Sepulangnya Aran. Terlihat kamar hening tak ada tanda tanda keberadaan seseorang disana, ruangan itu terkesan dingin lantaran hari memang sudah larut pukul 22.00.
Aran mulai curiga terlalu hening jika ditinggali seseorang, suhu dalam ruangan pun terlihat sangat dingin, bukan karena AC yang menyala seharian namun ini terlalu dingin jika ada seseorang.
Bahkan terlalu sunyi, hanya menyisakan suara detakan jam yang terus berputar menghabiskan waktu.
Tidak ada suara seperti dengkuran ataupun napas seseorang ketika sedang tidur.
Kemudian ia mencoba mengecek kamar tidurnya, rupanya benar dugaan Aran, tidak ada orang sama sekali. Selimut yang ada di ranjang pun terlihat sangat berantakan.
Namun Aran tak menemukan Lily berada di ranjang. Kemana gadis itu? Biasanya jam segini Lily sudah terlelap dan sudah berada di alam mimpinya.
Aran terdiam berpikir sejenak, apakah gadis itu sedang berada di kamar mandi? Aran tetap berusaha berpikir positif, menyangkal tidak akan terjadi apa apa pada gadis itu.
Jika pun pergi mana mungkin gadis itu tahu arah jalan.
Aran mengedarkan pandangannya sebentar menelusuri setiap inci ruangan tersebut. Nampaknya memang tak ada seseorang disana.
" Lily!"
Aran menelusuri setiap sudut kamar ia tak kunjung menemukan Lily di dalam kamar.
"Lily! Lily!" Aran mengeraskan suaranya memanggil Lily berharap gadis itu muncul dan menjawabnya.
Mungkin gadis itu sedang di kamar mandi pikir Aran, untuk memastikan Aran menuju kamar mandi dan mengeceknya langsung.
" Lily!" Aran semakin menambahkan volume suaranya berharap Lily menimpalinya.
Keadaan pintu kamar mandi terbuka.
Namun rupanya disana terlihat kosong tak ada siapapun. Pikiran Aran mulai kacau menerka nerka kemana gadis itu, apa gadis itu pergi? Atau mungkin bisa saja kabur darinya.Aran celingukan kesana kemari kebingungan mencari keberadaan Lily.
Dirasanya mulai panik, jakunnya naik turun, dirinya dilanda kecemasan. Bagaimana gadis itu bisa pergi?
Berulang kali Aran mondar mandir mencari cari Lily yang entah kemana. Semua sudut ruangan sudah ia jelajahi bahkan di kamar mandi sekalipun.
" Lily!" Aran masih berusaha memanggilnya siapa tau gadis itu muncul dan mungkin Aran hanya melewatkan salah satu sudut ruangan yang belum ia telusuri. Semoga ada yang terlupa pikirnya.
Napasnya tampak berderu, segelintir kecemasan muncul ke permukaan, sangat jelas terlihat dari pupil Aran yang mengecil.
Saat Aran hendak mengecek kembali mencari Lily tiba tiba langkahnya terhenti kakinya berdarah menginjak sesuatu yang kecil namun tajam. Bukan apa apa, hanya masalah kecil bagi Aran untuk masalah seperti ini.
Aran meringis kesakitan lantaran serpihan benda itu menancap cukup dalam. Aran terduduk di lantai guna melihat keadaan telapak kakinya apakah baik baik saja. Ada di beberapa titik yang berdarah, sisanya hanya menempel saja tidak menancap.
" Ashhh" Aran menahan berusaha tidak mengumpat ketika mencabut benda benda kecil itu.
Ia membersihkan sisa sisa benda kecil kecil itu dari telapak kakinya.
Setelah dilihatnya, yang melukai telapak kakinya ternyata ada beberapa serpihan kaca kecil yang menancap.
Seketika ia tersadar melihat sekeliling lantai, Aran tersentak melihat sekelilingnya amat berantakan, serpihan kaca berada dimana mana yang siap melukai siapapun yang menginjaknya, air yang tercecer membasahi lantai, kertas kertas dan pulpen berserakan ke segala arah serta barang barang kecil lainnya. Ada apa ini?
Pemandangan yang buruk, keadaan lantai sangat berantakan, apakah semua ini perbuatan Lily?
Aran semakin memperlebar matanya, terkejut dengan keadaan sekitarnya.
Kamarnya seperti habis dilewati angin topan. Dilihatnya juga lemari terbuka begitu saja, pakaian tercecer di ranjang begitupun yang ada di dalam lemari. Yang pasti Lily yang melakukan semua ini.
" Apa yang dia lakukan?" Tiba tiba raut wajah Aran berubah, terbesit rasa bersalah hinggap di hatinya.
Aran berpikir Lily mengamuk mengacak acak seluruh kamarnya kemudian mengambil beberapa pakaian dan pergi melarikan diri karena perdebatannya tadi sebelum ia pergi, sepertinya gadis itu memberontak tidak setuju dengan argumentasinya.
Aran tak mengerti, bukankah gadis itu juga tak menginginkan pernikahan ini, tak menginginkan dirinya, bahkan Aran tahu ketika Lily hendak kabur di hari pernikahannya, jadi apa salahnya jika menjalani hidup sendiri sendiri.
Menurutnya pernikahan ini bukan hal yang terlalu penting mengingat semua ini hanya paksaan, gadis itu tak mencintainya begitupun sebaliknya. Lalu apa yang salah dari perkataan Aran?
Tapi bukan hal itu yang Aran khawatirkan, Aran hanya takut Lily bertindak nekat melukai dirinya sendiri mengingat beberapa jam yang lalu Aran bertengkar dengan Lily.
Apa benar gadis itu marah dengannya? Lalu apa yang ia inginkan?
Setelah membersihkan serpihan kaca yang ada di kakinya, Aran mengambil kunci mobilnya berjalan terpincang pincang menahan rasa sakitnya. Dengan berjalan cepat tangan Aran sibuk menekan tombol panggilan ke nomor Lily yang berulang kali tidak di angkat Lily.
Aran membanting tubuhnya sendiri pada jok mobil begitu ia masuk
Panik? Tentu saja. Lily adalah putri semata wayang dari pak Hery rekan bisnisnya yang paling berpengaruh di perusahaannya, bagaimana yang akan ia katakan nanti kalau pak Hery tahu bahwa putrinya hilang atau bisa di sebut kabur, yang pasti beliau akan marah besar.
Sebenarnya ini bukan kesalahannya sepenuhnya, namun gadis itu yang menginginkan pergi. Akan tetapi pak Hery telah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya untuk menjaga gadis itu.
Aran mengira gadis kecil seperti Lily akan mudah mengatasinya, dan ternyata dugaannya salah. Gadis itu pemberontak, tak suka diatur.
Ia tak mau mengecewakan pak Hery, setelah ia menyerahkan kepercayaan terbesarnya kepada Aran.
Begitu memasuki mobilnya, Aran memukul setir dengan kencang.
Kesal sendiri dengan yang ia katakan pada beberapa jam lalu yang membuatnya bertengkar dengan istrinya. Mengapa ia ceroboh mengatakan hal seperti itu pada gadis kecil yang terlalu polos belum tahu apa apa.
Mungkin Lily tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadikan sebagai jembatan bisnis bukan menjadi istri sungguhan. Lagi pula gadis itu tidak menginginkan perjodohan ini bukan. Seharusnya Lily malah senang dengan pendapat Aran, semua akan bahagia dengan cara masing masing.
Dan tentunya hal ini hanya masalah sepele.
Pikiran Aran melayang layang diatas udara hanya memikirkan Lily yang tak kunjung menjawab teleponnya, isi kepala Aran dipenuhi pikiran pikiran buruk tentangnya.
Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan pada gadis itu. Terlebih lagi hari sudah terlalu larut untuk gadis seusia Lily berkeliaran.
Dengan sangat yakin, ia harus mencari keberadaan Lily, gadis itu berhasil mengacaukan pikiran Aran beserta seluruh isi hatinya. Perasaan Aran tak karuan.
Lelah dengan ponselnya yang menelepon Lily berkali kali tak kunjung dijawab, dilemparkan ponselnya itu ke arah jok yang ada disampingnya hingga terpental, Aran mengacak acak rambut coklat nya yang berbau mint karena Pomade yang dipakainya.
Merasa frustasi, diinjaknya pedal gas mengelilingi kota mencari Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...