[49] Melawan Hantu Potter

423 56 1
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Tawa keras menyambut Draco dan Luna saat mereka menuruni tangga menuju serambi. Suara-suara itu terdengar dari pintu ruang makan tempat Lucius duduk di ujung meja, segelas anggur di tangannya dan senyum di wajahnya saat ia mendengarkan Rodolphus menceritakan sebuah lelucon.

Untuk sesaat Luna tercengang. Ia belum pernah mendengar anggota keluarganya menceritakan lelucon sebelumnya. Ia memang telah menyaksikan olok-olokan dan ejekan Lestrange bersaudara dan komentar sinis dan sarkastis kecil mereka, tapi ia tidak pernah mendengar lelucon yang tulus datang dari salah satu dari mereka.

"Kau tidak bisa menerima pujian itu, Dolohov yang memberitahumu," Rabastan mengingatkan saudaranya sambil menyeringai. "Lelucon yang bagus juga."

"Dia tidak mungkin mengada-ada, dia tidak secepat itu," kata Rodolphus sambil tersenyum licik. "Kurasa kau mungkin menikmatinya, Lucius."

"Ini lelucon yang bisa diterima oleh semua pureblood," jawab Lucius sambil menyesap anggurnya.

Dahi Luna berkerut tanda tidak setuju, ia tidak perlu mendengar lelucon itu jika itu mengesampingkan muggle atau yang bukan pureblood; tapi ia tetap membiarkan Draco membimbingnya masuk dan menuntunnya ke tempat duduknya di meja makan.

Tata krama yang telah ditanamkan Narcissa sejak lahir muncul dengan cepat ke permukaan dan Draco secara otomatis menahan kursi Luna untuk gadis itu sebelum duduk di sebelah gadis itu, melempar senyuman pada ibunya.

"Kau tidak datang menemuiku, Draco," kata Narcissca, hampir tidak membiarkan punggung putranya menyentuh kursi lebih dulu.

"Huh?"

Narcissa sedikit mengernyit mendengar jawaban itu. "Kau tidak datang menemuiku ketika kau kembali ke rumah. Tampaknya semua orang tahu bahwa kau sudah pulang kecuali aku."

"Well, kau tahu aku akan berada di sini saat makan malam," kata Draco kesal, semburat merah muda menjalar ke pipinya. Ia merasa seperti anak kecil yang ditegur. "Aku tidak berpikir aku perlu memberitahukan kedatanganku seperti semacam prajurit."

Narcissa mendecakkan lidahnya. "Tidak perlu kasar, Draco."

"Menjadi lebih seperti ayahnya setiap hari," kata Rabastan, sambil menatap licik ke arah Lucius.

Mata abu-abu Lucius menatap tajam ke arah Rabastan tapi tidak mempan.

Rabastan mengabaikan Lucius dan menatap Luna, "Senang bertemu denganmu lagi, Luna. Aku yakin kau menikmati liburanmu di Italia sebelum kembali ke sekolah?"

"Oh ya," Luna berseri-seri mengingat matahari, pasir, dan laut biru yang indah saat di Italia, meskipun Draco tidak mengizinkannya berenang di laut, karena pemuda itu khawatir ia akan pingsan lagi dan tenggelam. Tapi ia cukup puas dengan duduk di tepi pantai dan membiarkan ombak menyapu kakinya sebagai gantinya. "Vilanya indah dan di posisi yang sempurna."

"Aku dan Narcissa berlibur di sana sebelum Draco lahir dan Narcissa sangat menyukai tempat itu jadi kami membangun vila juga di sana. Sejak itulah tempat itu berkembang menjadi penginapan yang cukup nyaman untuk para pureblood; staf kami menjaga tempat itu ketika kami tidak ada di sana." Ia tiba-tiba mengerutkan kening, "Setidaknya mereka harus menjaganya dengan baik."

"Tempat itu dirawat dengan baik," Luna meyakinkan Lucius. "Oh tidak, terima kasih," Ia menggeleng pada segelas anggur yang ditawarkan Rabastan padanya. "Aku hanya akan minum air."

"Oh, itu membosankan," kata Rabastan, "Segelas kecil tidak akan menyakitimu."

"Dia tidak menyukainya," Draco hampir saja membentak Rabastan. Bayangan tentang sesuatu yang sangat buruk bagi putranya yang melewati bibir Luna menyebabkan sarafnya yang sudah tegang meregang semakin kencang. Tentu saja ia belum tahu pada titik ini apakah Luna mengandung anak laki-laki, tapi Draco dengan gen Malfoy dan arogansinya tidak akan membiarkan dirinya berpikir bahwa anak pertamanya akan menjadi gender lain selain putra pewaris Malfoy. Itu tak terbayangkan.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang