, yang jelas ia butuh waktu menenangkan diri menjauh dari Lily untuk sementara.
Bisa jadi Aran kembali ke rumah sakit untuk menemani Helena.
Terasa dada Aran bergemuruh penuh amarah bercampur rasa khawatir terhadap Helena. Aran mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas batas wajar, tak peduli lagi dengan keselamatan dirinya sendiri.
" Arrgh..." Aran mengerang frustasi sesekali memukul setir mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...