Kemarin lagi lagi Aran kembali dengan rasa penuh kecewa, ia tak mendapatkan apa-apa selepas dari apartemen itu.
Untuk menghilangkan rasa penatnya sekaligus meminta solusi pada temannya, ia meluangkan waktu mampir ke kedai Edy milik kawannya. Kedai tersebut berdampingan dengan toko bunga yang ia kunjungi bersama Lily beberapa waktu lalu. Ah kembali mengingat gadis manis itu. Sejujurnya Aran telah merindukannya.
Aran duduk memandangi toko bunga milik Edy sembari menyeruput secangkir kopi panas, disana ia dapat mengukir senyum Lily untuk pertama kalinya. Sebelumnya ia tak pernah melihat bibir ranum Lily mengembang dengan penuh keceriaan selama pernikahannya.
Aran ingin melihatnya kembali, senyum itu telah meracuninya. Tanpa sadar Edy telah duduk disamping Aran menyadarkan lamunannya tengah tersenyum sendiri.
" Hey!"
Aran tersentak mendengar suara Edy yang tiba-tiba.
" Sepertinya kau sedang banyak pikiran." Edy duduk membawa secangkir teh hangat dan beberapa camilan. Ditaruhnya diatas meja. Sudah kebiasaan Edy membawa camilan dimana mana hingga membuat tubuhnya terlihat tambun.
" Entahlah, aku sedang kacau." Dengan malas Aran menggubris, raut wajahnya tampak lesu.
" Tentang istrimu?" Sudah dipastikan tebakan Edy benar, siapa lagi jika bukan Lily yang mampu membuat Aran sekacau ini.
Aran hanya mengangguk lemah, sangat sulit menggambarkan perasaannya hari ini, nyaris putus asa rasanya. Dunianya terasa terhenti, tidak ada gairah hidup sama sekali.
" Aku tau kau merindukan istrimu..."
" Tidak Edy, kau tidak mengerti. Kau tidak tahu betapa aku mencintainya."
Edy terdiam membiarkan Aran berkeluh kesah, Edy ikut sedih melihat Aran terpukul atas kehilangan Lily.
" Kau tahu Edy, aku merasa bersalah padanya, aku memang bajingan! Aku melihat ada ketulusan dibalik mata Lily, sejauh ini ia bertahan untukku, sementara aku dibutakan oleh Helena, waktu itu Helena mengancam ku akan membocorkan hubungan gelap kami ke semua orang jika aku meninggalkannya."
" Awalnya aku kira pernikahan ini hanyalah perjodohan antar kedua pemilik perusahaan, namun ternyata ayah Lily tidak sembarangan memilih rekan bisnisnya, dan berniat menggabungkan perusahaannya dengan perusahaan keluargaku. Pak Hery memilih aku. Dia menyerahkan Lily, mempercayaiku sepenuhnya. Dia memilihku karena latar belakang keluargaku dikenal sebagai keluarga baik baik dan terhormat. Sekarang aku menyesalinya Edy... Aku menyesalinya..." Air mata terasa menyengat di pelupuk mata, Aran tak kuat menahannya lagi.
Tangannya mengepal kuat. Rasanya ia ingin berlutut didepan Lily, beribu kata ribu maaf ingin ia lontarkan saat itu juga.
Edy yang tahu kesedihan sahabatnya bersimpati, tangannya mengelus punggung Aran memberi kekuatan pada pria itu.
" Lalu bagaimana dengan Helena?" Edy bertanya pelan takut pertanyaannya menyinggungnya, ia tahu pertanyaannya amat sensitif bagi Aran.
" Aku akan menikahinya sesuai janjiku dulu, namun aku tak akan melepaskan Lily, aku ingin menebus kesalahanku. Jujur saja, aku jatuh cinta pada Lily saat aku menikahinya, gadis itu amat manis dan tulus, ia sangat menyayangi ayahnya sampai rela dijodohkan denganku. Akan tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa, aku terlanjur berjanji pada Helena untuk akan selalu ada untuknya. Aku terbelenggu oleh janjiku sendiri, Edy." Aran merasa dirinya pada titik terlemah saat ini. Benar kata pepatah dahulu, seorang pria terdapat kelemahan pada wanitanya.
Edy sedikit terkejut dengan pengakuan Aran, ia kira pernikahannya hanya pura pura mengingat Aran dahulu terlihat sangat mencintai Helena. Edy tertegun hati Aran telah melembut dibuat Lily. Oh seharusnya ia berterima kasih pada gadis itu karena sudah mengubah sifat kawannya.
Tak cuma itu, Aran sering terdiam meskipun Helena berlalu lalang di rumahnya. Aran malas uring uringan yang hanya akan membuat kepalanya semakin penuh.
Bekerja pun sekarang ia perlu dibantu oleh Ahmad, pekerjaannya sering kacau, dan dapat komplain dari klien. Tidak mau ambil resiko rugi, Aran melemparkan kekuasaannya merupakan perusahaannya cabang dari M.A.D Group pada Ahmad. Untuk sementara waktu ia butuh beristirahat menenangkan pikirannya.
Hari harinya yang dilalui begitu suram. Tidak ada tawa, keceriaan, maupun semangat hidup. Semua yang telah ia usahakan untuk mencari Lily berbulan bulan tak berbuah apapun.
Kau tahu Lily? aku mulai menyukaimu saat kau merawatku dengan tulus tanpa menuntut timbal balik apapun sepulang dari klub waktu itu. Setelah kau mengetahui keburukan ku, kau mampu menerimaku, dan memilih bertahan. Aku tahu kau terluka karena ku. Mungkin Tuhan sekarang sedang menghukum ku, menyiksa memberiku rasa sakit ini atas kehilanganmu. Aku ingin setelah ini kau mau memaafkanku Lily. Aku ingin kita bersama-sama kembali. Aku bersumpah tidak akan membuatmu kecewa lagi. I love you my beauty Lily flower.
- Muhammad Aran -
Di tempat yang berbeda, Lily sering termenung di atas kursi rodanya. Semakin lama ia tinggal di apartemen Sea, yang ia rasakan hanya perasaan hampa, dan bosan. Tidak ada soal meributkan dengan Aran setiap harinya. Jiwanya seakan tertidur, tidak ada perasaan yang membuatnya bersemangat.
Lily diterpa rasa bimbang, sebelum ia pergi dari rumah Aran, pria itu sering berbuat romantis padanya. Dan mencegahnya pergi. Apakah benar pria itu telah berubah? Ataukah hanya sandiwara? Namun teramat sakit jika diingat Helena mengandung anak dari suaminya.
Beberapa waktu lalu memang Lily sangat anti bertemu dengan Aran, untuk sekarang, entahlah. Hati bisa berbolak balik setiap harinya.
Lily terbangun dari lamunannya begitu terkejut tanpa ia duga Sea telah berdiri di samping kursi rodanya. Lily mendongak melihat raut wajah Sea memandang jauh suasana kota Jakarta di bawah sana.
Tanpa menoleh Lily, Sea berkata. " Apa kau merindukan Aran?"
Lily menggeleng cepat, meskipun hal itu bertolak belakang dengan isi hatinya yang kian merasakan hampa.
Ya Lily akui perasaan ini amat mengganggunya, meronta seolah olah ingin melihat Aran walaupun hanya sebentar. Dirinya penasaran apa yang dilakukan pria itu ketika ia pergi. Perasaannya mengatakan mana mungkin Aran mengacuhkannya begitu saja. Maksud Lily, hey Lily adalah istrinya, mana mungkin Aran tidak berbuat sesuatu. Nyatanya pria itu bisa sampai ke apartemen Sea. Padahal sedikit lagi ia akan menemukan dirinya, batin Lily.
" Pendirianmu memang kuat." Sea manggut manggut memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.
" Mengapa kau tidak menggugat cerai di pengadilan saja, bukankah kau mempunyai banyak bukti perselingkuhan sehingga kau mudah untuk berpisah. Apalagi Helena sedang mengandung anak dari Aran, sangat mudah sekali bukan?" Sea berusaha memperkeruh hubungan rumah tangga Lily, jika tidak ada titik terang.
" Tidak semudah itu Sea. Aran tidak akan membiarkan aku pergi begitu saja, begitu juga ayahku, mereka terikat perjanjian mempersatukan M.A.D Group dengan perusahaan ayahku." Sesal Lily tertunduk lesu.
" Kalau begitu kita buat kasus seolah olah kita berselingkuh. Pasti Aran akan menceraikan mu." Jawab Sea dengan mantap.
Lily berpikir sejenak, membiarkan kepalanya bekerja, ide Sea sangatlah bagus. Jika ia berselingkuh mana mungkin Aran mau menerimanya kembali.
Kemudian sea menatap Lily ingin tahu jawaban dari gadis itu.
Lily mengangguk yakin. Memang keputusan ini sangatlah berat, namun semua ini demi dirinya sendiri agar tak terlalu jauh berurusan dengan Aran yang hanya akan membuatnya sakit setiap harinya terlebih lagi Helena yang berhasil mendapatkan bibit Aran junior.
Keputusan sudah bulat, ya ini keinginannya sejak lama, Lily telah mempertimbangkan secara matang matang. Ia akan mengelabuhi Aran membuat dirinya seolah olah selingkuh dengan Sea.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomantizmLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...