[51] Pribadi

327 55 0
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

"Tidak!"

Teriakan Draco bergema di ruangan itu, memantul dari lantai kayu ke dinding. Ia merangkak melintasi lantai, berhenti di tempat di mana ia terakhir kali melihat Luna. Ia berkedip cepat, kepalanya menoleh dari sisi ke sisi, matanya bergerak cepat di sekitar ruangan, mengamati setiap bayangan, setiap sudut dan celah. Ia pasti salah melihat, ia tidak melihat Harry Potter mencengkeram Luna dan membawa istrinya itu ber-apparate; tidak! Draco tidak akan percaya, ia tidak percaya.

"Draco," Lucius menyentuh bahu putranya. "Kita harus..."

"Tidak!" Draco berteriak lagi.

Lucius sangat marah, tapi itu adalah kemarahan dingin yang memungkinkan ia untuk berpikir, merencanakan sesuatu untuk membuat situasi menjadi lebih baik bagi putranya yang kini berlutut di lantai menatapnya dengan mata liar. "Ya," kata Lucius, suaranya tenang. "Tidak perlu khawatir, kita akan membawa Luna kembali."

"Tidak perlu khawatir?" ucap Draco bergema, pikirannya sepertinya tidak bisa memahami arti dari kata-kata itu. Bagaimana mungkin ia tidak khawatir? Ia tidak tahu ke mana Potter membawa Luna.

"Dia akan baik-baik saja, Draco," Rabastan memberikan simpati. "Potter adalah teman Luna, dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Luna." Ia melangkah maju ke tengah ruangan, menyibakkan rambut liarnya dari wajahnya dan menyelipkannya di belakang telinganya. "Jika kau tidak melakukan kesalahan besar, ini tidak akan terjadi."

Draco merengut. "Kau menyalahkanku?"

"Kau bilang itu bukan Potter," ucap Rabastan mengingatkan.

"Aku tidak mengira itu Potter," ucap Draco membantah sambil berharap dengan setiap tulang di tubuhnya bahwa ia mengakui itu Potter saat bocah itu masih duduk di lantai terikat dengan tali. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, ia tidak akan merasa seolah-olah salah satu anggota tubuhnya hilang, Luna akan ada di sini bersamanya sekarang.

"Berdebat tidak akan menyelesaikan apapun," Lucius menegakkan tubuh dan mengalihkan pandangannya yang sedingin es pada Rabastan. "Kita akan bersatu sebagai sebuah keluarga dan membawa Luna pulang ke tempatnya. Aku hanya perlu beberapa menit untuk memikirkan semuanya dengan baik."

"Kita sudah berusaha menemukan Potter selama berbulan-bulan," Rabastan mengingatkan Lucius saat ia mengikuti langkah pria itu di sekitar ruangan. "Apa yang membuatmu berpikir kau bisa menemukan Luna sekarang? Dia sudah pergi, Lucius, dan kita tidak akan mendapatkan Luna kembali sampai Potter mati."

"Tidak! Jangan katakan itu!" Draco berusaha berdiri, tubuhnya gemetar dengan ketakutan dan amarah. "Kita harus mendapatkannya kembali!"

Jari-jari Narcissa memutar-mutar kalung mutiara yang dikenakan di lehernya, menarik-nariknya dengan kebiasaan gugup yang didapatnya sejak kecil. "Dia tidak akan menyakiti Luna, Draco. Potter tidak akan menyakitinya," Ia meyakinkan putranya, kehilangan kata-kata lain untuk dikatakan.

Draco menoleh, matanya berkilat marah. "Kau puas, kan? Kau selalu membenci Luna, aku yakin kau senang dia pergi."

Narcissa tercengang. "Tidak, tentu saja tidak. Tapi aku cukup realistis untuk mengetahui bahwa dia tidak dalam bahaya, Draco. Jika kau mau tenang dan berpikir jernih sebentar kau akan menyadari itu sendiri."

Tangan Draco mengacak-acak rambutnya. Ia benci merasa lemah dan di luar kendali dan itulah yang ia rasakan saat ini. Harry Potter sialan! Dia pikir dia siapa, datang ke rumahnya dan menculik istrinya! Dan, Draco merenung dengan getir, setelah ia berbohong untuk Potter juga.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang