[8] Aneh

1K 165 0
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Alis Draco terangkat karena terkejut. "Apa?"

"Aku tahu, Draco." Luna mencengkeram erat jubah yang ia pakai di sekeliling tubuhnya.

"Kau tahu apa?" Draco mengamati ekspresi sedih Luna sambil berpikir, mata gadis itu lebih lebar dari biasanya dan rona merah karena marah mewarnai pipi gadis iu.

Suara Luna masih tenang seperti biasanya, tapi ada nada tajam di dalamnya, menghilangkan kelembutan yang biasa ia tunjukkan. "Aku pikir kau akan memberitahuku sendiri daripada membiarkanku mendengarnya dari ibumu."

Mata Draco menyipit, ekspresi gelap melintasi wajahnya. "Apa kau sedang marah padaku?" tanyanya, suaranya rendah dan berbahaya ketika ia berbicara.

"Tidak, aku... aku hanya berpikir kau seharusnya mengatakannya padaku, itu saja," ucap Luna, rasa ketakutan memenuhi perut bagian bawahnya pada tatapan marah yang Draco berikan padanya.

"Oh? Benarkah? Mungkin kau lupa, Luna?" Draco berjalan melintasi ruangan ke arah Luna dan gadis itu secara otomatis mundur darinya. "Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mencoba mengenalku lebih jauh, bahwa kau hanya akan tahu apa yang kukatakan. Apa kau ingat percakapan itu?"

"Ya." Luna terjatuh ke belakang, tersandung ujung jubahnya. "Ow," gumamnya, mengusap sikunya saat ia terjatuh.

"Jika kau mengingatnya, kenapa kau masih menanyaiku?"

"Kau bertanya padaku tentang ciuman pertamaku," Luna mengingatkan Draco, "Tidakkah menurutmu adil jika aku tahu tentang mantan wanitamu? Akulah yang akan menghadapinya, Draco, bukan kau. Akulah orang yang akan menerima semua komentar sinis dari gadis-gadis di Hogwarts, bukan kau. Aku kira kau setidaknya akan basa-basi untuk memberiku peringatan yang adil."

Meskipun rasa ingin tahu Luna menyeruak, ingin tahu tentang masa lalu Draco, bagian lain dari dirinya merasa mungkin lebih baik jika ia tetap tidak tahu. Kekuatan kecemburuannya benar-benar mengejutkannya dan ia cukup pintar untuk merasakan bahwa hal terakhir yang diinginkan Draco saat ini adalah istri posesif yang cemburu.

Berdiri di depan Luna, Draco menatap gadis itu dengan dingin. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di Hogwarts. Aku tidak pernah menyentuh seorang gadis di sekolah, aku lebih suka merahasiakan bagian kehidupanku yang itu."

Luna tiba-tiba merasa sangat dikhianati. Mungkin itu karena ia sepenuhnya milik Draco, tidak ada seorang pun dalam hidupnya sebelum Draco, dan mengetahui ada orang lain untuk Draco, membuka fakta bahwa ia bahkan bukan pilihan pertama suaminya. Luna tahu ini konyol, ia jauh dari kata berteman dengan Draco ketika 'bagian kehidupan rahasia' itu terjadi, tapi ia tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang mendalam yang bersarang di dadanya.

Mata Luna jauh lebih ekspresif daripada yang disadari Luna sendiri, dan Draco melihat perasaan gadis itu dengan jelas saat gadis itu menatapnya; dengan gugup menggigit bibir bawahnya dan jari-jarinya masih mencengkeram jubahnya. Draco mengerang dalam hati; ketertarikan yang ia rasakan terhadap Luna, telah membuatnya benar-benar terkejut. Perasaan bukanlah subjek yang Draco kuasai dan ia berpikir itu hanya memperumit masalah.

Mendesah pelan, Draco berjongkok di samping Luna, gadis itu tersentak ketika tangan Draco terulur padanya. Rasa sakit menembus diri Draco melihat reaksi Luna yang seperti itu. Draco tidak ingin Luna takut padanya. Biasanya ia menikmati rasa takut yang ia tanamkan ke orang lain, itu membuatnya merasa lebih kuat, lebih terkendali, dan jauh lebih dihormati. Tapi Luna berbeda, Draco tidak menyukai bayangan bahwa Luna akan takut padanya, atau lebih buruknya lagi, jijik dengan sentuhannya.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang