--Happy reading--
🌸🌸🌸
Keterkejutan berputar melalui sistemnya, Luna menarik pikirannya kembali dari Draco begitu tiba-tiba hingga mereka berdua terpental ke belakang dan rasa sakit yang tajam menjalar ke keningnya. Terengah-engah, Luna mencengkeram kepalanya, begitu pula Draco yang melakukan tindakan sama.
"Merlin!" Draco mendesis melalui giginya yang terkatup, jari-jarinya mencengkeram kulit kepalanya, sebuah denyutan terus menerus terasa dari bagian atas tengkoraknya.
Luna menelan ludah, menarik napas dalam-dalam saat ia melilitkan selimut lebih erat di sekelilingnya, menarik lututnya ke dadanya saat ia melirik Draco dari sudut matanya. Luna tidak yakin persis mana yang lebih buruk, mengetahui bahwa ibunya pernah bersama dengan Lucius Malfoy, atau bahwa Draco telah mengetahuinya selama ini dan tidak mengatakan sepatah kata pun padanya.
Draco mengamati Luna dengan hati-hati seraya mengusap pelipisnya perlahan. Wajah Luna pucat, mata biru gadis itu tampak lebih lebar dari biasanya dan ada ekspresi terkejut yang berbeda di wajah gadis itu. Bahu Luna yang telanjang membungkuk ke depan dan sedikit gemetar saat mencengkeram erat lututnya, gadis itu menggigit bibir bawahnya. Luna terlihat kecil, rentan dan Draco tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu gadis itu. Ia membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, tapi tidak ada kata yang keluar, ragu-ragu, tangannya terangkat ke arah Luna tapi jatuh kembali ke tempat tidur di sampingnya, sesuatu menyuruhnya untuk tidak menyentuh Luna dulu.
"Luna?" ucap Draco pelan. "Katakan sesuatu."
Memejamkan matanya sejenak, Luna menguatkan tulang punggungnya, menegakkan bahu rampingnya dengan kuat. "Kau tahu siapa dirimu, Draco?"
Draco menelan ludah, otot-otot di perutnya menegang tidak nyaman. "Aku tidak mengerti."
"Kau pembohong, Draco."
Nada suara Luna adalah hal yang lebih menakuti Draco daripada kata-kata sebenarnya yang gadis itu ucapkan; ia belum pernah mendengar Luna terdengar begitu dingin, membuat kulitnya praktis membeku. "Apa?"
"Kau sebelumnya mengatakan bahwa kita tidak boleh menyembunyikan rahasia dan itulah tepatnya yang telah kau lakukan," tuduh Luna, menunduk menatap jari-jarinya yang terkepal, di mana cincin kawinnya menonjol di kulit pucatnya.
"Aku tidak menyembunyikan rahasia," kata Draco kesal, sambil mengusap rambutnya.
Kening Luna berkerut, ia mendongak menatap ke arah Draco. "Itulah tepatnya yang telah kau lakukan. Kau tidak memberitahuku, kan?"
"Tidak," ucap Draco setuju, "Aku memang tidak memberitahumu..."
"Itu," hardik Luna marah, matanya menyipit. "Rahasia."
Luna tidak memberi Draco kesempatan untuk mengatakan apa-apa lagi, Luna mengayunkan kakinya turun dari tempat tidur, mengenakan jubah tidurnya dan melangkah ke kamar mandi, menutup pintu dengan pelan di belakangnya. Draco mengernyit saat mendengar bunyi klik pelan di pintu, itu terasa lebih keras daripada tembakan pistol di telinganya. Tidak ada kekerasan di diri Luna, gadis itu tidak mudah berubah seperti dirinya; tidak seperti dirinya yang akan menyerang, berteriak, melontarkan mantra dengan tongkatnya dan mengumpat dengan lidahnya, tapi Luna hanya diam dan itu menyebabkan Draco merasa sakit lebih dalam.
Draco menghela napas berat saat ia menarik jubahnya sendiri ke sekelilingnya dan berjalan melintasi kamar tidur menuju pintu kamar mandi. Ia mendengarkan, telinganya menempel pada kayu pintu yang halus; ia bisa mendengar gemericik air dari keran dan Draco menyimpulkan bahwa Luna sedang mandi. Mendorong pintu dengan bahunya, Draco terkejut menemukan bahwa pintu itu tidak terkunci, tapi ia merasa bahwa bersembunyi bukanlah gaya Luna. Gadis itu lebih suka menghadapi sesuatu secara langsung jika gadis itu bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...