Lonely

1K 62 6
                                    

Sekarang Lily mengunci diri di kamar duduk di tempat tidurnya, alasannya adalah ia tak mau melihat pemandangan di luar yang membuatnya merasa tertusuk beribu duri.

Aran dan Helena duduk di sofa ruang tamu, entah apa yang mereka lakukan saat ini, Lily tak mau tahu apapun dari mereka. Kalaupun tahu apa yang mereka lakukan sebenarnya, hanya akan membuat Lily terbakar saja, jadi lebih baik Lily memilih pura pura tak tahu apapun.

Dari luar kamar terdengar cekakak cekikik membuat Lily mendengus kesal, tak henti hentinya Lily merutuki mereka berdua dari dalam kamar. Oke, Lily merasa iri.

Tak tahan mendengar suara Helena sayup sayup dari luar, Lily menyumpal telinganya dengan headset, memutar volume tinggi agar suara cempreng dari Helena tak mengganggunya.

Lily berusaha menyibukkan diri mengscroll scroll layar ponselnya agar pikirannya teralihkan. Memikirkan Aran dengan Helena hanya membuat beban pikirannya saja.

Baguslah dia sekarang mulai larut dalam dunianya, larut dalam alunan musik kesukaannya yang ia putar. Lily bersenandung kecil, ikut terhanyut dengan musiknya.

Sampai sampai ia tak tahu ada seseorang yang sedang mengetuk pintu kamarnya.

Ketukan itu makin kencang ketika pintu tak kunjung terbuka.

Tak lama kemudian Aran memaksa untuk masuk begitu saja.

Melihat seseorang masuk begitu saja, Lily terperanjat dari tempat tidurnya. Gadis itu seketika berdiri menatap Aran dengan heran.

" Kenapa tak mengetuk pintu? Kau membuatku kaget." Ucap Lily sembari melepas headset yang menyumpal telinganya sedari tadi.

" Aku sudah mengetuk. Kau saja yang tuli." Ceplos Aran.

" Memangnya kenapa kau kemari." Lily bertanya tanya apakah Helena sudah pulang sehingga suaminya pergi ke kamarnya.

" Aku hanya ingin bertanya apa kau masih punya makanan?"

" Apa kau masih lapar?" Baru 2 jam berlalu pria itu habis makan di suapinya, mana mungkin Aran begitu cepat merasa lapar kembali.

" Bukan untukku, tapi Helena." Jawab Aran dingin.

Seketika rasa antusias Lily kepada Aran mendadak menguap begitu saja, seiring raut muka Lily ikut mendadak berubah.

Lily sangat membenci ketika Aran menyebutkan nama Helena.

" Tidak ada." Singkat Lily tak menghiraukan apa yang dikatakan Aran. Kemudian Lily berbalik arah memunggungi Aran, sengaja menghantamkan tubuhnya ke ranjang, menyumpal kembali telinganya dengan headset. Tak mau mendengar apapun lagi mengenai Helena, bukan urusan dia.

" Lily!" Panggil Aran kembali.

Lily berusaha tak memperdulikan apapun, berpura pura tak mendengar panggilan Aran.

" Lily!"

Sekarang Aran yang dibuat jengkel karena ulah Lily. Sampai mulutnya berbuih pun percuma memanggil Lily, telinganya saja disumbat seperti itu.

" Lily!" Panggilan ketiganya Aran mulai kehilangan kesabaran. Pria itu menarik tangan Lily, yang posisinya yang tadinya gadis itu berbaring tengkurap hingga sekarang menjadi terduduk di tepi ranjang.

Hampir saja kepala Lily menghantam dada bidang Aran, dada Aran nyata tepat berada di depan mata Lily, jaraknya pun hanya beberapa centimeter.

Hentakan demi hentakan jantung berdetak begitu terasa pada rongga dada Lily, ia tak pernah merasa sedekat itu dengan Aran, pria itu berhasil membuat Lily merasa tak karuan, membuat wajahnya tampak merah padam. Gugup? Tentu saja.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang