--Happy reading--
🌸🌸🌸
Berdiri di bawah anak tangga sambil melihat ke atas tangga berkelok-kelok di Malfoy Manor, Luna menghela napas kecil. Ada begitu banyak langkah yang harus ia lewati dan pergelangan kakinya agak bengkak. Ia tahu ada ramuan untuk itu, tapi ia dengan keras kepala menolaknya, ingin mengalami setiap momen kehamilannya dengan segala keajaiban alaminya. Sekarang, pergelangan kakinya, ditambah dengan rasa sakit di punggungnya, membuat Luna berpikir ulang.
Luna memegang pegangan tangga dengan tangan yang kuat dan memulai menaiki anak tangga, bersiap untuk menarik diri ketika ia sudah setengah jalan.
Luna baru naik beberapa anak tangga ketika suara Rabastan di belakangnya membuatnya berhenti dan ia menoleh ke arah pria itu.
"Ada masalah, Luna?"
"Ada banyak anak tangga," jawab Luna.
Rabastan tertawa dan bergabung dengan Luna. "Sini, biar aku membantumu." Luna tersenyum penuh terima kasih pada pria itu dan bersama-sama mereka berjalan perlahan menaiki tangga, Rabastan menyamai langkah Luna. "Apa kau melihat saudara laki-lakiku? Sepertinya aku kehilangan dia. Cukup ceroboh."
"Dia mungkin ingin menyendiri. Dia mungkin sedang tidak menjadi dirinya sendiri sekarang."
"Begitu. Sepertinya sesuatu telah terjadi yang tidak aku sadari."
Di antara napas terengah-engah, Luna menceritakan paginya dengan Rodolphus. "Dia tidak banyak bicara setelah melihat memoriku dan dia sudah lama pergi ketika aku keluar dari ruang kerja Lucius. Kuharap dia baik-baik saja."
Rabastan mengibaskan tangan. "Dia akan baik-baik saja. Kakakku sepertinya bisa sangat sentimental. Jangan khawatir tentang hal itu, Luna."
Derap langkah kaki di belakang mereka membuat keduanya berbalik, melihat Severus Snape muncul melalui pintu depan. Rabastan merengut. "Pernah mendengar tata cara mengetuk? Itu sudah menjadi kebiasaan kau tahu, ketika kau mendarat di pintu seseorang tanpa diundang."
Snape memandang Rabastan dengan mata dingin. "Siapa bilang aku tidak diundang?" Tatapannya beralih ke Luna dan ia tersenyum tipis pada gadis itu.
"Halo, Profesor Snape. Apa kau baik-baik saja?"
"Ya. Aku harap kau juga sama, Mrs Malfoy."
Sebutan itu selalu membuat Luna terkejut ketika Snape memanggilnya seperti itu, meskipun itu membuatnya senang di saat yang sama; menjadi Mrs Draco Malfoy. "Ya, terima kasih."
"Lucius?" tanya Snape.
"Dia di ruang kerjanya," jawab Luna dan Snape mengangguk sekali sebelum berbalik ke koridor.
"Aku baik-baik saja! Terima kasih sudah bertanya!" Rabastan berteriak pada sosok Snape yang berjalan pergi. "Dia memiliki sikap yang angkuh untuk seorang halfblood," gumamnya muram. Mereka akhirnya mencapai puncak tangga dan Rabastan menghela napas. "Well, seratus."
Luna tersenyum. "Maaf, sepertinya butuh waktu lebih lama untuk menaiki tangga ini."
Rabastan menolak permintaan maaf Luna dengan kibasan pergelangan tangannya. "Waktu berlalu dengan ditemani seorang wanita cantik dan aku akan hidup untuk melayanimu sayangku, Luna."
Luna tertawa ketika Rabastan membungkuk teatrikal dan mencium tangannya. Rabastan mengucapkan sampai jumpa dan melangkah pergi mencari saudara laki-lakinya, sementara Luna berjalan ke kamar tidurnya. Ia menemukan Draco di sana, duduk di sofa membaca buku. Draco mendongak ketika Luna masuk dan tersenyum pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...