--Happy reading--
🌸🌸🌸
Luna tidak terkejut bahwa ia tidak perlu menunggu lama untuk para Pelahap Maut datang. Mereka membutuhkan waktu kurang dari lima menit setelah Harry pergi. Dipimpin oleh Lestrange bersaudara, mereka tiba dengan jubah hitam khas mereka, topeng dan tongkat teracung dengan mantra siap di bibir mereka.
Luna tersenyum ramah ketika Rabastan melangkah melewati pintu. "Halo."
"Luna! Dia ada di sini, brother!" Rabastan melangkah maju dan meraih tangan Luna. "Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu saja aku baik-baik saja. Harry tidak akan pernah menyakitiku." Luna kurang terkesan dengan implikasi bahwa Harry akan melakukan sesuatu seperti itu.
Rodolphus muncul. "Ah, keponakan kecilku, sangat senang melihatmu terlihat sangat sehat."
Rabastan menatap Luna dengan kritis. "Kau sudah makan banyak kue? Kau terlihat gemuk, Luna."
Luna menertawakan seringai yang Rabastan berikan padanya. "Draco memberitahumu tentang bayi kami?"
"Ya, dia memberitahu kami," Rabastan meraih lengan Luna dan membawa gadis itu keluar. "Harus kuakui, aku tidak berpikir dia bisa menciptakan bayi. Dia sangat..." Rabastan melambaikan tangannya yang bebas sambil mencari kata yang tepat. "Lemah. Namby pamby." Ia menyelesaikan dengan tegas.
"Draco tidak begitu!" sahut Luna langsung. "Dan di mana dia? Apa dia sudah pulang? Apa Lucius bersamamu, atau Bellatrix?"
"Tentu saja aku di sini," Bellatrix muncul dari sekitar sisi rumah. "Di mana lagi aku jika Potter ada di sini? Di mana dia?"
"Entahlah," Luna senang bisa menjawab dengan jujur. "Dia pergi sekitar tiga menit yang lalu. Dia tahu kalian akan datang."
"Brengsek!" Bellatrix merengut. "Sudah kubilang kita seharusnya bergerak lebih cepat, dia sudah diberi tahu. Kau tahu siapa yang memberitahunya?"
"Tidak juga." Luna memutuskan bahwa itu bukan kebohongan total, ia tidak yakin apakah secara teknis Remus atau Dung yang memberi petunjuk pada Harry. Remus mungkin orang yang memberitahu Harry secara langsung, tapi pria itu tidak akan tahu jika Dung tidak memberitahu Tonks.
Bellatrix menghela napas berat, matanya menjadi gelap karena marah dan kecewa. "Well, dia pasti akan datang malam ini. Bocah konyol itu tidak akan bisa menolak bermain peran sebagai pahlawan, Draco benar tentang itu jika tidak ada hal lain terjadi."
Luna merasa sedikit takut mendengar nama Draco dikaitkan dengan sesuatu seperti ini. Mungkinkah Ron benar? Segera, ia merasa bersalah karena meragukan Draco, karena membiarkan kemarahan umum Ron terhadap Malfoy mengaburkan pikirannya sendiri.
"Malam ini akan menjadi pesta yang meriah," Rabastan menyeringai dan bertepuk tangan. "Well, ada yang harus dilakukan di sini, mungkin membakar tempat ini dan segera kembali ke rumah, melihat apakah Luna bisa melakukan sesuatu pada Draco, Merlin sudah tahu kita semua tidak bisa."
"Ada apa dengan Draco?" Ketakutan sedingin es mencengkeram hati Luna, tidak masuk akal jika Draco sendiri tidak datang untuknya. Ia merasa yakin ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak diberitahukan padanya. Luna tidak bisa untuk tidak memperhatikan bahwa tak satupun dari Lestrange bersaudara menjawab pertanyaannya ketika ia menanyakan keberadaan Draco, hampir seperti mereka menghindarinya.
Rodolphus menatap adiknya dengan pandangan gelap, kemudian beralih pada Luna "Mungkin lebih baik menunggu sampai kita kembali, kau bisa melihatnya sendiri nanti."
"Lihat apa?" Luna bisa merasakan hormon histeria yang bercampur naik terus dalam dirinya.
"Lebih baik menunggu," saran Rodolphus lembut. "Kita pergi sekarang, kau bisa melihatnya dalam satu atau dua menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevallen Engel | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Perjanjian telah dibuat, pernikahan harus terjadi, Luna Lovegood dan Draco Malfoy terikat bersama karena secarik perkamen. Tak satu pun dari mereka pernah mengira bahwa pernikahan mereka akan membongkar tumpukan kebohongan dari masa lalu o...