[85] Kau Adalah Istriku

544 60 0
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Derak api dan isapan bayi yang kelaparan adalah suara yang menenangkan bagi Draco. Draco tenggelam lebih jauh di sofa berlengan, ketegangan beringsut keluar dari dirinya saat ia melihat Luna menyusui bayi mereka. Api memancarkan cahaya lembut ke wajah dan rambut Luna; itu memberinya tampilan halus yang menggerakkan darahnya.

Draco tidak pernah menghabiskan satu menit pun untuk mempertimbangkan seperti apa markas Orde Phoenix, tapi bahkan jika ia tahu, ia tidak akan mengira bahwa markas Orde Phoenix adalah sebuah rumah bobrok di tengah-tengah area muggle. Mau tak mau ia merasa puas karena Pangeran Kegelapan telah memilih Malfoy Manor sebagai markas besarnya. Lagipula, jika seseorang akan memilih markas, masuk akal untuk memilih yang terbaik dalam kemewahan.

Dengan desahan lembut, Rodolphus selesai makan dan Luna mengusap punggung bayi itu dengan pelan. Ia menghela napas. "Kreacher, apa aku bisa mandi?"

"Dimsy yang akan menyiapkannya untuk Miss Luna," sela peri kecil itu sambil melompat berdiri dari posisi berlutut di samping Luna.

"Kreacher yang akan menyiapkannya." Peri yang lebih tua beringsut dari sudut. "Harry Potter meminta Kreacher untuk menjaga Mrs Malfoy."

"Dimsy adalah peri Malfoy. Dimsy yang akan menjaga Miss Luna."

Kreacher mendengus, mendorong wajahnya yang keriput lebih dekat ke arah Dimsy. "Harry Potter menyuruh Kreacher untuk menjaga Mrs Malfoy. Kreacher akan selalu mematuhi Harry Potter."

"Berendam terdengar menyenangkan, tapi aku tidak ingin berlama-lama kalau-kalau kita harus kembali ke Hogwarts," kata Luna diplomatis. "Mandi cepat cukup untuk saat ini."

Draco menyeringai. Tidak terpikir olehnya peri rumah akan berdebat tentang siapa yang harus menjaga seseorang. Terutama karena Kreacher bukan peri rumah milik Malfoy seperti Dimsy.

"Kreacher yang akan mengurus Mrs Malfoy."

Luna tersenyum. "Terima kasih, Kreacher." Ia berdiri, mencium lembut kepala putranya. "Ini, Draco. Gendong dia sementara aku mandi."

"Aku?" Kata itu keluar seperti semacam suara serak yang melengking dan Draco buru-buru berdeham. Untungnya, Luna tidak memperhatikan.

"Tentu saja kau. Kau adalah ayahnya dan kau belum memeluknya." Luna mendekat ke sofa yang diduduki Draco dan memberikan bayi itu pada suaminya. "Kau tidak akan menyakitinya, Draco. Pastikan saja kau memegangnya dengan benar. Dia pasti ingin pelukan darimu."

Draco menempatkan putranya dalam pelukannya. Aneh sekali, menggendong anaknya seperti menggendong istrinya. Rodolphus lembut dan kecil dan hangat dan membuat perutnya tergelitik. Rodolphus menguap kecil, jari-jarinya yang mungil meregang perlahan di samping pipinya. Segala sesuatu tentang bayinya terasa halus, sama seperti Luna. Gelombang cinta menyapu dirinya, sangat berbeda dengan cintanya untuk Luna, tapi tetap saja cinta ini memenuhi setiap bagian dari dirinya dan entah bagaimana Draco tahu hidupnya ke depan tidak akan pernah sama lagi.

Tangan Luna menyentuh wajah Draco dan pemuda itu mendongak. Ia menutup celah di antara mereka dan mencium suaminya dengan lembut. "Terima kasih, Draco."

Draco mengerjap, alisnya bertaut bingung. "Untuk apa?"

"Bayi ini."

"Well, aku tidak membuatnya sendiri," ucap Draco, menyeringai ketika wajah Luna memerah. "Dan kau sudah sangat bekerja keras melahirkannya."

Tatapan Luna beralih menatap putranya dan ia tersenyum. "Dia pantas untuk itu." Berlutut di samping kaki Draco, Luna melipat tangannya di atas lutut Draco dan meletakkan dagunya di sana dengan sedikit desahan, bulu matanya berkedip lelah.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang