[20] Malaikat

1.1K 102 3
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Luna terbangun dan menemukan lilin-lilin telah padam, tapi aroma kelopak mawar masih kuat menusuk hidungnya. Tubuhnya terasa lemah, tapi puas berbaring di tempat yang hangat dalam pelukan kuat Draco yang melingkari tubuhnya.

Senyum kecil tersungging di bibir Luna saat ia merasakan hembusan napas Draco yang lembut di punggungnya. Hampir seketika panas membanjiri wajahnya saat pikirannya mengembara kembali ke kegiatan mereka semalam, ia tidak bisa mempercayai hal-hal yang telah ia lakukan, hal-hal yang ia izinkan Draco lakukan padanya!

Luna merasa tidak tahu malu, sama sekali tidak tahu malu dalam menanggapi pemuda itu. Menggigit bibir bawahnya, Luna khawatir tentang apa yang akan Draco pikirkan tentangnya pagi ini. Ia ragu-ragu pada awalnya, cemas atas permintaan Draco, tapi Luna telah mengizinkan Draco untuk membimbingnya, membujuknya dengan ciuman yang dalam, belaian lembut dan kata-kata lembut.

Otot perut Luna mengencang ketika ia mengingat dirinya dan Draco di bawah shower, telapak tangannya menempel ke dinding, uap mengepul ke langit-langit dan Draco berdiri di belakangnya, tangan kuat Draco dengan lembut memegangi pinggulnya. Responnya pada Draco saat itu menurutnya tak ada masalah, tapi kemudian, ketika Draco membawanya kembali ke tempat tidur... Pipi Luna memerah padam mengingatnya, sejujurnya, ia bahkan tidak menyadari gairah seperti itu ada di dalam dirinya atau bahwa ia mampu melakukan adegan seperti itu.

Draco menggeliat di samping Luna dan membuat Luna segera menutup matanya dengan cepat, berpura-pura tertidur. Ia tidak yakin bahwa ia akan bisa menatap wajah Draco sekarang, ia terlalu malu.

Meregangkan badan, Draco menguap saat ia benar-benar telah bangun. Ia menyeringai saat matanya terfokus pada punggung telanjang Luna, bibirnya memberi ciuman ringan ke bahu gadis itu. Draco bergidik karena rasa manis kulit gadis itu. Jari-jarinya mengelus perut Luna tanpa sadar saat ia menenggelamkan hidungnya ke lekukan leher gadis itu, menghirup aroma gadis itu dalam-dalam ke paru-parunya.

Draco tidak ingin melepaskan Luna, tapi kantung kemihnya membuat keputusan sepihak untuknya, jadi Draco beringsut dari tempat tidur dengan hati-hati agar tidak membangunkan Luna. Berjalan ke kamar mandi, ia menutup pintu dengan pelan, menyeringai ketika tatapan matanya jatuh ke bilik shower. Siapa yang tahu mandi di bawah sana bisa sangat menyenangkan?

Setelah buang air kecil, Draco melangkah ke bawah shower, mendesah puas ketika air hangat mengalir di atas tubuh telanjangnya, mengendurkan otot-ototnya dan membawa pikirannya kembali ke kegiatan semalam. Draco mengerang keras saat bayangan tentang Luna bak diputar seperti sebuah film di dalam kepalanya, ia ingat saat ia berlutut di tempat tidur, saat ia duduk bertumpu pada pahanya, saat pinggulnya terkunci di antara kulit mulus paha Luna, dan saat gadis itu berbaring di hadapannya.

"Oh, Merlin," desis Draco, mengepalkan tinjunya erat-erat saat darahnya mengalir deras melalui pembuluh darahnya dan langsung ke selangkangannya. Bagaimana ia bisa bertahan berbaring di samping Luna setiap malam sejak pernikahan mereka tanpa menyentuh gadis itu, ketika sekarang ia merasa terangsang padahal baru beberapa jam yang lalu ia melepaskan gairahnya?

Luna adalah segalanya yang bisa Draco harapkan, cantik, menggairahkan, indah. Draco menyeringai lagi, ia tidak menyadari bahwa ia bisa merasakan begitu banyak kesenangan seperti ini, bahwa ia telah kehilangan begitu banyak kesenangan sampai Luna dipaksa begitu saja masuk ke dalam hidupnya. Draco meraba-raba tombol shower, hampir tergelincir di lantai yang basah saat ia buru-buru mengeringkan dirinya. Ramuan kesuburan berefek selama tiga hari, dan Draco bertekad untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.

Menghela napas berat, Luna bangkit dari tempat tidur, menyadari bahwa tirai hijau tebal masih tertutup rapat sehingga ia tidak yakin kini jam berapa. Sambil memicingkan mata ke arah jam, mata Luna terbelalak kaget saat menyadari bahwa hari sudah pagi, meskipun ia tidak lelah, ia merasa seperti hampir tidak tidur sama sekali.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang