--Happy reading--
🌸🌸🌸
Setelah sarapan, kini Draco mendapati dirinya berada di area pemakaman, berjalan di belakang Luna melewati banyak batu nisan dan tugu menuju makam ibu gadis itu. Pandora dimakamkan di atas bukit kecil, Luna berkata bahwa ia bisa melihat pepohonan dan bunga-bunga serta sungai kecil dari sana. Itu membuat Luna merasa jauh lebih bahagia mengetahui ibunya dimakamkan di tempat yang begitu tenang.
Sambil membawa segenggam bunga tulip, Luna menaiki tangga kecil dan tersenyum ketika ia sampai di depan nisan ibunya. Pemakaman itu tidak membuat Luna sedih seperti orang lain, ia justru senang datang ke sana dan membersihkan batu nisan ibunya, berbicara dan merapikan bunga di makam ibunya. "Halo, Mummy," sapanya, mengumpulkan roknya yang tergerai dan berlutut di depan makam. "Aku membawa Draco untuk menemuimu."
Draco mengerutkan kening pada nisan yang berdebu itu, ia lebih berharap Luna tidak menyuruhnya mengadakan percakapan dengan sebongkah batu. Ia duduk di samping Luna, merentangkan kakinya dan mendongak untuk melihat ke langit, hari ini cerah, tapi ada angin dingin yang mengingatkannya bahwa musim panas akan berakhir dan musim gugur akan segera tiba.
Luna mulai membersihkan nisan, menuangkan air dari ujung tongkatnya saat ia membersihkan debu dengan kain yang dibawanya. "Senang melihatmu tadi malam Mummy, meskipun, aku tidak yakin kenapa kau merasa perlu menyembunyikan Draco dalam kegelapan setelah kau pergi."
Alis Draco terangkat sedikit, matanya melirik pada Luna, tapi ia menyimpan pendapatnya untuk dirinya sendiri. Seluruh alasan ia menemani Luna sejak awal adalah agar gadis itu bisa mengetahui lebih banyak tentang mimpinya. Dan Daco ingin memastikan bahwa ia memiliki semua informasi untuk berjaga-jaga jika Luna mulai mempertanyakan pernikahan mereka.
Menggunakan tongkatnya untuk memangkas rumput di sekitar nisan, Luna berkata, "Aku telah mencoba untuk mencari tahu apa yang kuinginkan, karena itu tidak sesederhana yang kau pilihkan, bukan? Terkadang apa yang diinginkan seseorang dan apa yang benar adalah pilihan yang sulit untuk dibuat."
Draco mengerutkan kening, ia benar-benar tidak menyukai percakapan sepihak ini.
"Kau bilang hati memilih apa yang diinginkannya." Luna mengerucutkan bibirnya, mengambil segenggam rumput yang baru dipangkas dan mengangkatnya ke udara, ia melihat saat angin meniup bilah-bilah kecil rumput dan membuat mereka menari-nari di udara dengan liar dan bebas. "Apa mengikuti kata hati akan selalu baik-baik saja, Mum? Bagaimana dengan hal yang benar?"
"Pernahkah terpikir olehmu bahwa hal yang benar berbeda dalam sudut pandang setiap orang?" Draco berkata wajar.
Luna menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak memikirkan itu. Kau jauh lebih pintar daripada yang orang lain pikirkan," Ia tersenyum manis pada Draco.
"Jangan pernah biarkan siapa pun tahu apa yang benar-benar mampu kau lakukan, dengan begitu kau selalu memiliki keuntungan," kata Draco tegas. Luna merasa seperti ia mendengar kata-kata Lucius Malfoy keluar dari mulut Draco. Draco lebih seperti ayahnya daripada yang ia sadari.
Luna menghela napas, "Kenapa kau selalu menganggap bahwa segala sesuatu dalam hidup adalah suatu kompetisi besar? Kau tidak selalu harus menyelinap dan merencanakan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan, Draco." Ia mengambil bunga yang di bawanya dan mulai mengaturnya dengan rapi di pot kecil di dekat nisan. "Mummy, aku tahu kau mengatakan bahwa kita semua telah berada di jalan menuju takdir kita, tapi bagaimana aku tahu apakah aku sudah sampai di sana? Dan kapan aku sampai di sana? Apakah itu yang kau maksud ketika kau mengatakan bahwa aku sudah ada di tempat dimana aku berada? Takdirku dan Draco akhirnya menjadi satu jadi aku sudah berada di tempat yang seharusnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...