Stuck with you

1.4K 78 0
                                    

Begitu terdengar gagang pintu terbuka Lily buru buru memejamkan matanya rapat rapat, lagi lagi Aran pulang di saat sudah larut malam, sebenarnya Lily tidak bisa tidur merasa gundah menunggu pria itu hingga pulang, ia ingin menanyakan suatu hal pada Aran, setelah dipikir-pikir lebih baik ia menunggu hari esok saja mengingat pria itu pasti sedang lelah.

Tidak baik menambahkan beban pikiran seseorang malam malam begini. Tak enak mengusiknya untuk saat ini.

Berpura pura terlelap adalah cara terbaik untuk menghindari kecanggungan yang ada, dirinya belum sempat berkenalan dengan baik dengan Aran sampai saat ini, ia juga belum mengetahui tentang seluk beluk secara detail kehidupan pria itu padahal dirinya sekarang sudah memakai marga dari pria itu menandakan bahwa dirinya sudah menjadi milik Aran seutuhnya.

Gadis itu masih merasa asing dengan Aran, belum pernah berbincang bincang hangat dengannya sama sekali.

Lily masih berusaha mengatur air mukanya agar tak terlihat tidurnya dibuat buat, sejujurnya jantungnya tak bisa dikontrol memacu berkali kali lipat dengan sendirinya, terselip perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, dadanya seolah olah ingin meledak saking semakin kerasnya jantung mengetukkan iramanya.

Tidak, ini di luar kendalinya. Apalagi saat ini terdengar seperti Aran sedang melepaskan kain yang menyelimuti tubuhnya, suara kain jatuh ke lantai semakin yakin Aran saat ini sudah bertelanjang dada. Tubuh Lily seketika terasa membeku.

Terdengar suara decitan ranjang saat Aran mulai naik di atasnya, panik? Tentu saja. Jika saja mata Lily terbuka mungkin saat ini sudah melotot, kini jarak dirinya benar benar sangat dekat tanpa penyekat apapun, sampai sampai terdengar jelas hembusan napas pria itu yang beraroma mint.

Pria itu tidur tepat di samping Lily merebahkan bobotnya melepas rasa lelahnya yang menjalar sekujur tubuhnya, entah sihir dari mana bulu kuduk Lily berdesir tanpa perintah. Kulit mereka saling bergesekan kala Aran bergerak tak nyaman membetulkan posisi tidurnya.

Sesekali pria itu menengok kearah Lily, ragu apakah Lily benar benar sudah tertidur.

Tanpa diketahui Lily sebenarnya Aran tengah memperhatikan wajahnya. Sangat lucu bukan pria itu selalu memandangi wajah istrinya dengan cara diam diam. Masih bagus ia tak langsung melahapnya malam ini.

Gadis itu tampak imut dalam lelapnya, bahkan di dalam hatinya ia berkata demikian.

Sangat jelas terdengar suara hembusan nafas hangat Aran di telinga Lily terasa amat dekat, penasaran sedekat apa pria itu dengan dirinya, Lily mencoba sedikit membuka matanya melirik ke sumber nafas yang berhembus. Memastikan apakah pria itu sudah memejamkan matanya ataukah belum.

Apa yang ia dapatkan setelah membuka matanya, dua pasang retina mereka saling bertemu saling menatap beberapa detik, Lily terlonjak kaget mendapati Aran menghadapkan tubuhnya pada dirinya dan pria itu tengah memandangi dirinya. Lily melotot tak percaya.

Benar saja seperti yang ia duga, pria itu sudah menanggalkan bajunya, bertelanjang dada dihadapannya kini.

Seperti sengatan listrik ribuan volt menyengat dirinya, jantungnya semakin tak terkendali tak karuan membuat Lily spontan menjerit.

" Kyaa!"

" Kau belum tidur rupanya." Aran terkekeh namun matanya sangat intens menatap Lily.

Sial. Lily mengumpat dalam hati bagaimana bisa ia kepergok sedang mencuri pandang suaminya sendiri.

Segera mungkin Lily membuang muka dan menaikkan selimutnya hingga ke leher menutupi tubuhnya, takut jika Aran memandanginya dengan tatapan aneh yang membuat dirinya bergidik ngeri.  Lily serba salah tingkah jadinya sementara Aran masih terkekeh melihat tingkah Lily.

" Apa ini usahamu setiap malam selalu memata mataiku?" Aran semakin merapatkan jarak antara mereka berdua, mencoba mengerjai Lily, ia ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu jika ia menggodanya.

Lily menggeleng dengan cepat menyangkal apa yang dikatakan Aran, semakin lama pria itu menatap Lily dengan intens membuat Lily sedikit bergidik ngeri memikirkan hal hal negatif yang akan mungkin terjadi dalam menit berikutnya.

Lily tahu dirinya kini milik Aran seutuhnya namun dia belum siap untuk melakukan itu.

Hanya saja tubuhnya seakan akan membeku tak bisa berbuat apa-apa, ia masih berusaha bersikap senormal mungkin..

" Kenapa kau menatapku begitu?!" Lily melototi Aran.

Aran mengerjap setelah sadar rupanya tatapannya membuat Lily tak nyaman terlihat dari gestur tubuh Lily secara perlahan mundur sedikit beberapa inci.

" Tidurlah. Tenang saja aku tidak meminta hakku malam ini." Sebenarnya Aran tahu sedari tadi Lily merasa ketar ketir olehnya.

Deg

Tanpa sadar Lily menelan ludahnya dengan susah payah. Tanpa perintah tubuhnya benar benar kaku kali ini.

Apa pria itu tahu yang ia pikirkan? Mengapa Aran bisa berkata demikian?

Siapa juga yang berharap hak darimu. Pria itu berhasil membuat muka Lily merah padam terselip rasa kesal ingin menjitak kepala Aran yang kelebihan percaya dirinya itu.

Dengan cepat Lily berbalik memunggungi aran menyelimuti tubuhnya sendiri rapat rapat, sehingga selimut besarnya bergulung di seluruh tubuh Lily, tak menyisakan Aran sedikitpun.

Melihat tingkah Lily, Aran malah semakin ingin membuatnya semakin salah tingkah lagi.

Gadis itu menutupi tubuhnya rapat rapat membuat Aran tak bisa melihatnya.

Dengan satu tarikan kencang, Aran menarik selimut yang dipakai Lily seperti melucutinya saja.

Lily yang terkejut berteriak sekencang mungkin.

Aran cukup ternganga setelah menarik selimut itu, dilihatnya Lily hanya mengenakan tanktop dan celana pendek memperlihatkan lekuk tubuhnya. Pipi Aran merah padam di buatnya.

Ia tersenyum smirk menakuti Lily.

Terlintas muncul begitu saja otak kotor Aran, saat memandangi Lily.

Lily segera merebut selimutnya kembali, hendak menutupi tubuhnya yang hampir telanjang. Namun sayangnya tangan Aran yang kokoh tak mau melepaskan selimut itu, membuat terjadi tarik menarik antara mereka berdua.

" Lepaskan!" Seru Lily.

" Coba tarik saja kalau bisa." Sahut Aran, Lily berdecak kesal dengan apa yang dilakukan pria itu seperti anak kecil saja.

Lily semakin berusaha menariknya sekencang mungkin, sayangnya tetap tidak dapat membuat lengan pria itu bergerak.

Belum menyerah, Lily melakukan hal yang sama sampai berulang kali, tetap saja pria itu tak mau melepaskannya.

Tak kehabisan akal Lily mengigit tangan Aran amat keras, Aran meringis kesakitan menarik lengannya dengan Cepat membuat Lily ikut terpelanting ke depan menubruk dada bidang Aran yang keras. Aran pun hampir terjatuh kebelakang karenanya, namun ia dapat menahan beban tubuhnya.

Tangan Lily berpegangan pada tubuh Aran menahannya agar tidak ikut terjatuh.

Mereka berdua sama sama tersentak tak menyangka hal ini akan terjadi, mereka saling berpandangan empat mata.

Tak lama kemudian Lily mengerjap menarik tubuhnya kembali dengan menahan rasa malu. Segera mungkin ia meraih selimutnya kembali menutup sekujur tubuhnya kembali dan berbaring membelakangi Aran.

" Sisakan sedikit untukku." Kali ini Aran menarik selimutnya dengan pelan, menyuruh Lily berbagi dengan dirinya.

Memang sedikit memaksa, dan akhirnya Lily mau berbagi selimutnya. Begitu Aran sudah mendapat bagian selimutnya, ia merebahkan tubuhnya berada di sebelah Lily, keduanya saling terhimpit lantaran ukuran selimutnya tak terlalu lebar.

Lily memunggungi pria itu dan mencoba memejamkan mata, berusaha tidak memikirkan hal apapun.














The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang