[32] Mencari Nasehat

639 68 4
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Draco menegang, tidak yakin bagaimana menanggapi pengakuan Luna. Ia sadar bahwa Luna telah mengatakan padanya jika gadis itu mencintainya sebelumnya, dan ia telah berusaha melupakannya dan memilih untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting dalam pikirannya, seperti keputusan Luna untuk melepaskan Potter. Dan sekarang, rasanya tidak tepat untuk memarahi Luna tentang hal itu.

"Seharusnya aku tidak mengatakan itu padamu, kan?" ucap Luna, merasakan Draco menegang.

"Tidak apa-apa." jawab Draco, kebingungan melanda dirinya.

"Kau tidak perlu balas mengatakannya, Draco," Luna meyakinkan Draco, membelai rambut pemuda itu. "Aku tidak ingin kau mengatakannya kecuali kau benar-benar bersungguh-sungguh."

Mencium bahu Luna dengan lembut, Draco berbisik, "Beri aku waktu, Luna."

Luna tersenyum, ketakutan yang telah hidup dalam dirinya bahwa Draco tidak akan mencintainya segera menghilang. Luna percaya bahwa Draco memiliki perasaan yang kuat untuknya, Draco tidak mungkin bercinta dengannya seperti yang pemuda itu lakukan jika pemuda itu tidak merasakan sesuatu untuknya. Meskipun Luna tahu itu mungkin bukan cinta sepenuhnya, ia berharap Draco akan mencintainya di beberapa titik, sama besarnya seperti ia mencintai pemuda itu.

Bergeser dalam pelukan Draco, Luna menangkup wajah Draco dan mencium pemuda itu dengan lembut. Lidah Draco menelusuri bibir Luna dan gadis itu membuka mulutnya dengan sukarela, lidah Draco bersinggungan dengan lidah Luna, menarik gadis itu lebih dekat. Menyingkirkan helai rambut dari wajah Luna, Draco menyeringai. "Sebanyak apapun aku menikmati ini, kurasa aku terlalu memberimu banyak kendali sekarang."

Luna tertawa, "Tidak ada cara untuk menjinakkanmu, Draco. Kau memberi sebanyak yang kau suka pada siapa pun yang kau inginkan, kapan pun kau mau. Kau bukan seseorang yang bisa didikte."

Memeluk Luna, Draco mengecup gadis itu dengan ringan. "Kau mengenalku dengan baik." Fakta itu menyenangkan sekaligus membuat Draco kesal. Ia suka menganggap dirinya misterius, tapi Luna bisa melihat ke dalam dirinya dengan jelas.

"Kadang-kadang aku merasa mengenalmu dengan baik. Tapi di lain waktu kau bertingkah dan berbicara hal-hal yang tidak pernah kuharapkan. Kau bisa sangat sulit untuk dipahami, Draco." Luna menelusuri rahang Draco dengan ujung jari telunjuknya, "Kadang-kadang itu bisa sangat membuatku frustrasi, tapi di lain waktu juga bisa sangat kupahami."

Bibir Draco menyunggingkan senyuman. "Aku yakin kau tidak mendapatkan sesuatu yang baik tentang apa pun yang kau temukan."

"Apa itu mengganggumu?" Luna bertanya-tanya, tidak dapat memahami mengapa Draco merasa ia tidak akan menemukan sesuatu yang baik dalam diri pemuda itu.

"Tergantung," kata Draco, kerutan kecil muncul di dahinya. "Kau perlu menyadari bahwa tidak semua orang baik. Aku tidak baik."

Luna tertawa pelan. "Kau lebih baik dari yang kau kira, tapi jelas tidak semuanya baik," ucap Luna, mengaitkan jari-jarinya di belakang leher Draco. "Jika kau baik, kau tidak akan menjadi dirimu sendiri, dan aku tidak akan menyukainya sama sekali."

"Tidak? Aku kebalikan dari Potter, dan kau sangat harus memikirkannya," ucap Draco.

Luna tersenyum. "Aku mengagumi Harry, itu benar. Dia telah melalui banyak hal dan akhirnya menjadi orang yang baik. Dia baik dan sopan dan setia pada orang-orang di sekitarnya. Tapi aku tidak mencintai Harry, kan? Dan kenapa tidak? Karena dia bukan kau, Draco."

"Tapi kau belum mengenalku ketika kau berteman dengan Potter," ucap Draco.

"Takdirku menunggumu, aku hanya tidak mengetahuinya pada saat itu," jawab Luna, nada suara gadis itu memberitahu Draco bahwa gadis itu akan terus berdebat tentang hal ini dengannya sampai Hippogriff pulang jika ia tidak mengalah.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang