[40] Semakin Rumit

515 51 1
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Telapak tangannya menyeka cermin berkabut di kamar mandi, Luna menatap pantulan dirinya yang sedikit terdistorsi. Ia mengamati wajahnya sepenuhnya, dari bulu mata yang lentik, hingga freckles samar di hidungnya, tapi ia tidak bisa melihat sesuatu yang istimewa.

Ini membingungkan Luna bahwa tiba-tiba Neville dan Theodore Nott mengaku mencintainya, dan mengatakan bahwa mereka bisa melakukannya lebih baik daripada Draco. Tentang Neville, Luna telah menemukan sumber perasaan pemuda itu. Bagaimanapun juga, mereka telah berteman, berteman cukup baik dan Neville sama kesepiannya seperti dirinya. Mereka agak mirip, tidak memiliki siapa pun di luar DA untuk diajak bicara, membenamkan diri di dalam perpustakaan sekaligus menjadi hiburan favorit mereka untuk memblokir kekosongan di mana seorang teman seharusnya berada, jadi sungguh, Luna menganggap itu agak masuk akal, bahwa Neville mungkin telah mengembangkan perasaan yang lebih kuat untuknya daripada yang pemuda itu kira di awal. Luna merasa perasaan itu akan segera hilang setelah mereka tidak akan terlalu sering berada dalam jarak dekat.

Sedangkan Theodore, Luna tidak tahu dari mana pengakuan pemuda itu berasal. Theodore tidak pernah berbicara sepatah kata pun padanya sebelum pernikahannya dengan Draco dan tidak pernah menghabiskan sedetik pun berada di sekelilingnya. Meskipun awalnya ia percaya bahwa pemuda itu mencoba menipu Draco, tapi sekarang Luna percaya bahwa Theodore bersungguh-sungguh dengan apa yang pemuda itu katakan, dan meskipun pemuda itu membuatnya takut, Luna tidak bisa memaksa dirinya untuk membenci Theodore, ia justru merasa kasihan pada pemuda itu. Lagipula, ia sendiri tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak membalas cintanya. Ia telah menjalaninya bersama Draco.

Sambil mendesah pelan, Luna berpaling dari cermin. Ia tidak melihat apapun di dalam pantulannya yang layak untuk dibanggakan. Meninggalkan kamar mandi, menggigit ringan bibir bawahnya, Luna berjalan ke kamar tidur, pikirannya berputar-putar, bertanya-tanya apa yang dilihat Draco ketika pemuda itu menatapnya. Sedangkan ia tahu persis apa yang ia lihat ketika ia memandang Draco, reaksi fisiknya terhadap Draco benar-benar mengejutkannya. Luna tidak pernah berpikir untuk mencium Draco sebelum ia menjadi istri pemuda itu, pada kenyataannya, ia tidak pernah berpikir untuk mencium siapapun. Berciuman bukanlah pilihan baginya saat itu dan Luna tidak melihat alasan untuk menyiksa dirinya dengan lamunan menyakitkan tentang apa yang bisa ia miliki jika saja ia diterima oleh orang-orang di sekitarnya.

Tersesat dalam pikirannya sendiri, Luna tidak memperhatikan bahwa Draco bersandar di kepala tempat tidur sedang mengawasinya dengan cermat. Mulut Draco mengering saat ia melihat Luna masuk ke dalam ruangan, tampak luar biasa dengan rambut pirang tergerai di punggungnya dan jubah sutra putih menghiasi kakinya. Tak lama kemudian, mata Draco bergerak mengikuti rute tubuh Luna yang sudah dikenalnya, mengamati lekuk elegan leher Luna dan payudara gadis itu yang tertutup oleh kain sutra. Draco menelan ludah, menutup majalah yang sedang ia baca saat ia merasa dirinya terangsang ketika melihat Luna.

Kening Draco berkerut ketika ia menyadari bahwa Luna tampak benar-benar terjebak dalam pikirannya sendiri. Kerutan di kening Draco semakin dalam. Ia tidak terbiasa berada di dekat Luna dan tidak mendapatkan perhatian penuh dan utuh dari gadis itu. "Kemarilah."

Luna terkesiap pada nada perintah itu, menariknya kembali ke dunia nyata. Ia mengedipkan mata sekali, dua kali dan berbalik menghadap Draco, rasa merinding muncul di kulitnya pada tatapan tajam Draco yang diarahkan padanya. Ia tidak berbicara, ia hanya menuruti perintah Draco, tidak pernah ada pertanyaan di benak Luna untuk tidak melakukan apa yang diminta Draco.

Sambil duduk di tepi tempat tidur, Draco menarik pelan tali jubah Luna, membiarkan sutra dingin itu terbuka ke samping dan memperlihatkan kulit lembut Luna padanya. Matanya menjadi gelap saat tatapannya melayang ke seluruh tubuh Luna, begitu hangat dan familiar baginya, dari payudara Luna hingga perut gadis itu yang sekarang sedikit membulat.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang