Again

895 48 6
                                    

Genap satu minggu sudah Helena sampai saat ini belum terbangun juga, matanya masih terpejam rapat belum ada tanda-tanda wanita itu bangun dari koma nya.

Satu Minggu Aran mengabaikan Lily, pria itu tak mengajak bicara sama sekali selama sepekan ini. Setiap Lily mencoba mengajaknya bicara Aran selalu menghindar.

Pria itu selalu sibuk mengunjungi rumah sakit, jarang bertemu Lily, bahkan pria itu jarang pulang ke rumah. Hari hari Lily ia lewati bersama bayangannya sendiri.

Saat ini Lily berdiri di sebelah tempat tidur Helena, sejenak ia menatap wajah Helena yang terlihat begitu damai, namun ia tahu sebenarnya Helena sedang menahan rasa sakit.

Lalu Lily melangkah menuju meja tak jauh dari tempat Helena berbaring, Lily meletakkan bucket bunga mawar putih disana. Anggap saja ini hadiah untuk Helena, semua wanita suka bunga bukan.

Belum Lily sempat beranjak dari sana, terdengar suara decitan daun pintu terbuka. Lily membalik badannya, ditemuinya Aran mengenakan setelan jas berwarna abu abu, tampaknya pria itu baru saja kembali dari kantor perusahaannya.

Mereka berdua sama sama terbelalak tak menyangka akan bertemu di ruangan itu. Sebenarnya Lily mengunjungi Helena secara diam diam pada jam kantor, sengaja agar ia tak bertemu Aran. Ia tak mau jika bertemu pria itu hanya akan diabaikan keberadaannya.

" Kenapa kau ada disini?" Pria itu membuka mulutnya setelah satu Minggu membungkam. Tumben sekali Pria itu mengajak bicara, sementara Lily masih membeku di depannya.

" Hei Aku bertanya!" Aran kesal lantaran Lily tak kunjung menjawab pertanyaannya.

" A... Aku hanya membawakan Helena bunga bunga." Jawab Lily terbata bata, entah mengapa susah sekali bicara dengan pria itu seakan akan tenggorokannya menahan suaranya.

" Tidak perlu kau repot repot kesini. Helena tak membutuhkanmu." Ketus Aran.

Lily mengernyit mendengar pernyataan Aran barusan. Ia masih berusaha mencerna setiap kalimat yang di ucapkan pria itu. Lily masih tak mengerti mengapa Aran mengatakan hal seperti itu pada dirinya.

" Tinggalkan saja ruangan ini." Perintah Aran dengan nada datar.

" Kau mengusirku?" Balas Lily dengan cepat, tiba tiba ada sesuatu yang meledak di dalam dirinya. Pria tua itu tak sopan sekali menyuruhnya pergi begitu saja tak menghiraukan niat baik Lily hanya untuk sekedar melihat keadaan Helena. Lily nampak tersinggung.

" Memangnya apa yang akan kau lakukan disini? Kau puas kan melihat keadaan Helena yang seperti ini?" Aran tersenyum miring menatap sepasang retina coklat Lily.

" Apa maksudmu?" Lily benar benar tak tahu yang Aran bicarakan saat ini, pria itu sedang meracau atau sedang mengintimidasinya.

" Kau senang kan telah membuatnya seperti ini?! Inikan yang kau inginkan?!" Suara Aran sangat jelas sedang menuduh Lily.

" Aku tidak..." Belum sempat melanjutkan kalimatnya Lily teringat di hari dimana Helena sedang terjatuh dari tangga, saat Aran menghampiri tubuh Helena yang sudah tak berdaya bercucuran darah, pria itu melihat Lily disana. Pria itu pasti menyangka Lily lah yang mendorongnya dari atas tangga. Ia ingat sikapnya di depan pria itu terbilang selalu nekat.

Terakhir yang ia ingat sebelumnya ia sudah membuat Helena masuk ke rumah sakit karena ia meletakkan tuna kedalam makanannya.

Bahkan sebelumnya itu ia juga menjambak rambut panjang Helena hingga Helena terjatuh di depan mata Aran secara langsung. Tak heran pria itu menuduh dirinya.

" kenapa?" Aran melanjutkan kalimat Lily yang menggantung. Gadis itu tiba tiba terdiam, mata coklatnya menatap Aran dengan pandangan kosong seperti pikirannya terlalu sibuk dengan isi kepalanya sendiri.

Lily juga terpikirkan oleh sikap Aran akhir akhir ini sangat mencolok pria itu mengabaikannya, hal ini memperkuat dugaan Lily memanglah benar, pria itu menduga Lily lah yang telah mencelakai Helena.

" Hei kau ini kenapa?! Cepatlah keluar!" Kali ini Aran mengusirnya lebih keras.

" Aran, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!" Imbuh Lily.

" Apa kau tuli?! Pergilah, aku tidak sedang ingin berdebat!" Kini Aran mencekal lengan Lily membawa gadis itu ke ambang pintu secara paksa, Aran bersikeras memaksa gadis itu untuk keluar.

" Tidak Aran!" Lily menghempaskan lengannya seketika membuat langkah kaki Aran terhenti seolah tahu Lily ingin menyampaikan sesuatu. " Aran apa yang kau pikirkan!!"

" Dengar Lily, aku tidak ingin kau mendekati Helena lagi! Kau ancaman bagi dia." Ungkap Aran dengan menggebu-gebu.

" Aran, aku tidak mencelakai Helena, aku bersumpah!" Lily bersi keras dengan pendiriannya, berusaha meyakinkan Aran bahwa dirinya tidak bersalah. " Yang kau lihat tidak seperti yang kau duga!"

" Lalu kenapa kau ada disana?"

" Aran, aku berusaha menolong Helena sungguh." Melihat ekspresi wajah pria itu, Lily tak yakin bisa mengubah sudut pandang Aran. " Percaya padaku!"

Bagaimanapun juga Aran tidak sepenuhnya percaya kepada Lily, ia tidak akan memaafkan Lily jika terjadi sesuatu pada Helena. Pria itu sungguh mencintainya.

Aran hanya memalingkan wajahnya ke lain arah sekedar menghindari tatapan Lily.

Ditengah tengah perdebatan mereka yang tak kunjung usai, saling cekcok mulut hanya karena kesalah pahaman mereka tak menyadari jari jari Helena yang mulai bergerak gerak pertanda wanita itu mulai siuman.

Jemari lentik Helena bergerak gerak, perlahan lahan matanya terbuka.

Pertama yang Helena lihat adalah samar samar. Pandangannya samar samar tak begitu terlihat bayangan yang ada di depannya, butuh waktu matanya untuk menyesuaikan cahaya yang ada di ruangan itu.

Setelah Helena sudah sepenuhnya membuka matanya, Helena meringis kepalanya terasa berdenyut tanpa diduga. Wanita itu spontan memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Mendengar Helena mengerang kesakitan, Aran dan Lily segera mungkin menuju ke tempat Helena. Aran yang panik hanya melemparkan beberapa pertanyaan.

" Helena, kamu tidak papa?"

" Kepalamu sakit?"

Sementara itu Lily buru buru memanggil dokter.

Beberapa saat kemudian dokter memasuki ruangan itu dan mengecek keadaan Helena. Selang oksigen yang melilit pada Helena kini sudah bisa dilepaskan dan juga alat pendeteksi detak jantung, kini Helena sudah normal kembali, hanya saja ada beberapa masalah sedikit pada kepalanya. Tinggal pemulihan.

Begitu dokter sudah pergi, Aran kembali menuju menghampiri Helena dan memeluknya dengan erat.

Lily hanya terdiam memandangi mereka berdua dari jarak beberapa langkah, tangannya mengepal menahan rasa yang timbul ada didalam hatinya. Terasa seperti ada ledakan di dalam sana.

Bagaimanapun juga untuk saat ini waktu yang tidak pantas untuk menyerang. Ia harus bisa menahannya, meskipun perih, harus bertahan.

Namun Lily juga merasa jijik melihat wanita tengik itu sesuka hati bermanja ria dengan suami orang. Lily hanya bisa memandangi mereka dengan raut wajah yang terlalu dipaksakan dituntut untuk menahan agar tidak lepas kendali. Yang ia lakukan saat ini hanya bisa bertahan, berpura pura seolah olah tidak terjadi apa-apa semua baik baik saja, meskipun semua itu adalah kebalikannya.

Lily seperti tak terlihat di ruangan itu, seperti bukan apa apa yang tak terlalu penting, dirinya terabaikan. Pilu.

The Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang