[46] Malfoy Selalu Menang

426 52 2
                                    

--Happy reading--

🌸🌸🌸

Liburan Natal datang lebih cepat dari yang diperkirakan Luna. Halloween lewat tanpa pesta apapun dan Natal sepertinya akan berakhir dengan cara yang sama. Snape sekali lagi menolak saran Pansy tentang pesta Natal dan tidak ada apapun di Hogwarts yang bahkan menandakan Natal akan segera tiba.

Luna ingat dulu ketika ada tinsel yang melilit pegangan tangga, karangan dari tangkai daun holly dan ivy yang terjalin di atas bingkai-bingkai lukisan, mistletoe di ambang pintu dan pohon Natal besar di aula. Sekarang tidak ada apapun, bahkan kicauan lagu-lagu Natal dari lukisan di dinding atau nyanyian meriah dari Peeves pun tidak ada.

Luna lega bisa pulang, lega karena bisa meninggalkan kesuraman Hogwarts, dan ia sama sekali tidak terkejut mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang menetap di sekolah selama liburan tahun ini.

Perjalanan kereta api kembali ke Kings Cross sama sekali berbeda dengan perjalanan saat ke Hogwarts, dimana para siswa hanya diam, sunyi, tidak yakin apa yang diharapkan ketika tiba di sana. Tapi sekarang mereka semua mengobrol dan tertawa mengetahui bahwa mereka akan pulang untuk berkumpul dengan keluarga mereka.

Dari stasiun, Luna dan Draco akan langsung pergi ke St Mungo's untuk mengunjungi Xenophilius, dan ketika kereta memasuki stasiun untuk berhenti, Luna hampir terpental di kursinya, jari-jarinya segera bertaut dengan jari-jari Draco. "Kuharap dia lebih baik daripada terakhir kali kita melihatnya."

"Aku tidak tahu," jawab Draco datar, menggerakkan tongkatnya untuk menurunkan barang bawaan mereka dari rak bagasi.

Luna menggigit bibir bawahnya, garis-garis kekhawatiran terukir di wajahnya. "Apa menurutmu dia akan tetap sama, Draco?"

"Bagaimana aku tahu?" Draco bertanya dengan kesal, menarik Luna keluar dari kompartemen dan bergabung ke dalam kerumunan siswa yang semuanya berbondong-bondong turun dari kereta. "Mengingat tidak banyak siswa yang kembali tahun ini, aku tidak tahu bagaimana bisa mereka begitu berebut turun dari kereta."

Luna menghela napas pelan, otaknya mulai berputar. Ia mulai sibuk dengan pikirannya dan kekhawatirannya sendiri. Ia telah menulis surat pada ayahnya selama waktunya di Hogwarts seperti yang ia lakukan setiap tahun sejak ia mulai sekolah, tapi ia belum menerima tanggapan apapun. Sejujurnya Luna tidak yakin apakah ia harus mengharapkan surat balasan, ia tidak benar-benar tahu bagaimana prosedur di St Mungo's di bangsal tertentu dan ia tidak ingin mengganggu Lucius dengan pertanyaan yang mungkin pria itu anggap tidak relevan pada saat kondisi ayahnya seperti itu.

Luna berharap Bellatrix menepati janjinya untuk mengirimi ayahnya buku dan bunga segar. Meskipun entah seberapa besar kepercayaan yang harus ia masukkan ke dalam janji seseorang seperti Bellatrix, Luna tidak yakin. Tapi ia suka berpikir bahwa mengingat mereka adalah keluarga sekarang, mungkin saja Bellatrix akan menempatkan keinginan dan perasaannya di urutan teratas daftar prioritas wanita itu. Tentu saja, Bellatrix tetaplah Bellatrix, Luna juga tahu itu bukan prospek yang realistis.

Hampir tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di St Mungo's dan Luna menghela napas lagi pada kegusaran Draco setelah mereka masuk ke lobi rumah sakit. "Demi Merlin, kenapa semua orang menghalangi jalanku hari ini?"

"Aku yakin ini tidak disengaja, Draco," Luna berusaha menenangkan suaminya dan dibalas dengan kegusaran lagi.

Saat mereka berjalan di koridor rumah sakit, bibir Luna menyunggingkan senyum yang semakin lebar. Ada pohon Natal besar di serambi, tinsel, tangkai holly dan ivy terpajang di sepanjang dinding dalam lingkaran-lingkaran raksasa, serta lilin berwarna berkedip-kedip riang di jendela. Semangat Natal di St Mungo masih terasa terlepas dari keadaan dunia sihir yang genting, dan itu membuat hati Luna lebih baik. Ia tahu itu akan membuat hati Harry lebih baik juga seandainya pemuda itu bisa melihatnya. Ini memberitahu Luna bahwa dunia sihir belum menyerah, tidak pada diri mereka sendiri atau pada Harry, dan masih ada keyakinan di dalam diri mereka akan kemenangan Harry di atas Pangeran Kegelapan. Tapi itu masih tidak bisa terjadi cukup cepat untuk Luna. Ia ingin anaknya lahir di dunia yang aman, di dunia yang penuh dengan orang-orang baik, ramah dan pemberani, bukan orang yang ingin menghancurkan orang lain hanya karena kepercayaan dan status darah mereka. Tanpa sadar tangannya mengusap perutnya, diam-diam mengirimkan cinta dan kekuatan pada anaknya.

Gevallen Engel | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang