Fire

871 44 6
                                    

Begitu telepon terputus, Helena hanya nyengir masam, sangat terlihat suasana hatinya buruk, tidak terima atas jawaban Aran berikan, bukan ini yang ia harapkan. Ia berharap Aran mengemis memohon agar membebaskan Lily, dan melakukan apapun untuk menyelamatkan Lily sehingga ia menyanggupi permintaannya. Sayangnya semua diluar kendali.

Helena menggeram kesal menendang balok kayu yang ada dihadapannya hingga menghantam tubuh Lily, Aran ingkar janji terhadapnya. Kesal? Tentu saja. Sebelumya Aran menjanjikan akan menikahi dia, akan tetapi ia hanya ingin menjadi satu satunya wanita yang ada di hidup Aran, bukan malah bersaing dengan gadis kecil masih ingusan. Cerobohnya Helena membiarkan Aran menikahi Lily hanya untuk status, akan tetapi sekarang menjadi sepasang suami istri sungguhan. Ialah yang dulu memupuk rasa cinta Aran setinggi mungkin dengan mudahnya dirobohkan oleh seorang gadis yang baru Aran kenal.

Mata Helena mulai berkaca kaca tak terima dengan keadaan. Sekarang Aran tak akan memihaknya lagi, jadi untuk apa masih mengasih belas kasihan kepada Lily. Matanya nanar menatap Lily yang masih tersungkur kesulitan untuk bangkit. Api membara di pelupuk mata Helena. Cukup sudah drama ini, ia akan mengakhiri semuanya disini. " Baiklah akan ku buat kalian berpisah sungguhan!"

Setelah puas memukuli, dan menyiksa Lily hingga batinnya terasa senang, Helena menyuruh 2 bodyguardnya mengambil jerigen berisi bensin dan menyiramkannya ke setiap sudut ruangan. Sungguh amat licik wanita itu tanpa belas kasihan akan mengurung Lily di dalam sendirian dalam keadaan api berkobar melahap bangunan tersebut.

Bergegas Helena melarikan diri terlebih dahulu, mengawasi dari kejauhan.

Mulailah 2 bodyguard suruhan Helena menyalakan korek, menjatuhkannya begitu saja di atas permukaan yang sudah disirami bensin tadi. Keduanya pun ikut menjauh menyusul Helena.

Dalam hitungan detik api meluas dengan mudahnya. Percuma Lily berteriak sekencang mungkin tak akan ada yang mendengar, tak ada seorangpun di sana. Gadis itu panik berusaha meloloskan diri, mencoba melepaskan ikatan yang melilit menyatukannya dengan kursi. Walaupun terseok seok melakukannya, ia tetap terus berusaha jika tidak ingin terbakar hidup hidup di sini.

Api mulai membesar menguasai setiap yang diraihnya, menjalar ke seluruh ruangan, asap pun ikut mengepul pekat menusuk paru paru. Lily hampir menyerah kekurangan oksigen sampai terbatuk batuk tak henti henti. Setiap sudutnya telah dikepung api, jarak pandang menjadi terbatas, bahkan hampir tak bisa melihat apapun.

Yang bisa Lily hanya berteriak sebisa mungkin, berharap pertolongan seseorang yang dikirimkan oleh tuhan untuknya. Karena memang hanya itu yang bisa Lily lakukan. Berteriak, menangis, berteriak, menangis, dan begitu seterusnya.

***

Terlihat mobil melaju sama kencang nya berlawanan arah, Aran membunyikan klakson panjang memperingati mobil itu agar mengurangi kecepatannya sebelum terjadi insiden menabrak mobilnya. Bukan karena Aran takut terjadi kecelakaan padanya, melainkan yang dipikirkannya saat ini adalah hanya Lily, Lily, dan Lily. Tak henti hentinya Aran memikirkan gadis itu, ia sudah berfirasat Helena akan mencelakai Lily.

Sesuai harapan, mobil di depan Aran mulai melambat ketika berpapasan dengan mobilnya. Aran membuka jendela hendak meneriaki pengemudi yang ada di dalamnya. Akan tetapi Aran terkejut melihat seseorang pengemudi tersebut, begitupun sebaliknya.

Rupanya Sea yang ada di dalam mobil itu. Ada apa ini? Raut muka mereka sama paniknya.

" Kau mau kemana?!" Tanya Sea dengan keras.

Sebenarnya Aran malas menanggapi bocah tengil itu, mengapa bocah itu sering muncul setiap ia ada urusan dengan Lily. " Bukan urusanmu!" Kemudian Aran kembali melengos menatap ke depan, tak peduli dengan reaksi Sea mungkin tampak jengkel karena Aran menimpalinya dengan ketus.

" Hey, aku serius?! Apa kau tahu Lily bersama Helena?" Aran kira Sea tidak akan menanggapinya tadi setelah berbuat tak peduli padanya, ternyata dugaannya salah. Sea sama sekali tampak tak tersinggung, sepertinya situasi kali ini memang sedang serius sehingga bocah itu tak terlalu memperhatikan sikapnya.

Lalu bagaimana dia bisa tahu?

" Bagaimana kau tahu?" Nada bicara Aran masih tak ubah sama ketusnya dari awal. Matanya penuh selidik menatap retina legam milik Sea. Bagus, sekarang dirinya mudah curiga dengan bocah itu mengingat beberapa waktu lalu pernah membawa kabur istrinya.

" Tadi Helena menelepon ku."

Aran mendelik, ia heran bagaimana Helena dan Sea bisa saling mengenal, bahkan sedekat itu, saling bertukar nomor telepon. Ada yang tidak beres disini.

Bukan karena Helena adalah kekasihnya, namun bagaimana mereka bisa saling mengenal, sementara itu setahu Aran mereka tak pernah saling bertemu. Apakah karena satu alasan? Atau mungkin bisa jadi memang ada niat terselubung diantara mereka berdua mengenai Lily? Mereka berdua sama sama mengenal Lily. Sangat masuk akal bukan? Pikir Aran.

Ah itu tidak penting untuk dipikirkan sekarang. Bukan situasi untuk bertanya tanya. Yang terpenting sekarang dimana Lily berada.

" Apa kau akan menemuinya? Terburu buru sekali kau sepertinya." Celetuk Aran berbasa basi.

" Tentu." Sea mengedikkan bahu mengiyakan.

" Kalau begitu kita berada di jalan yang sama. Baiklah, tidak ada waktu lagi, segera kesana." Ujar Aran.

Keduanya langsung menginjakkan pedal gas menuju kebun anggur tepi kota yang dimaksud.

Mereka saling kejar kejaran mengingat waktu semakin sempit, semakin cepat sampai kesana, semakin banyak pula peluang Lily selamat.

Begitu sampai disana, keduanya terbelalak setelah turun dari mobil, melihat sebuah gudang penyimpanan anggur dilahap api. Mereka melihat sekitar, hanya gudang tersebut satu satunya bangunan yang ada dari di antara berhektar hektar luasnya perkebunan. Keduanya dilanda rasa gelisah amat dahsyat. Apa mungkin...

" Lily!!!"

Tanpa aba aba Aran pertama yang berlari menuju gudang tersebut, berlari mencari akses pintu masuk yang masih bisa dilewati belum terjamah api, tanpa memikirkan nyawanya sendiri.

Terlihat asap mengepul pekat menguasai seluruh penjuru ruangan, tak ada celah sedikitpun untuk menghirup udara segar. Kulit terasa terbakar berada di dalam gudang saking panasnya. Pandangan Aran menggelap kesulitan melihat yang ada dihadapannya, barang barang dari kayu sebagian sudah habis terbakar api. Ia tak tahu harus kemana lagi mencari Lily, pasokan oksigen sangat terbatas menyiksa paru paru, sehingga Aran terbatuk batuk. Akan tetapi ia tidak akan menyerah sebelum menemukan istrinya, sangat yakin Lily terjebak di dalam gudang ini.

Sama paniknya dengan Sea, Sea kesulitan hendak mencari bantuan, dan juga sumber air. Hanya ada sumur tua yang letaknya jauh dari posisinya saat ini. Sangat tidak memungkinkan dapat membawa air dalam jumlah banyak dari sana. Ia ingin menyusul Aran yang sudah masuk terlebih dahulu, sayangnya ia amat takut dengan api. Tak ada yang bisa ia perbuat, hanya bisa menatap dan meratapi berharap Aran segera mengeluarkan Lily dari sana.

***

Dari jauh Helena dan 2 bodyguardnya tertawa terbahak bahak usai melihat gudang itu tak bisa lolos dari api setiap sisinya. Rencana mereka berhasil.

Jika ia tak bisa mengembalikan cintanya Aran, setidaknya ia berhasil membuat Aran dan Lily berpisah, lagi pula ia masih mengandung anak dari Aran. Mana mungkin pria itu bisa menghindarinya. Anak yang di kandungannya sebagai benteng pertahanan yang kokoh untuk bersama Aran kembali.

Kini Helena tak gentar yang akan ia hadapi selanjutnya. Musuh terbesarnya kini telah lenyap.





Bersambung...

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang