--Happy reading--
🌸🌸🌸
Draco dan Luna berada di perpustakaan sepanjang sore sampai Dimsy muncul untuk memberitahu mereka bahwa makan malam sudah siap. Luna tidak benar-benar ingin lepas dari pelukan Draco, tapi perutnya memprotes keputusan ini, jadi ia bangkit berdiri, menyisir rambutnya ke bahu dengan jari dan merapikan pakaiannya.
Mengusap punggung bawah Luna, Draco menunjuk ke arah pintu agar Luna berjalan lebih dulu dan ia mengikuti gadis itu, mereka melangkah ke ruang makan tempat Bellatrix dan Lucius sudah duduk menunggu mereka. Draco dengan cepat menyadari ketidakhadiran ibunya, tapi ia tidak berkomentar sama sekali.
Lucius memperhatikan Luna dengan cermat dari posisinya di ujung meja, gadis itu tampak tenang, damai seperti yang selalu ia lihat dan cukup jelas bahwa gadis itu belum tahu tentang ibunya. Lucius menatap Draco dengan tatapan marah, dan Draco pura-pura tidak melihatnya saat ia menunggu peri rumah untuk melayaninya.
Menyendok sup dan meniup pelan cairan mengepul itu, Bellatrix angkat bicara, "Kurasa Draco sudah memberitahumu, Luna?"
"Ya," Luna mengakui, meletakkan serbet sutra tebal di pangkuannya. "Aku akui aku sedikit terkejut bahwa Pangeran Kegelapan ingin aku menulis artikel."
Bellatrix berhenti saat ingin memasukkan sesendok sup ke mulutnya. "Kau terkejut?"
"Ya. Meskipun, aku mengerti itu suatu kehormatan untuk diminta melakukan tugas seperti itu," Luna menambahkan dengan cepat, tahu persis betapa fanatiknya Bellatrix terhadap Voldemort, Luna merasa yang terbaik adalah membuat wanita itu senang daripada membuat dirinya atau Draco dalam masalah dengan menyuarakan ketidaksukaannya pada keinginan Voldemort. Bagaimanapun juga, ia telah berjanji pada Draco untuk melakukan apa yang diminta darinya tanpa keluhan.
"Sungguh suatu kehormatan untuk dipilih oleh Pangeran Kegelapan," kata Bellatrix, matanya hampir bersinar riang. "Memikirkan kau diminta melakukan ini bahkan sebelum kau menerima Tandamu, itu menunjukkan kepercayaan yang besar. Jangan mengecewakan keluarga, Luna."
Luna merasakan ada peringatan halus dalam ucapan Bellatrix. "Aku tidak akan mengecewakan Draco," jawab Luna sedikit kesal.
"Aku yakin kau tidak akan melakukannya, Luna," ucap Lucius yang sedang mengolesi roti gulungnya. "Aku ingin tahu apa kau telah memikirkan tentang apa yang harus dimasukkan ke dalam artikel?"
"Aku punya beberapa ide," jawab Luna, "Tapi belum ada yang benar-benar sempurna."
Draco bergeser tak nyaman di kursinya, percakapan ini berbahaya baginya, bibinya bisa saja menyebut kebenaran tentang Pandora dengan begitu polos jika bibinya itu mengira bahwa Luna sudah tahu ibunya adalah Pelahap Maut dan berteman baik dengan bibinya itu. Draco bisa merasakan mata marah ayahnya menatap padanya, tapi Draco dengan keras kepala menolak untuk mendongak dan ia mengakui bahwa ia telah mengambil jalan keluar seorang pengecut setelah diskusi mereka.
"Aku akan membutuhkan lebih banyak informasi tentang undang-undang baru yang akan disahkan Kementerian. Draco tidak benar-benar memberitahuku apa isi undang-undang itu," lanjut Luna.
Bellatrix mencondongkan tubuh sedikit ke depan dan berkata, "Aku bisa memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Aku bersedia membantumu."
"Terima kasih, Bellatrix, aku yakin bantuanmu akan sangat berharga," jawab Luna pelan, ia kemudian menoleh pada Lucius. "Lucius, apa kau bisa mengatur agar aku bisa bertemu dengan beberapa anggota Kementerian yang akan terlibat dalam pembuatan undang-undang baru? Aku ingin melakukan sedikit wawancara, kurasa itu dapat membantu pembaca nantinya agar lebih merasakan apa yang sedang terjadi, orang-orang hampir tidak bisa mendukung sesuatu jika mereka tidak melihatnya dari sisi hukum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...