[24] Sisi Berlawanan

577 87 1
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Draco menundukkan kepalanya di atas piringnya tapi tetap mengawasi Luna dan Harry Potter yang menyamar. Luna mengangguk dan menyentuh lengan Potter sebelum mengambil dua gelas di antara jari-jarinya yang ramping dan berbalik berjalan ke arah Draco.

"Ini minumanmu, Draco," Luna tersenyum pada Draco, lesung pipinya terlihat saat gadis itu meletakkan gelasnya di atas meja.

"Terima kasih," Draco mengangguk sekali. "Jadi, siapa itu?" tanyanya, menatap tajam ke belakang Luna.

Luna menolehkan kepalanya, ia terdiam beberapa saat sambil menatap bodoh pada pemuda berambut merah yang mengikutinya. "Um..." Ia memutar jari-jarinya dengan gugup. Harry Potter mengikutinya ke meja.

"Bilious Weasley," Harry yang menyamar mengulurkan tangannya ke arah Draco.

Draco mencibir, "Ya, aku bisa tahu dari rambut merah, freckles dan baju lusuh yang kau kenakan."

Luna menghela napas pelan, memejamkan matanya sebentar saat ia duduk di kursi di sebelah Draco. Terlalu berlebihan untuk mengharapkan Draco bertindak sopan terhadap seorang Weasley. Luna merasakan Harry menegang di sampingnya dan menarik napas tajam saat pemuda itu menarik kembali tangannya yang terulur tanpa disambut Draco.

"Rambut pirang, dan lihat wajahmu yang seolah-olah kau sedang mencium sesuatu yang buruk dan begitu mengerikan seperti ada tongkat yang mendorong pantatmu. Kau pasti seorang Malfoy," jawab Harry dengan sembrono.

Draco memelototi Potter dengan kejam, keinginan untuk meninju tepat di wajah itu membara di dalam dirinya. Tapi mengetahui bahwa ia harus mencoba menemukan sesuatu yang berguna bagi Pelahap Maut dan juga tangan Luna di lengannya yang menahan dirinya. "Draco Malfoy, putra Lucius Malfoy," Draco menegaskan.

"Kau terdengar seolah-olah seharusnya ada terompet yang menyambut kedatanganmu," komentar Harry, duduk di sebelah Luna dan meregangkan kakinya di bawah meja, matanya tertuju pada Draco.

Draco menegakkan bahunya. "Pohon keluarga Malfoy adalah pohon yang rumit dan penting. Pohon yang telah ada sejak ratusan tahun lalu dan akan terus berkembang di masa depan." Draco menambahkan, menepuk tangan Luna yang membuat gadis itu tersipu.

Harry duduk tegak di kursinya, hinaan marah yang panas siap keluar dari bibirnya, tapi ia menahan dirinya tepat pada waktunya. Jika Luna menginginkan seorang anak dari Draco Malfoy, itu merupakan urusan gadis itu sendiri, bagaimanapun juga, gadis itu sudah menikah dengan si jahat itu sekarang.

"Bagus," kata Harry dengan gigi terkatup.

Draco bersandar di kursinya, mata abu-abunya bersinar mengejek. "Seru sekali."

Harry melotot, ia tidak bisa menahan diri. Membayangkan tentang makhluk keji dan menjijikkan seperti Malfoy meletakkan tangannya pada seseorang yang manis dan polos seperti Luna membuat perutnya mual dan menyebabkan cairan empedu terasa membakar bagian belakang tenggorokannya.

"Jadi, kau sekolah dimana?" tanya Draco. Ia berpuas hati ketika ia melihat sedikit kepanikan di wajah Potter yang menyamar, ia berani bertaruh bahwa Potter tidak tahu menahu tentang sekolah sihir lain selain Hogwarts, Durmstrang dan Beauxbatons.

"Um... aku... um private di rumah," Harry tergagap tidak meyakinkan.

Draco mengangguk sambil berpikir, "Kurasa aku tidak mengenalimu... Tapi sekali lagi, ada begitu banyak anggota keluargamu hingga orang-orang tidak bisa diharapkan untuk mengingat kalian semua. Weasley selalu berkembang biak seperti kelinci. Aku curiga itu sebabnya kau bersekolah di rumah, keluarga Weasley bahkan tidak pernah memiliki dua sickle, masuk akal bahwa mereka tidak akan mampu membeli peralatan sekolah dalam waktu dekat."

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang