Justice

787 38 1
                                    

Flashback on...

Hukum tetap terus berlanjut bagi siapapun, meskipun Helena mempunyai bayi tak bisa lari dari hukum. setelah tubuhnya pulih total ia dipanggil oleh pengadilan untuk bertanggung jawab atas tindakan kriminalnya. Ia juga harus bertanggung jawab atas kerusakan gudang anggur yang telah hangus dibuatnya.

Helena duduk pada kursi tengah yang telah disediakan berhadapan dengan hakim. Di belakang Helena terdapat belasan pasang mata menyaksikan persidangan hari ini, mereka yang tadinya riuh seketika hening begitu hakim dan tersangka memasuki ruangan.

Semua mata tertuju pada seorang wanita berambut pirang sedang duduk disana. Sungguh kesan wanita angkuh melekat kuat pada seorang Helena, kepalanya tak tertunduk sedikitpun, juga melirik tajam kearah semua orang sebentar.

Mereka memperhatikan berjalannya sidang dengan seksama.

Hari persidangan itu dihadiri oleh Aran dan juga Sea sebagai saksi. Begitu pula Sang pemilik gudang anggur, sedari tadi komat Kamit menjabarkan kerugiannya pada hakim. Terkecuali Lily yang masih harus mendapatkan perawatan di rumah sakit tak bisa menghadiri, dan menyaksikan wanita yang hampir mencelakainya diadili.

Selama sidang berlangsung, Helena terlihat tak ada rasa takut sedikitpun justru memasang muka datar tak bereaksi apa apa ketika sang hakim mengumumkan hukumannya. Seperti tak ada penyesalan sama sekali, justru ia terlihat biasa biasa saja.

Memang kebencian terlanjur mengakar dalam hatinya paling dalam, berniat tak meloloskan gadis itu, semua nafsu ingin menyingkirkan Lily belumlah tuntas.

Helena dijatuhi hukuman penjara selama hanya selama 2 bulan karena akan memiliki bayi oleh karena itu ia diberi keringanan hukuman, dan membayar denda sebanyak kerusakan gudang tersebut. Jika biasanya kasus percobaan pembunuhan bisa dijatuhi hingga 6 tahun lebih di penjara, Helena sedikit lega mendengar ia mendapat keringanan.

Tatapan Sea sejak dimulainya persidangan melempar tatapan menghunus kepada Helena terus menerus, dadanya terasa berkobar tersemat dendam dalam dadanya. Ada gejolak api yang membakar dalam diri Sea. Namun Helena tak menyadarinya saking fokusnya pada apa yang disampaikan oleh hakim.

Sementara Aran hanya menatapnya tak acuh sesekali, raut wajahnya dingin tak ada yang bisa menebak yang ada di benaknya. Asumsi asumsi bercokol di atas kepalanya mengenai Helena. Bahkan ia membuang muka pada saat tatapannya bertemu dengan Helena secara tak sengaja. Aran sangat menyayangkan tindakan Helena yang terlalu nekat berniat hendak membunuh Lily, padahal sebelumnya Aran berbaik hati ingin memperlakukannya sebagai seorang ibu dari anaknya.

Aran kian yakin menutup pintu hati rapat rapat untuk Helena.

Usai persidangan Helena terkejut dihadang oleh Sea yang muncul secara tiba-tiba di hadapannya. Mudah ditebak raut wajah Sea seakan akan meledak, jelas Sea tak terima mengapa Helena segegabah itu tanpa berkoordinasi terlebih dahulu pada dirinya, jelas jelas tak sesuai rencana yang mereka sepakati, bahkan rencana yang mereka rancang sebelumnya untuk memisahkan Lily dan Aran belum sempat mereka jalankan, malah Helena menghancurkan semuanya. Sia sia sudah siasat yang sudah mereka rancang matang matang.

Apa boleh buat, Helena termakan egonya sendiri, dirinya mudah terbakar api cemburu melihat hubungan Aran dan Lily semakin membaik sementara ia dicampakkan begitu saja seperti habis manis sepah dibuang.

Namun bodohnya Helena ia lupa menghilangkan jejak perbuatannya, sehingga sangat mudah Aran mengumpulkan bukti bukti dibantu kaki tangannya berkemampuan Intel.

Helena tiba tiba membeku, ia sadar kesalahannya melanggar kesepakatan bersama Sea.

" Tindakan apa yang harus kau bayar atas kebodohanmu, Helena!" Untung saja Sea tak langsung menamparnya terang terangan berkat bodyguard berbadan besar di sisi kanan kiri Helena.

Helena pantang menundukkan kepala, ia berusaha agar terlihat tak gentar walaupun sebenarnya dalam hatinya dilanda rasa ketar ketir, tentu saja ia merasa bersalah kepada Sea. Selain ia mengingkari kesepakatannya, ia juga hampir membunuh pujaan hatinya.

" Ini urusanku, Sea. Aku harus segera menyingkirkan gadis ingusan itu. Maaf aku rasa kita tidak berada dalam jalur yang sama." Helena enggan menatap Sea, ia tahu laki laki itu sedang marah.

Akan tetapi Sea mengejar pandangan Helena memaksa wanita itu menatapnya, meskipun Sea membalasnya setajam pisau. " Haruskah kau membunuhnya? Jika kau berhasil menyingkirkannya lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak berpikir sejauh itu?"

" Kau tak tau perasaanku Sea! Apa kau tau bagaimana rasanya dibuang seperti sampah setelah kau tak dicintai lagi?!" Helena lepas kendali, susah payah ia menelan ludahnya sendiri, terasa ngilu di dadanya membuat matanya menggenang.

" Kau pikir hanya kau yang merasa kehilangan? Aku sudah menyukai Lily dari dulu, namun malah pria lain yang menikahinya. Seharusnya jika kau tidak bertindak bodoh setidaknya kita bisa memisahkan mereka, kau dapat bagianmu dan aku dapat bagianku, tapi apa? Semua kesempatan hilang begitu saja karena mu!" Tak tahan lagi, Sea mengepalkan tangannya serasa ingin memukul wajah wanita itu. Sangat mengesalkan, terlalu egois.

" Yang kuinginkan sekarang hanyalah Lily mati! Apa kau keberatan mendengarnya?!" Kini tatapan mereka saling menghunus satu sama lain. Helena sudah dikuasai dendam. " Jika kemarin gagal maka aku akan mencobanya lain kali."

Sontak Sea melototi Helena, kedua tangannya berusaha meraih Helena akan tetapi digagalkan oleh tangan besi bodyguard Helena. Oh ingin rasanya mencekiknya ditempat.

Melihat usaha Sea gagal, Helena tersenyum remeh kepadanya berlalu begitu saja menertawakan respon Sea yang gagal menyentuhnya.

Ditempat, Sea sangat jengkel tingkah Helena, menurutnya wanita itu sangat semena mena, terlalu termakan ambisi obsesinya terhadap Aran. Hingga tak peduli meskipun sudah melewati batas. Sea hanya bisa memakinya dari belakang.

Lain cerita dengan Aran melenggang begitu saja, jangankan menghampiri melengos pun tak mau. Aran sengaja mempercepat langkah kakinya agar Helena tak sempat menyapanya. Cukup tak ada toleransi untuk wanita itu. Lirikan kecil cukup mengisyaratkan bahwa ia tak mau diganggu membuat Helena mengurungkan niat melambaikan tangan, sorot matanya bagaikan tusukan pedang nan tajam  membuat Helena bergidik ngeri melihat pria itu.

Jika Aran sudah terlihat diam saja memang sedang tidak bisa diganggu terlebih sorot matanya cukup menjelaskan.

Semua masuk kedalam mobil masing masing, memang tak ada yang perlu dibicarakan lagi.

Lain cerita dengan Sea, rasa rasanya ia kurang senang dengan keputusan hakim, apa boleh buat palu sudah diketuk, yang bisa ia lakukan hanya menerimanya. Namun sebatas putusan hakim bukan dirinya. Ia akan memberi hukuman Helena dengan tangannya sendiri berani beraninya wanita itu mencelakai pujaan hatinya.

Di dalam mobil sambil menyetir, Sea terus memikirkan balasan untuk Helena agar wanita itu jera tak sembarangan menyentuh Lily. Ia juga ingin Helena merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh Lily didalam gudang anggur sebagaimana Lily disiksa di dalamnya.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang