Long Time pt II

908 50 1
                                    

Lagi lagi Lily memekik kegirangan begitu sampai di pantai, kakinya terus berlari diatas pasir putih, melawan angin laut, mendatangi air laut menabrakkan diri dengan ombak.

Rambut coklatnya yang tergerai bergerak gerak karena angin laut yang menerpanya, Lily merentangkan tangannya menikmati suara deru ombak yang menabrak karang.

Birunya langit dan laut menyegarkan pandanganya setelah berminggu minggu terkungkum di dalam rumah dengan segala sandiwara yang membuatnya sesak.

Sementara itu, Aran dan pak Hery masih tertinggal di belakang. Keduanya ikut tersenyum melihat Lily yang kegirangan di depan sana.

Lily melangkah mendekati ombak, bermain main dengannya. Membuang buang air ke udara, membiarkan air menghujani dirinya.

Berbeda dengan Aran dan pak Hery yang lebih memilih menikmati pemandangan duduk di atas pasir, memesan kelapa muda sambil mengawasi Lily dari kejauhan.

Keduanya berbincang sebagai mana seorang lelaki, cara berbeda menikmati suasana pantai. Angin hari ini tampaknya cukup kencang terlihat dari beberapa pohon kelapa bergoyang tertiup angin.

Sedangkan Lily asik sendiri bermain main air tanpa peduli Aran dan ayahnya yang jauh darinya.

Hari ini ia benar benar merasakan kebebasan penuh kebahagiaan tanpa adanya Helena yang mengusik kesenangannya dan suaminya. Lily berharap akan bisa seperti ini seterusnya.

Lily mencoba menceburkan diri ke laut yang dangkal berusaha berenang sebisa mungkin. Tidak berenang sebenarnya yang dilakukannya, bisa dikatakan hanya membasahi diri.

Semakin lama ia semakin berjalan ke tengah agar tubuhnya terendam sepenuhnya oleh air laut, tanpa mempedulikan ombak yang bergulung berkali kali datang menghujam tubuhnya. Sebisa mungkin Lily menahan tubuhnya agar tak ikut terbawa arus ketika ombak berbalik ke asalnya mereka datang.

" Tidak terasa Lily sudah besar dan sudah bersuami, waktu terasa sangat cepat, seperti baru kemarin Lily baru lahir." Pak Hery menghela napas panjang, kedua netranya tak lepas dari bayangan Lily di depan sana.

Aran ikut tersenyum, matanya mengikuti arah netra pak Hery memandang jauh ke depan.

Aran tidak bersungguh-sungguh mempermainkan gadis itu, setengah hatinya telah dirubah Lily dalam kurun waktu singkat. Lily dapat membuka mata hatinya sedikit demi sedikit, justru ia merasa iba pada Lily yang sangat menyayangi ayahnya, namun ayahnya memperalatnya demi keuntungan perusahaan.

Semakin lama Aran tak mau menyakiti Lily, namun apa yang bisa ia perbuat? Dirinya telah terbelenggu oleh cinta Helena. Ia tercebur kedalam lubang hitam yang gelap tak ada ujungnya, sama seperti halnya dengan hubungannya antara mereka, tidak ada jalan keluar, tak berujung mencari jawaban dari kisah cinta mereka.

Aran sendiri pun seperti tersesat ke jalan yang salah. Ia menyadari semua itu.

" Ayah beruntung sekali mempunyai Lily." Aran kembali melemparkan senyum pada mertuanya itu, entahlah yang dikatakan oleh Aran apakah hanya sekedar basa basi atau memang serius.

" Kamu lebih beruntung Aran, mempunyai istri secantik Lily." Ucap pak Hery tak mau kalah.

Keduanya mengangkat gelas yang berisikan air kelapa muda, bersulang untuk hari ini, dan keduanya meminumnya saat bersamaan.

Di tengah tengah mereka sedang asyik meneguk minumannya tiba tiba dibuyarkan oleh suara teriakan Lily.

" Ayah! Aran!" Suara Lily terdengar samar samar saling menyatu dengan suara deru ombak.

Terdengar suara itu timbul tenggelam saling bersahutan dengan suara ombak yang memecah karang. Pak Hery dan Aran panik mengedarkan pandangan mencari cari Lily yang kini hilang dari pandangannya.

" Lily!" Keduanya menyebut nama Lily secara bersamaan tanpa disadari.

Raut wajah mereka berdua berubah berbeda dengan beberapa menit yang lalu, yang kini berubah menjadi serius.

Aran berlari kearah ombak terlebih dahulu, tempat dimana gadis itu berdiri sebelumnya, mencari cari Lily disana. Sementara itu, pak Hery menghubungi penjaga pantai.

Aran celingukan kesana kemari mencari keberadaan Lily. Gadis itu menghilang.

Rasa gelisah kalang kabut menyelimuti hati Aran, ia takut terjadi sesuatu pada istrinya.

Aran berlari lari sepanjang pinggir pantai, kakinya menyisakan jejak di belakangnya kemudian terhapus sendirinya oleh ombak yang menghampirinya.

Berganti ia menuju ke tengah. Aran berulang kali mengedarkan pandangannya.

" Aran!"

Benar saja, Lily terlihat melambai lambaikan tangannya ditengah kepanikan menyadari dirinya akan tenggelam.

" Aran...." Suara Lily mulai hilang ditelan ombak yang bergulung gulung, Lily terseret ke tengah laut.

Aran buru buru menghampiri Lily, kini bayangan gadis itu sudah tak tampak di permukaan air.

Aran mencoba menyelam mencari Lily di bawah air, turun ke bawah. Secepat kilat ia berenang menuju titik dimana suara Lily terakhir terdengar.

Untung saja air laut terlihat jernih sehingga Aran dapat melihat Lily dengan jelas, tubuh gadis itu mulai turun ke bawah seperti di telan oleh air.

Matanya sudah terpejam, begitu juga dengan tubuhnya yang sudah lemas kehabisan oksigen sehingga tak mempunyai tenaga lagi untuk bertahan.

Gelembung gelembung udara keluar dari rongga hidung dan mulut Lily, tak lama lagi gadis itu akan kehabisan oksigen, Aran semakin mempercepat pergerakannya sebelum terlambat.

Tangan Aran meraih raih tangan Lily yang kini mulai melorot ke bawah. Aran berusaha sekuat tenaga mendapatkan tangan Lily.

Begitu berhasil meraih tangan Lily, Aran menarik tubuh Lily ke atas.

Dengan terengah engah setelah muncul ke permukaan, Aran menghirup oksigen sebanyak mungkin setelah pasokan oksigen paru parunya telah habis.

Aran membawa tubuh Lily ke tepian, meletakkannya begitu saja diatas pasir. Gadis itu tak sadarkan diri.

Takut terjadi sesuatu, Aran mengecek denyut nadi Lily menekan pergelangan tangannya.

Kemudian, ayah Lily datang berlari menghampiri tubuh anak gadisnya diikuti penjaga pantai di belakangnya.

Pria paruh baya itu panik berteriak memanggil manggil Lily, mengguncang guncangkan tubuh Lily yang tak bergerak sama sekali.

" Cepat beri nafas buatan!" Perintah penjaga pantai sama paniknya dengan Aran.

Aran mengikuti yang di perintahkan penjaga pantai, ia menautkan bibirnya dengan milik Lily memberinya nafas buatan. Kemudian Aran memompa dada Lily agar air yang masuk ke rongga paru parunya keluar.

Satu kali dua kali tidak berhasil, tidak ada respon dari Lily.

Berulang kali Aran melakukan hal yang sama pantang menyerah sampai Lily benar benar Sadar.

Tak berapa lama kemudian, Lily memuntahkan air yang sudah ditelannya.

Aran bersorak kegirangan sehingga menitikkan air mata tanpa sadar, ia bersukur tuhan masih berbaik hati padanya menyelamatkan Lily.

Spontan Aran memeluk tubuh Lily.

Lily yang baru sadar kebingungan dengan reaksi Aran yang begitu tampak sangat bahagia. Begitu juga dengan ayah Lily yang ikut memeluk tubuh putrinya.

Hampir saja mereka kehilangan Lily, keduanya lelaki itu terharu masih bisa menyelamatkan Lily.

Tak henti hentinya mereka merengkuh tubuh Lily yang sedikit menggigil, bahkan giginya bergemeletuk.

Mereka membawa Lily ke tempat yang jauh lebih aman.

Lily terpana memandangi Aran, dirinya tidak percaya di gendong Aran, pria itu tidak sedang menunjukkan sandiwara.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang