Sudah lama Lily tak menghirup udara segar, selama ini ia terkungkung di dalam ruangan yang minim cahaya matahari. Hari ini ia akan turun dari apartemen milik Sea, sudah jenuh Lily berada disana.
Selama Lily diatas kursi roda, ia jarang sekali keluar, itupun ditemani Sea. Untuk berjaga jaga jika ia bertemu dengan Aran.
Lily berada di kursi roda sudah berbulan-bulan lamanya, kakinya lumpuh setelah malapetaka waktu itu. Kabar baiknya hal itu hanya bersifat sementara jika ia terus melakukan kontrol dan terapi secara rutin. Sering kali Lily merasakan nyeri pada lututnya secara tiba tiba, sehingga ia tak bisa jauh jauh dari Sea.
Saat ini Sea sedang pergi kuliah, ditinggalkan Lily seorang diri. Lily jenuh hanya terus menatap bangunan itu, tidak ada yang menarik. Kebetulan di luar hari sedang cerah cerahnya. Lily memutuskan untuk keluar sejenak.
Lily bersusah payah mendorong terus rodanya sendiri menuju lift dan keluar dengan mulus tanpa dibantu oleh siapapun.
Tidak terlalu buruk juga jika untuk berjalan jalan sebentar.
Lily berjalan pelan menggunakan kursi rodanya menyusuri pinggir jalan. Matanya terfokus pada segerombolan bunga yang cantik tumbuh secara liar. Bunga itu berwarna warni, berbagai macam jenis bunga secara acak tumbuh bergerombol menjadi satu.
Tangan Lily meraih dan memetik beberapa bunga, dihirupnya aroma bunga itu sangat khas, namun Lily tak tahu nama bunga itu. Ia asal mengambil lalu melenggang pergi.
Lily kembali berjalan, serta mengedarkan pandangannya melihat situasi sekitarnya. Melihat orang berlalu lalang, ia ingin bisa berjalan kembali seperti dulu. Ia bisa kemanapun ke tempat yang ia suka tanpa kursi roda.
Kepala Lily tertunduk meratapi nasibnya sendiri, ia bergerak pun sangat terbatas, tak bisa melakukan hal hal yang ia suka.
Tanpa sengaja bunga yang ia petik tadi jatuh, Lily merunduk berusaha meraihnya kembali.
Sebelum ia meraihnya, bunga itu diinjak oleh seseorang yang memakai flat shoes, dan orang itu berhenti di hadapan Lily. Lily tersentak, mencoba mendongak melihat siapa pemilik flat shoes kurang ajar itu, berani beraninya dia menginjak bunganya.
Untuk kedua kalinya Lily tersentak, yang ia lihat didepannya adalah wanita berambut pirang panjang, tingginya semampai untuk ukuran orang Indonesia. Wanita itu diam, memperlihatkan wajah sinis sangat tak enak dilihat.
Yup siapa lagi bukan Helena.
Gawat! Ia ketahuan oleh wanita jalang itu.
" Untuk apa kau kemari?" Lily membalas tatapan tak kalah sinisnya, memandang Helena penuh jijik.
Helena memutar bola matanya dan tertawa kecil seakan akan mempermainkan Lily. " Lihatlah dirimu sekarang! Kau masih bisa berlagak di depanku dengan keadaanmu yang seperti ini."
Wanita iblis itu benar benar menguji kesabaran Lily, sementara itu Lily hanya menghela napas menenangkan dirinya, berusaha terlihat sewibawa mungkin.
" Apa maumu kemari?" Ulang Lily.
" Tadinya aku hanya lewat sini, dan ternyata aku melihatmu, dan lihatlah sekarang betapa malangnya dirimu." Helena menyeringai lebar tanpa dosa.
" Kau cacat?" Tanya Helena dengan meledek.
Sudah Lily tebak Helena bertemu dengannya hanya untuk mentertawakannya. Lily mencoba bertahan dari kata kata pedas yang keluar dari mulut Mak lampir itu.
Ingin rasanya Lily merobek robek mulut jahanam wanita itu.
" Dengan begini sangat mudah aku menyingkirkan mu." Tanpa henti Helena menyeringai penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bride
RomanceLily benar benar tak menginginkan semua ini, hal ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Dia baru saja tamat sekolah ingin mengepakkan sayapnya selebar lebarnya demi meraih cita citanya dan seharusnya dia melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi dia mas...